Anak Sultan Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja Omnibus Law, Begini Penampilan Outpitnya

Baru-baru ini jagat maya Twitter heboh dnegan cuitan Anak Sultan Ikut Demo. Seperti apa penampilannya?

Editor: Ade Mayasanto
TribunKaltara.com / Risnawati
ILUSTRASI - Massa aksi di Kota Tarakan melakukan unjuk rasa di simpang empat Plaza THM Tarakan, Kamis (7/10/2020) ( TRIBUNKALTARA.COM / RISNAWATI) 

TRIBUNKALTARA.COM, JAKARTA -  Demo Tolak UU Cipta Kerja Omnibus Law sudah beberapa hari berlalu, namun, sisa cerita di baliknya masih banyak dibahas. Termasuk gaya pendemo.

Baru-baru ini jagat maya Twitter heboh dnegan cuitan Anak Sultan Ikut Demo. Seperti apa penampilannya?

Ada saja yang menjadi perhatian netizen, di tengah ribuan mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi menuju gedung DPR RI.

Seperti yang kita tahu, aksi mahasiswa tersebut adalah bentuk unjuk rasa untuk menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law.

Berbagai kalangan ikut turun untuk memprotes pengesahan UU tersebut.

Meski ricuh, aksi ini dianggap mahasiswa bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat Indonesia.

Namun ada hal unik dalam demo kali ini, selain tingkah konyol terkadang tereselip dalam kisah demo.

Kini heboh, seseorang pendemo yang berpenampilan luar biasa dan disebut seperti anak sultan.

Awalnya, outfit 'Anak Sultan' ini ramai diperbincangkan di Twitter dan menjadi trending topic.

Cuitan 'Anak Sultan; itu diunggah oleh akun twitter @PenjahatGunung.

Akun Akun tersebut mengunggah foto pemuda tersebut sedang beraksi, di tengah kepulan asap diduga gas air mata dan pemuda itu mencoba menangkis dan melempar kembali gas air mata tersebut.

Hal yang disorot adalah outfit pemuda tersebut yang disebut-disebut berharga mahal.

Akun tersebut pun menampilkan rincian barang-barang yang dipakai pendemo, lengkap dengan harga yang dijual di toko online.

Pertama, helm full face yang dikenakan berharga Rp9,4 juta.

Selanjutnya, yang disorot adalah perangkat komunikasi bluetooth yang terpasang di helm, seharga Rp3,9 juta.

Terakhir adalah sarung tangan seharga Rp650 ribu.

Viral pendemo memakai outfit bikers sultan, seperti Helm Arai RX-7X Instagram/ndorobeii
Viral pendemo memakai outfit bikers sultan, seperti Helm Arai RX-7X Instagram/ndorobeii ()

Cuitan itu pun langsung ramai. Hingga pukul 07.00 WIB, Minggu (11/10/2020), postingan ini telah diretweet 18,5 ribu kali dan 85 ribu kali disukai.

“Anak sultan ikutan demo pake helm 9 jutaan,” tulis akun @PenjahatGunung.

Tak cukup sampai di situ, akun ini juga bertanya ke netizen yang tahu tentang harga outfit lain yang dipakai pendemo.

Salah satu pengguna Twitter lantas mengirim foto sepatu yang diduga sama dengan yang dipakai sang demonstran.

Sepatu keluaran merek ternama itu harganya Rp5,9 juta.

Selain sepatu, hal yang menjadi sorotan yakni kaca flat yang dikenakan oleh pemuda tersebut.

kaca flat tersebut ternyata hampir seharga dua juta rupiah, yakni 1 juta 875 ribu rupiah.

Diberitakan sebelumnya, Jika kebanyakan demonstrasi yang terjadi saat penolakan UU Cipta Kerja Omnibus Law berlangsung ricuh, tidak dengan wilayah Kabupaten Seram ini.

Mahasiswa Jalani Sholat Bareng

Di Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, aksi unjuk rasa d depan kantor bupati setempat, berlangsung damai, Sabtu (10/10/2020).

Tidak ada gas air mata, saling serang, dan lempar baru.

Sejumlah polisi yang mengamankan jalannya aksi tersebut bahkan membagi-bagikan air mineral kepada para demonstran.

Begitu pun saat aksi unjuk rasa memasuki waktu salat zuhur.

Para pendemo ikut salat berjamaah bersama Kapolres dan sejumlah anggota polisi yang mengamankan jalannya aksi unjuk rasa.

Salat zuhur berjamaah di depan kantor bupati itu diimami oleh Penjabat Bupati Seram Bagian Timur, Hadi Sulaiman.

“Demo di sini berjalan lancar dan damai, tidak ada lemparan batu dan tembakan gas air mata tidak ada bentrokan,” kata Kapolres Seram Bagian Timur, AKBP Andre Sukendar kepada Kompas.com via WhatsApp.

Aksi unjuk rasa mahasiswa ini dimulai dari jalan Protokol Bula, dari situ para mahasiswa langsung bergerak menuju kantor bupati setempat.

Setelah berorasi kurang lebih datu jam, para mahasiswa langsung diterima oleh Penjabat Bupati Hadi Sulaiman.

Kepada para mahasiswa, Hadi berjanji akan menyampaikan tuntutan para mahasiswa tersebut ke pemerintah pusat.

Setelah berunjuk rasa di kantor bupati, ratusan mahasiswa ini kembali menuju kantor DPRD setempat untuk berorasi sambil menyampaikan tuntutan mereka.

Dalam aksinya para mahasiswa meminta DPR RI dan Presiden Joko Widodo segera membatalkan Undang-undang Cipta Kerja Omnibus Law karena dinilai tidak memihak kepada pekerja dan masyarakat.

“Aksi kami tadi itu gabungan OKP, aksinya damai kami juga shalat berjamaah dengan polisi dan penjabat bupati.

Tadi kami mendesak agar pemerintah dapat mencabu kembali undang-undang yang telah disahkan itu, dan penjabat bupati dan DPRD berjanji menindaklanjuti tuntutan kami,” ungkap Ketua Umum PMII Bula Asrun Warawara, saat dihubungi dari Ambon.

Mahasiswa Dipukuli

Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berinisial ARN (20) mengaku mengalami tindakan kekerasan saat mengikuti demo menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/2020).

“Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul, sampai gagang kacamata saya patah,” kata ARN melalui keterangan tertulis yang diterima wartawan, Minggu (11/10/2020).

Dalam keterangan tertulis tersebut, Direktur Kemahasiswaan UGM Suharyadi disebut sempat menjenguk ARN di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta, Jumat.

Saat itu, selang infus dan oksigen masih terpasang di tubuh ARN.

Dirinya mengaku masih merasa sesak napas akibat tendangan.

Wajahnya juga lebam karena terkena pukulan.

ARN bercerita, saat demo berlangsung, dirinya datang terlambat.

Ia menyusul kawan lain yang sudah jalan dari bundaran UGM menggunakan sepeda motor.

ARN membawa dua kardus air minum yang akan dibagikan kepada rekannya.

Selanjutnya, ARN berada di baris depan bersama demonstran lainnya.

Ketika dia berada tepat di depan Gedung DPRD, tiba-tiba kembali terjadi kericuhan akibat aparat terprovokasi oleh demonstran.

“Empat personel diganggu massa, saya yakin anak SMA atau SMK. Satu personel terprovokasi, kebetulan posisi saya pas di belakang personel itu. Mulai bentrok dan ricuh, saya ikut mundur bersama polisi, saya masuk ke aula DPRD,” kata ARN.

Saat berlindung, ARN didatangi oleh salah satu aparat dan mulai diinterogasi.

Tak lama kemudian, dia dibawa bersama demonstran lainnya.

Saat diciduk petugas, ponsel miliknya disita.

ARN dibawa ke lantai atas Gedung DPRD untuk diinterogasi lebih lanjut sambil dipukul.

“Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul, sampai gagang kacamata saya patah,” kata dia.

Menurut ARN, dia diminta mengaku sebagai provokator dalam demo tersebut, karena polisi melihat isi pesan percakapan soal demo dari ponselnya.

"Mereka anggap chat saya dengan mahasiswi ini untuk provokasi demo Gedung DPRD jadi ricuh,” kata ARN.

Saat dijenguk Direktur Kemahasiswaan UGM Suharyadi, ARN mengaku mendapatkan motivasi agar cepat sembuh dan dapat beraktivitas kembali.

“Pak Haryadi minta saya tetap semangat tetap pikir positif. Saya ingin masalah ini cepat selesai dan bisa kuliah kembali,” ujar dia.

Tanggapan polisi

Saat dikonfirmasi, Kapolresta Yogyakarta Kombes Purwadi Wahyu Anggoro membantah adanya pemukulan saat dilakukan interogasi terhadap ARN.

"Tidak ada. Yang sudah di Polresta tidak ada pemukulan, mereka kan di lapangan," kata Purwadi saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Minggu.

Ia juga membantah informasi bahwa ARN dipaksa oleh aparat untuk mengaku sebagai provokator dalam unjuk rasa yang berakhir ricuh di depan Gedung DPRD DIY.

"Enggak ada, kita sesuai bukti pendukung. Yang tidak sesuai dengan fakta hukum ya kita lepaskan. Sudah bukan zamannya paksa-paksa orang mengaku," ucap dia.

Lebih lanjut, Purwadi mengatakan, dalam interogasi, pengakuan bukanlah yang utama.

Tetapi, cukup ada bukti dan saksi.

"Tidak mengaku pun kalau ada saksi dan bukti sudah cukup," kata Purwadi.

Sementara itu, ARN sudah diperbolehkan pulang pada Sabtu malam.

Namun, dia tetap akan dikenakan wajib lapor.

"Wajib lapor. Tapi lihat kondisi kesehatan yang bersangkutan," kata Purwadi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mahasiswa UGM Mengaku Dipukul dan Dipaksa Mengaku sebagai Provokator" dan tayang di Tribunnews.com VIRAL Anak Sultan Ikut Demo Omnibus Law, Pakai Helm Seharga 9 Juta, Total Outfit Puluhan Juta Rupiah

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved