Penemuan Drone Laut

Faktor Kuat Seaglider Digunakan China untuk Aksi Mata-mata, Walau Dibantah KSAL, Bukan Kali Pertama

Berikut ini faktor kuat seaglider atau drone laut digunakan China untuk mata-mata laut Indonesia, meski sudah dibantah KSAL Laksamana TNI Yudo Margono

Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews dan KOMPAS.COM
Penemuan drone laut atau seaglider yang ditemukan nelayan di Selayar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. (Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews dan KOMPAS.COM) 

TRIBUNKALTARA.COM - Berikut ini faktor kuat seaglider atau drone laut yang ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan itu digunakan China untuk mata-mata laut Indonesia, meski sudah dibantah KSAL Laksamana TNI Yudo Margono.

Penemuan seaglider atau drone laut di Selayar, Sulawesi Selatan, sempat membuat heboh publik di tanah air hingga jadi perbincangan internasional.

Pasalnya seaglider tersebut diduga berasal dari China dan digunakan untuk mata-mata perairan Indonesia.

Namun belakangan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono membantah seaglider ini digunakan untuk mata-mata.

Tak cuma itu, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono juga menampik seaglider berasal dari China lantaran tak cukup bukti.

Meski demikian, ada sejumlah faktor yang justru menguatkan dugaan tersebut.

Baca juga: Temuan Seaglider Diduga Milik China untuk Mata-mata Laut Indonesia, Menhan Prabowo Subianto Bereaksi

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan tambah kuat dugaan Seaglider yang ditemukan nelayan di Selayar merupakan perangkat mata-mata dan bukan dimiliki oleh swasta.

Hikmahanto merujuk pada pernyataan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono yang menyampaikan bahwa benda yang ditemukan oleh nelayan di Selayar bukanlah drone melainkan Seaglider.

KSAL juga menyampaikan Seaglider dilengkapi dengan sejumlah sensor yang dapat merekam antara lain kedalaman laut, arah arus, suhu, kadar oksigen, kesuburan laut, hingga suara ikan.

KSAL juga menyampaikan bahwa tidak dapat dipastikan siapa pemilik dari Seaglider tersebut.

“Ini menambah kuat dugaan Seaglider merupakan perangkat mata-mata dan bukan dimiliki oleh swasta,” ujar Hikmahanto ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (4/1/2021).

Dalam dunia intelijen, dia menjelaskan, berbagai instrumen yang digunakan, bahkan para agen intelijen bekerja secara senyap dan apapun atribut terutama yang terkait dengan negara sengaja dihilangkan.

Tujuannya satu, kata dia, agar bila terkuak tidak mudah negara yang dimata-matai dengan mudah menuding.

“Bahkan bila agen intelijen yang terkuak melakukan tindakan mata-mata maka Negara si agen tersebut tidak akan mengakui tindakan agen tersebut,” jelas Hikmahanto.

Oleh karenanya, dia mengatakan perlu kesabaran dan kecerdasan untuk mengungkap siapa pemilik Seaglider.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved