Alasan Akmal Taher Mundur dari Satgas Covid-19, dari Berbeda Soal Strategi hingga Sudut Pandang

Dokter Akmal Taher resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Editor: Ade Mayasanto
Kompas.com
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Akmal Taher 

TRIBUNKALTARA.COM,  JAKARTA - Dokter Akmal Taher resmi mengundurkan diri sebagai Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Ada alasan utama Akmal Taher memilih hengkang dari Satgas Covid-19

Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia ini juga menegaskan, bahwa pengunduran dirinya tanpa desakan manapun. Ia memutuskan untuk hengkang karena memiliki strategi tersendiri dalam membantu pemerintah menangani pandemi ini. Berikut petikan wawancara Tribun Network dengan Akmal Taher Senin (28/9/2020): 

Bapak mundur dari  Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Sudah, sudah banyak itu kan. Benar (mundur dari Satgas Covid-19,red).

Apa alasannya memutuskan untuk keluar dari Satgas Covid-19?

Hanya perbedaan strategi saja. Sudut pandang. Tidak ada yang salah, tidak ada yang benar.  Itu hanya strategi pilihan saja, strategi apa yang mau diambil.

Saya kira seperti itu penting melihatnya. Saya berpendapat seperti ini, sementara organisasi berpendapat barang kali dengan perspektif yang lain dan sebagainya.

Biasa terjadi menurut saya. Saya pikir kalau begitu saya kerjakan saja di tempat lain, dengan strategi yang saya yakini. Itu aja, cuma ingin begitu saja.

Apakah usulan-usulan dokter tidak diterima oleh Satgas Covid-19 atau seperti apa?

Ya enggak, itu diskusi saja, bukan diterima atau tidak diterima. Habis itu kan mesti diputuskan.

Dalam sebuah diskusi, bapak menyatakan bahwa ada pihak yang ingin angka kematian kasus Covid-19 agar diturunkan. Itu seperti apa?

Saya mau klarifikasi, itu tidak ada kaitan dengan pengunduran diri loh ya. Jangan disambung-sambungkan. Saya melihat sekarang menjadi luas kemana-mana jadinya. Justru saya di acara itu menjelaskan, itu kan bukan acara wawancara.

Webinar. Saya panjang menjelaskan soal itu, tapi ada point inti yang penting, tolong dimasukin, masalah itu jangan dijadikan polemik gitu loh di publik. Itu kan diskusi akademik dan sebagainya silakan saja.

Tapi kalau jadi diskusi publik, kasihan. Keadaan kita makin jelek nanti . Entar jadi ribut, pro-kontra dan sebagainya. Sementara diskusi bisa dilakukan secara akademik. Saya juga enggak mengklaim pendapat saya jadi benar.

Saya dokter di RS lama, jangankan sekarang, enggak pakai pandemik pun untuk menyatakan sebuah kematian enggak mudah. Makannya saya bilang enggak usah dijadikan polemik. Jalan saja.

Saat ini angka kasus Covid-19 terus meningkat, kenapa  memilih keluar dari Satgas Covid-19? Padahal peran dokter bisa lebih besar?

 Yang penting kita kerjakan saja apa yang mesti kita kerjakan. Dan sekali lagi itu soal bagaimana kita bekerja dalam satu organisasi tapi setiap orang punya pilihan juga dalam setiap organisasi.

Dan menurut saya akan lebih bagus buat saya untuk saya kerjakan apa yang saya yakini saja. Akan ada banyak yang bisa gantiin saya. Banyak sekali.

Setelah keluar dari Satgas Covid-19, langkah apa yang akan dilakukan?

Banyak yang saya kerjakan, sekarang banyak sekali acara publik yang bisa kita ikuti. Masyatakat itu masih perlu disadarkan juga. Pakai pake masker dan sebagainya, itu segala macam dilakukan itu. Saya kira banyak banget. Saya enggak bisa diam dari dulu, apa saja saya kerjakan.

Kondisi saat ini, masyarakat mulai beraktifitas kembali. Dilapangan, banyak orang merasa bahwa kehidupan sudah kembali normal.

Ada daerah yang lebih bagus dari yang lainnya. Dan treatmennya juga musti lokal seperti itu. Jadi setiap usaha harus kita lihat dengan kekhususan masing-masing, tiap daerah. Enggak bisa dijadikan satu di Indonesia ini. Di kota dengan desa bisa berbeda pendekatnya. Dalam satu kota pun ada yang berbeda-beda.

Mundur dari Satgas Covid-19, atas kemauan sendiri atau ada desakan pihak lain?

Enggak ada desakan sama sekali, iya dong (keputusan sendiri,red). Iya enggak ada (desakan,red).

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved