Kejatuhan Batu Meteor Luar Angkasa, Warga Sumatera Mendadak Jadi Miliarder, Ditawar Rp 26 Miliar

Kejatuhan batu meteor dari luar angkasa, Joshua Hutagalung (33) warga Tapanuli Tengah, Sumatera Utara mendadak jadi miliarder, ditawar Rp 26 miliar

Kolase TribunKaltara.com / Facts.net dan kompas HO
Joshua Hutagalung, warga Sumatera Utara mendadak jadi milarder setelah menjual batu meteor senilai Rp 26 miliar. (Kolase TribunKaltara.com / Facts.net dan kompas HO) 

"Saya membawa uang sebanyak yang saya bisa kumpulkan dan pergi mencari Josua, yang ternyata adalah negosiator yang cerdik."

Jared membayar dengan harga fantastis tadi, Rp 25 miliar.

Setelah melakukan kesepakatan dengan Joshua Hutagalung, Jared mengirimkan batu meteor tersebut ke Amerika Serikat, dan sekarang menjadi koleksi Jay Piatek, seorang dokter dan kolektor meteorit dari Indianapolis.

Joshua Hutagalung yang memiliki tiga anak laki-laki, mengatakan dirinya memimpikan memiliki anak perempuan.

Ia berharap hadirnya batu meteor itu mampu memberikan keberuntungan untuk memeiliki anak perempuan.

"Saya juga selalu menginginkan seorang anak perempuan, dan saya harap ini pertanda bahwa saya akan cukup beruntung sekarang untuk memiliki anak perempuan," katanya kepada The Sun.

Seberapa Sering Meteorit Jatuh ke Bumi?

Meteorit adalah batuan sisa dari terbakarnya komet atau asteroid yang memasuki atmosfer Bumi.

Lapisan atmosfer inilah yang melindungi planet yang kita tinggali dari benda-benda langit yang berpotensi jatuh ke Bumi.

Tak dipungkiri bahwa gravitasi atau daya tarik medan magnet Bumi yang sangat kuat memungkinkan menarik benda langit apapun untuk jatuh.

Saat memasuki lapisan Bumi, benda-benda ini akan terbakar, ada yang tidak bersisa, namun ada juga yang bertahan.

Lantas, seberapa sering meteorit jatuh dan menghantam Bumi?

Meskipun tumbukan besar jarang terjadi, ribuan potongan kecil batuan luar angkasa, yang disebut meteorit, menghantam Bumi setiap tahun.

Baca juga: Mbah Asih, Juru Kunci Gunung Merapi Beri Pesan Penting ke Warga Terkait Meningkatnya Status Merapi

Dilansir dari Space, Jumat (10/10/2020), sebagian besar dari peristiwa ini tidak dapat diprediksi dan tidak diketahui.

"Karena mereka mendarat di hutan tak berpenghuni yang luas atau di perairan terbuka seperti lautan," kata Bill Cooke dan Althea Moorhead dari Kantor Lingkungan Meteoroid NASA.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved