Hari Batik Nasional
Sejarah Hari Batik Nasional, Sejak Thomas Stanford Raffles Jatuh Cinta, Batik Nusantara Mendunia
Berikut ini sejarah Hari Batik Nasional 2 Oktober, sejak Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles jatuh cinta, batik nusantara mulai mendunia.
TRIBUNKALTARA.COM - Berikut ini sejarah Hari Batik Nasional 2 Oktober, sejak Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles jatuh cinta, batik nusantara mulai mendunia.
Tepatnya 2 Oktober 2020 merupakan perayaan Hari Batik Nasional di Indonesia.
Karya bangsa Indonesia, budaya Indonesia yakni batik sudah diakui dunia, badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
UNESCO menetapkan pada 2 Oktober 2009 bahwa batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Itu sebabnya, setiap 2 Oktober Indonesia memeringatinya sebagai Hari Batik Nasional.
Jalan panjang harus dilalui batik Indonesia agar bisa secara resmi diakui dunia.
• Alexis Saelemaekers Jadi Pembeda, Gemilang Bareng Calhanoglu Bawa AC Milan Melaju di Liga Europa
• Singkirkan Cristiano Ronaldo & Messi, Lewandowski Panen Gelar Individu Termasuk Pemain Terbaik Eropa
• Dituding Menghilang saat Pandemi Covid-19, Menkes Terawan Muncul Beri Tanggapan Najwa Shihab
Dalam sejarahnya, batik bukan hanya disukai oleh masyarakat Indonesia, tetapi bangsa asing pun menyukainya.
Bahkan, museum-museum di dunia pun menyimpan dan memamerkan batik Indonesia kepada para pengunjungnya.
Tengok saja, Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles (1811-1816), saat berkuasa di Hindia-Belanda, pernah mengirim sejumlah batik ke negara asalnya, Inggris.
Penulis buku History of Java itu mengirimkan batik ke Inggris sebagai contoh bagi industri katun cetak di negaranya.
Namun, kiriman tersebut musnah saat kapalnya terbakar di laut.
Setelah itu, Thomas Stanford Raffles melakukan pengiriman kedua dan berhasil sampai di Britania Raya.
Lalu, dua helai batik disumbangkannya ke Museum of Mankind di London, Inggris, pada tahun 1939.
British Museum di London menyimpan batik Jawa sumbangan dari CH Beving, pengusaha tekstil yang membeli batik Indonesia pada tahun 1911.
Belanda yang pernah berkuasa secara ekonomi di Hindia-Belanda mempunyai koleksi batik lebih banyak lagi di museum-museumnya seperti Museum Tropen di Amsterdam.