Keluhan Pelajar Nunukan Soal Listrik & Jaringan Internet tak Stabil Jadi Kendala Saat Belajar Daring
Keluhan pelajar Nunukan soal listrik & jaringan internet tak stabil jadi kendala saat belajar daring.
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Keluhan pelajar Nunukan soal listrik & jaringan internet tak stabil jadi kendala saat belajar daring.
Belajar dalam jaringan (Daring) jadi aktivitas keseharian pelajar yang dilakukan saat pandemi covid-19.
Namun, tidak sedikit kendala yang dihadapi oleh pelajar saat mengikuti pembelajaran jarak jauh atau secara daring.
• Bawaslu Bulungan Tertibkan Alat Peraga Kandidat Terbukti Melanggar, Termasuk Milik Calon Petahana
• DETIK-DETIK Proses Pemakaman Cawali Bontang Adi Darma, Ini Permintaan Anak Sebelum Bapaknya Dikubur
• Bobby Nasution, Rahayu Saraswati, Siti Nur Azizah, Siapa Paling Kaya?
Hal serupa, dialami oleh dua pelajar Nunukan yang mengaku terkendala saat belajar daring, lantaran listrik dan jaringan internet yang tidak stabil.
Anggi (17), siswi SMAN 1 (Smansa) Nunukan, mengatakan pembelajaran yang dilakukan secara daring kurang efektif, lantaran listrik di rumahnya sering mati dan jaringan internet terkadang hilang.
"Sebulan lebih dua kali mati listrik. Otomatis wifi juga mati, apalagi kalau hujan jaringan wifi hilang," kata wakil ketua OSIS Smansa Nunukan ini kepada TribunKaltara.com, Kamis (1/10/2020), pukul 15.00 Wita.
Tidak hanya itu, Anggi mengaku belajar secara daring tidak ada pengawasan langsung dari guru saat belajar.
"Ya, agak aneh karena selama ini belajarnya dipantau langsung sama guru. Jadi merasa bebas buat apa saja" ucap siswi kelas III Ilmu-ilmu Sosial (ISS) 1 ini.
Menurut Anggi, belajar secara daring di satu sisi bagus, karena membantu pemerintah menekan angka penyebaran covid-19.
Sementara di sisi lain, fokus dia terganggu, lantaran harus mendampingi adiknya belajar yang masih kelas II sd untuk belajar secara daring.
"Terkadang saya bingung harus fokus sama belajar secara daring saya, atau dampingi adik saya yang juga belajar secara daring," ujar anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Selain itu, Anggi mengaku pulsa kuota 35 gb yang ia dapatkan dari pemerintah tidak ia gunakan, lantaran dirinya belajar secara daring menggunakan Wifi.
"22 September aku dapat pulsa kuotanya, tapi belum digunakan," beber Anggi.
Bahkan, aplikasi yang sering digunakan saat belajar secara daring yakni telegram dan microsoft teams.
Sementara, telegram dan microsoft teams tidak masuk dalam kuota belajar yang dibiayai pemerintah.
Terpisah, Mayang (17), siswi Smansa Nunukan kelas III ISS 3, mengatakan belajar secara daring, membuat dirinya tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik.
Belum lagi dirinya harus mendampingi adik sepupunya yang masih kelas III sd.
"Fokus saya jadi terganggu juga," kata Mayang.
Mayang mengaku, sempat menggunakan pulsa kuota 35 gb dari pemerintah, lantaran jaringan wifi di rumahnya tidak stabil.
• Beda 41 Tahun, Ini alasan Jaksa Pinangki Nikahi bekas petinggi Kejaksaan Djoko Budiharjo
• Rapid Test Non-Reaktif, Hasil Swab Joy Tobing Positif Covid-19
• Balikpapan Kini Zona Oranye, Sempat Jadi Penyumbang Kasus Covid-19 Tertinggi di Kaltim
"Kadang aku pake data bantuan juga, jadi berguna juga bantuan dari pemerintah untuk saya," ujar Sekretaris OSIS Smansa Nunukan ini.
Diketahui, Anggi dan Mayang termasuk siswi berprestasi di sekolahnya, lantaran keduanya selama dua setengah tahun sekolah selalu dapatkan rangking 2 dan 3 di kelas.
Mereka berharap pembelajaran yang diberikan secara daring oleh gurunya tidak hanya sebatas memberikan tugas deadline melainkan juga perbanyak kuis serta diskusi kepada siswa-siswi.
( TribunKaltara.com / Felis )