Virus Corona
Selain Inggris dan Afrika Selatan, Varian Baru Virus Corona Muncul di Nigeria, Punya Jenis Berbeda
Kabar buruk pandemi Covid-19, setelah Inggris dan Afrika Selatan yang melaporkan adanya varian baru virus corona, kini muncul jenis baru di Nigeria.
Berita itu muncul saat kasus virus corona melonjak di Nigeria dan Afrika Selatan. Dalam sepekan terakhir, Nigeria melaporkan peningkatan kasus sebesar 52% dan Afrika Selatan meningkat 40%, kata Nkengasong.
Varian baru di Afrika Selatan adalah yang dominan di sana, kata Nkengasong, karena infeksi yang dikonfirmasi di negara itu mendekati satu juta.
“Kami yakin mutasi ini tidak akan berpengaruh pada penyebaran vaksin corona ke benua itu," katanya tentang varian Afrika Selatan.
Baca juga: UPDATE Tambah 3, Kasus Kematian Covid-19 Kaltara Jadi 42, Lagi 43 Orang Terkonfirmasi Virus Corona
Menteri kesehatan Afrika Selatan pada Rabu malam mengumumkan tingkat penyebaran virus corona yang mengkhawatirkan di negara itu, dengan lebih dari 14.000 kasus baru dikonfirmasi pada hari terakhir, termasuk lebih dari 400 kematian.
Itu merupakan peningkatan kasus terbesar dalam satu hari terbesar.
Negara ini memiliki lebih dari 950.000 kasus infeksi corona.
Untuk pertama kalinya sejak mengonfirmasi kasus virus pertama di sub-Sahara Afrika pada Februari 2020, Nigeria menjadi sorotan selama pandemi ini, saat jumlah kasus infeksi corona melonjak.
"Selama beberapa minggu terakhir, kami mengalami peningkatan besar dalam jumlah sampel ke lab referensi [Nigeria CDC]," kata Direktur Jenderal CDC Chikwe Ihekweazu di Twitter, Kamis.
Nigeria memiliki lebih dari 80.000 kasus virus korona yang dikonfirmasi.
Benua Afrika memiliki lebih dari 2,5 juta kasus corona atau 3,3% dari kasus global.
Penjelasan WHO soal varian baru virus corona
Varian virus corona baru hasil mutasi diperkirakan lebih menular dan mematikan. Namun, Organisasi Kesehatan Sedunia ( WHO) menilai kabar tersebut tidak berdasar.
WHO sedang memperlajari varian virus corona yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
WHO menambahkan tidak ada bukti bahwa virus itu lebih mematikan atau lebih parah dari varian umum, dan hal terbaik yang bisa dilakukan masyarakat adalah berusaha meredam penularan.
Dalam pengarahan rutin di markas WHO di Jenewa, para pejabat mengatakan mereka terus menerima data mengenai varian itu dan ada laporan dari Inggris bahwa varian baru itu bisa lebih mudah menular.