Kejatuhan Batu Meteor Luar Angkasa, Warga Sumatera Mendadak Jadi Miliarder, Ditawar Rp 26 Miliar

Kejatuhan batu meteor dari luar angkasa, Joshua Hutagalung (33) warga Tapanuli Tengah, Sumatera Utara mendadak jadi miliarder, ditawar Rp 26 miliar

Kolase TribunKaltara.com / Facts.net dan kompas HO
Joshua Hutagalung, warga Sumatera Utara mendadak jadi milarder setelah menjual batu meteor senilai Rp 26 miliar. (Kolase TribunKaltara.com / Facts.net dan kompas HO) 

Untuk diketahui, meteorit berasal dari meteorid yakni sisa-sisa batuan dari komet atau asteroid yang bergerak di luar angkasa.

Saat benda-benda ini memasuki atmosfer Bumi, maka mereka disebut dengan meteor.

"Sebagian besar (antara 90 dan 95 persen) meteor ini benar-benar terbakar di atmosfer, menghasilkan garis terang yang bisa dilihat di langit malam," kata Moorhead.

Baca juga: Status Gunung Merapi Meningkat Jadi Siaga III, Kapan Meletus? Mbah Rono: Kita Tunggu Kata Terakhir

Namun, ketika meteor tidak terbakar habis dan kemudian terjun dengan kecepatan tinggi menuju Bumi dan jatuh ke tanah, mereka disebut meteorit.

Dampak meteorit jatuh Meteor jatuh adalah bencana tak terduga.

Kebanyakan meteorit yang ditemukan di tanah memiliki berat kurang dari satu kilogram biasanya hanya sekitar 0,45 kg.

Kendati tampaknya potongan-potongan kecil batu ini tidak akan menimbulkan banyak kerusakan, namun meteorit yang bergerak dengan kecepatan 322 km per jam dapat jatuh menimpa atap rumah atau menghancurkan kaca depan mobil.

Peristiwa meteorit jatuh dan menimpa rumah atau benda-benda di Bumi juga banyak dilaporkan.

Namun, menurut Cooke, pecahan batu yang jatuh dari langit bahkan bukan masalah terbesar terkait dampak meteor.

"Yang menyebabkan kerusakan paling besar adalah gelombang kejut yang dihasilkan meteor saat pecah di atmosfer ( bumi)," kata Cooke.

Secara umum, para astronom tidak dapat memprediksi dampak meteorit, terutama karena meteoroid yang bergerak di luar angkasa terlalu kecil untuk dideteksi.

Namun, peristiwa meteorit besar yang berasal dari asteroid, yang dapat dilacak di luar angkasa, tidak dapat diprediksi.

"Untungnya, antara 90 dan 95 persen meteor tidak selamat dari kejatuhan melalui atmosfer bumi untuk menghasilkan meteorit," jelas Moorhead.

Baca juga: Giliran Nikita Mirzani Bereaksi ke Gisel, Eks Istri Gading Marten Dipanggil Polisi Soal Video Mesum

Hal ini karena sebagian besar meteorit diyakini berasal dari komet, yang lebih rapuh daripada asteroid.

Moorhead menambahkan hanya meteoroid yang kebetulan terbuat dari material yang lebih kuat yang menghasilkan meteorit.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved