Tak Lagi Menyala Sejak 25 September, Api Abadi Mrapen Tinggal Kenangan? Ini Penjelasan Pemerintah

Tak lagi menyala sejak 25 September 2020, Api Abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah tinggal kenangan?

Kolase TribunKaltara.com / KOMPAS.COM
Api Abadi Mrapen saat padam total dan ketika digunakan sebagai sumber api obor Hari Raya Waisak (Kolase TribunKaltara.com / KOMPAS.COM) 

Dari hasil penelitian sementara, penyebab padamnya api diduga karena berkurangnya pasokan gas metana (CH4) yang menjadi bahan bakar api abadi tersebut.

"Apakah retakannya tertutup karena deformasi, apakah pasokan gas habis, dan apakah migrasi gas ke tempat lain karena eksploitasi pembuatan sumur di sekitar? Jadi butuh waktu untuk melakukan kajian," kata Kepala Seksi Energi Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng Wilayah Kendeng Selatan, Sinung Sugeng Arianto

Sementara itu Handoko Teguh Wibowo, ahli geologi yang digandeng ESDM Provinsi Jateng untuk observasi dan mitigasi mengatakan ada beberapa faktor penyebab padamnya Api Abadi Mrapen.

Di antaranya kantos gas alam yang mensuplai api abadi telah habis dan tertutupnya jalan keluar gas alam berupa retakan tanah karena deformasi.

Dugaan terakhir penyebab matinya Api Abadi Mrapen antara laian efek pengeboran sumur yang berjarak sekitar 150 meter dari Api Abadi Mrapen.

Sebagai catatan, pengeboran untuk mencari sumber air yang digagas toko waralaba pada 12 September tersebut justru memicu semburan air bercampur gas setinggi 25 meter.

Pengeboran sedalam 30 meter tersebut pun akhirnya dihentikan.

"Bisa diindikasikan dari ketiga penyebab di atas, poin ketiga lah yang paling mendekatisebagai penyebabnya," ujar Handoko saat dihubungi Kompas.com pada Senin (5/10/2020).

Dia menjelaskan gas alam (metana) sumber api di tungku Mrapen mengalami penyusutan suplai karena bermigrasi dan keluar di lubang bor yang berwujud semburan air bercampur gas metana.

Ia menyebut, secara geologi di sekitar Api Abadi Mrapen bersemayam kantong-kantong gas di kedalaman dangkal yang kurang dari 50 meter.

Sehingga tidak heran jika sumur bor air penduduk banyak yang mengeluarkan gas.

Menurutnya, jika banyak sumur bor yang mengeluarkan gas maka secara otomatis akan mempengaruhi umur nyala api abadi karena pengurasan gas akan lebih luas.

"Semakin banyak sumur di sekitar yang keluar gas akan mempengaruhi nyala Api Abadi Mrapen.

Berdasarkan info yang saya peroleh di lapangan, ternyata pasca-semburan air bercampur gas dari pengeboran sumur bor milik toko waralaba, banyak kompor penduduk yang suplai gas diperoleh dari sumur bor yang keluar gas, mendadak mati."

Salah satunya keluhan dari penjual es degan yang sudah puluhan tahun menggunakan gas alam dekat kawasan Api Abadi Mrapen," ungkap Handoko.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved