Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Beda FDR & CVR, Komponen Black Box Sriwijaya Air yang Dicari, Bisa Ungkap Penyebab Jatuhnya Pesawat

Beda FDR dan CVR, komponen black box Sriwijaya Air yang paling dicari, bisa ungkap penyebab jatuhnya pesawat di perairan Kepulauan Seribu.

Editor: Amiruddin
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Komponen black box Sriwijaya Air SJ 182, yakni FDR telah ditemukan penyelam TNI-AL. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN ) 

TRIBUNKALTARA.COM - Beda FDR dan CVR , komponen black box Sriwijaya Air yang paling dicari, bisa ungkap penyebab jatuhnya pesawat di perairan Kepulauan Seribu .

Satu komponen black box atau kotak hitam Sriwijaya Air SJ182 berhasil ditemukan penyelam gabungan Basarnas, TNI-Polri, dan unsur SAR lainnya, Selasa sore.

Komponen yang ditemukan tersebut, yakni bagian flight data recorder atau FDR .

Sedangkan satu komponen lainnya, yakni cockpit voice recorder atau CVR hingga saat ini masih dicari.

Sementara itu, FDR yang telah ditemukan sore tadi telah diserahkan kepada KNKT untuk proses investigasi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ182.

Baca juga: Heboh Ramalan Pesawat Jatuh Dikaitkan dengan Sriwijaya Air SJ 182, Nikita Mirzani Naik Pitam

Baca juga: Analisa Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Pakar Bongkar Misteri Pesawat Sempat Menukik Tajam

Baca juga: Elevator Lepas Buat Pesawat Sriwijaya Air Jatuh? Waktu Hanya 2 Menit, Berikut Daftar Nama Penumpang

Kepastian penemuan kotak hitam Sriwijaya Air SJ182 disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Kini tim Search and Rescue (SAR) gabungan masih terus mencari cockpit voice recorder ( CVR ) pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

CVR adalah perangkat dalam black box yang merekam percakapan pilot dan kopilot dalam kokpit pesawat.

Sementara itu, perangkat black box lainnya yakni flight data recorder ( FDR ) atau rekaman data penerbangan telah ditemukan.

"Pukul 16.40 KSAL melaporkan kembali bahwa flight data recorder ( FDR ) sudah ditemukan dan dilaporkan pula bahwa Underwater Locator Beacon ditemukan sebanyak dua. Artinya satu lagi, Cockpit Voice Recorder masih perlu dicari dengan tanpa adanya bantuan yaitu beacon tersebut," kata Hadi dalam konferensi pers yang disiarkan Kompas TV, Selasa (12/1/2021).

Hadi menegaskan tim SAR gabungan akan segera menemukan CVR di sekitar lokasi penemuan black box.

"Namun kami meyakini semua bahwa karena beacon yang ada di Cockpit Voice juga ditemukan di sekitar itu, maka dengan keyakinan yang tinggi, Cockpit Voice akan segera ditemukan," ujar Hadi.

Beda CVR dan FDR

Black box ini terdiri atas dua perangkat utama yaitu cockpit voice recoreder ( CVR ) dan flight data recorder ( FDR). Berikut penjelasannya :

1. cockpit voice recorder ( CVR )

Perekam suara kokpit atau Cockpit Voice Recorder ( CVR ) merekam suara yang terjadi di kokpit sekaligus merekam komunikasi pilot dengan menara pengatur lalu lintas udara. Di dalam kokpit memang terdapat beberapa mikrofon.

Ini bisa merekam percakapan dan suara lainnya yang terjadi dalam kabin.

Semisal suara benda jatuh, benturan maupun berupa gedoran.

Mungkin ada hingga empat mikrofon di kokpit pesawat, masing-masing terhubung ke perekam suara kokpit ( CVR ).

Mikrofon-mikrofon ini mengirim audio ke CVR, yang mendigitalkan dan menyimpan sinyal.

Di kokpit, ada juga alat yang disebut unit kontrol yang terkait, yang menyediakan pra-amplifikasi untuk audio yang masuk ke CVR. Keempat mikrofon ditempatkan di headset pilot, headset co-pilot, headset anggota kru ketiga (jika ada anggota kru ketiga) dan dekat pusat kokpit, untuk mengambil peringatan audio dan suara lainnya.

Kebanyakan CDR magnetic-tape menyimpan 30 menit terakhir suara.

Mereka menggunakan loop rekaman terus menerus yang menyelesaikan siklus setiap 30 menit. Saat material baru direkam, material tertua diganti. CVR yang menggunakan penyimpanan solid-state dapat merekam dua jam audio.

Serupa dengan perekam pita-magnetik, perekam solid-state juga merekam materi lama.

Baca juga: Pilot Bongkar Detik-detik Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air, Vincent Raditya Curi Perhatian di YouTube

Baca juga: Warga Dengar Suara Gemuruh saat Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Prediksi KNKT Bukan Meledak di Udara

Baca juga: Pantau Pencarian Pesawat Sriwijaya Air, Panglima TNI Hadi Tjahjanto Siapkan Alutsista Canggih

2. flight data recorder ( FDR )

Perekam data penerbangan ( FDR ) dirancang untuk merekam data operasi dari sistem pesawat. Ada sensor kabel dari berbagai area di pesawat ke unit perekam data penerbangan, yang ditransfer ke FDR. Jadi kapan pun pilot menyalakan saklar atau memutar tombol, FDR mencatat setiap tindakan.

Di AS, Federal Aviation Administration (FAA) mengharuskan maskapai penerbangan komersial untuk mencatat minimal 11 hingga 29 parameter, tergantung pada ukuran pesawat. Perekam pita-magnetik memiliki potensi untuk merekam hingga 100 parameter. Solid-state FDR dapat merekam ratusan atau bahkan ribuan lagi.

Pada tanggal 17 Juli 1997, FAA mengeluarkan Kode Peraturan Federal yang mengharuskan pencatatan setidaknya 88 parameter pada pesawat yang diproduksi setelah 19 Agustus 2002. Berikut adalah beberapa parameter yang dicatat oleh sebagian besar FDR:

1. Waktu

2. Ketinggian tekanan

3. Kecepatan udara

4. Percepatan vertikal

5. Tajuk magnet

6. Posisi kolom kontrol

7. Posisi kemudi rudder

8. Posisi roda kontrol

9. Penstabil horizontal

10. Aliran bahan bakar

Perekam solid-state dapat melacak lebih banyak parameter daripada pita magnetik karena memungkinkan aliran data yang lebih cepat. Solid-state FDR dapat menyimpan hingga 25 jam data penerbangan. Setiap parameter tambahan yang dicatat oleh FDR memberi penyidik ​​satu petunjuk lagi tentang penyebab kecelakaan.

Sejarah kotak hitam

Meski dinamakan kotak hitam, namun perangkat ini sebenarnya tidak berwarna hitam melainkan berwarna orange. Ia tahan benturan ekstrem dan sanggup bertahan di dalam air. Bahkan ini dilengkapi pula dengan underwater locator beacon (ULB) atau underwater acoustic beacon yang akan aktif jika terendam air. ULB akan mengirimkan sinyal kordinat lokasi di mana pesawat itu berada.

Asal usul kotak hitam

Produsen pesawat komersil pertama yang menggunakan pesawat bermesin jet, De Havilland Comet mengalami kecelakaan fatal sebanyak empat kali pada tahun 1953 dan 1954. Tiga diantaranya merupakan kecelakaan yang pada saat itu tak diketahui penyebabnya.

Adapun kecelakaan pertama De Havilland Comet, yang menimpa maskapai penerbangan Canadian Pacific Airlines di Karachi, Pakistan pada 3 Maret 1953 disebut merupakan akibat dari kesalahan pilot.

Kemudian pada 2 Mei 1953 terjadi kecelakaan serupa menimpa Flight BOAC 783/057, kemudian pada 10 Januari 1954 kecelakaan juga menimpa BOAC 781 serta terjadi pada maskapai penerbangan South African Airways Flight 201 pada 8 April 1954.

Rentetan kecelakaan itulah yang kemudian memaksa pembenahan besar-besaran pada armada Comet.

Seluruh Comet akhirnya di-grounded untuk mencegah terulangnya kecelakaan yang belakangan diketahui akibat kesalahan struktural.

Kecelakaan itulah yang kemudian menginspirasi David Warren, seorang ilmuwan dan peneliti Australia yang juga ahli bahan bakar untuk menciptakan apa yang kini dikenal dengan sebutan black box atau kotak hitam, terutama untuk bagian Cockpit Voice Recorder (VCR) dan Flight Data Recorder (FDR).

Idenya, muncul ketika ia menyadari bahwa kecelakaan penerbangan akan mudah diselidiki jika bisa mendengarkan percakapan terakhir di cockpit pesawat dan data rekaman fungsi-fungsi pesawat.

Alat sebelumnya yang sudah ada hanya digunakan untuk merekam data penerbangan, namun ada kekurangannya yakni tidak bisa merekam suara di cockpit. Alat inilah yang diciptakan oleh Francois Hussenot dan Paul Beaudouin di tahun 1939 dengan membuat perangkat perekaman berbentuk film dengan panjang 8 meter. Alat ini merekam data ketinggian, kecepatan dan lain-lain.

Lantas Waren mencoba bereksperimen setelah melihat rekaman suara mini di sebuah even pameran. Ia pun membuat perangkat menggunakan perangkat rekaman magenitik yang dapat dihapus dan digunakan kembali untuk merekam.

Model pertama perangkat ini, selesai pada tahun 1957. Alat hasil ciptaannya mampu merekam data suara selama empat jam serta bisa merekam data instrumen pada pelat baja. Sementara perangkat modern menggunakan perekam data digital yang datanya bisa dengan mudah dan cepat diunduh.

Penggabungan perekam data penerbangan atau Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (VCR) inilah yang kini digunakan dengan sebutan black box.

Pada saat itu, industri penerbangan tidak langsung mengadopsi perangkat ini lantaran adanya isu terkait keamanan privasi.

Warren pun berjuang untuk memeroleh pengakuan mengingat betapa pentingnya perangkat itu. Warren sempat tampil dalam wawancara langsung dengan ABC pada tahun 1985. Dirinya menceritakan bagaimana perjuangan dalam menemukan dan mengembangkan perangkat tersebut.

Baca juga: Kehebatan Denjaka, Pasukan Khusus TNI yang Cari Sriwijaya Air SJ-182, Pernah Hadapi Perompak Somalia

Baca juga: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Perintahkan Kapal Khusus Angkut Puing Pesawat Sriwijaya Air

Baca juga: Kisah Paulus, Selamat dari Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Ternyata Gara-gara Tes Covid-19

Barulah pada tahun 1960, pemerintahan Australia mulai mengadopsi Flight Data Recorder (FDR) pada pesawat komersial menandai penggunaan perangkat ini untuk pertama kalinya.

Data yang dikumpulkan oleh perangkat ini meliputi arah pesawat, ketinggian, kecepatan, akselerasi vertikal, dan data waktu. Namun kini, perangkat ini mampu merekam lebih banyak data yang mampu merekonstruksi kecelakaan, menganalisa masalah, serta dengan daya ketahanan yang lebih kuat termasuk tahan api dan bertahan ketika tenggelam di laut.

Kini, kotak hitam juga dilengkapi dengan Underwater Locator Beacon (ULB) yang aktif ketika berinteraksi dengan air dan akan memancarkan sinyal darurat selama 30 hari sehingga memudahkan untuk menemukannya. Selain itu, black box juga diberi warna orange menyala supaya mudah dikenali.

Namun dalam beberapa kasus, black box terkadang juga tidak ditemukan. Hal ini kemudian mengispirasi munculnya perangkat lainnya yang lebih canggih yakni sistem pelaporan real time atau ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System).

Tapi sejauh ini alat tersebut baru berhasil melacak informasi dasar mulai dari lepas landas hingga pendaratan. Selain itu, beberapa produsen pesawat ada yang sudah melengkapi dengan perangkat perekaman MP3 yang bisa merekam hingga 500 jam data penerbangan. 

(*)

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Beda Cockpit Voice Recorder dengan Flight Data Recorder, Perangkat Utama Black Box, https://batam.tribunnews.com/2021/01/12/beda-cockpit-voice-recorder-dengan-flight-data-recorder-perangkat-utama-black-box?page=all
Editor: Agus Tri Harsanto
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved