Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Misteri Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Bukan Meledak, hingga Pilot Tak Bisa Berbuat Apa-apa
Misteri penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, diduga bukan meledak, hingga Pilot tak bisa berbuat apa-apa andai elevator copot
Alumnus Universitas Hasanudin ini melanjutkan, elevator yang ia maksud terletak di bagian belakang pesawat.
“Letaknya itu di belakang, saya horisontal di ekor pesawat,” kata dia.
Baca juga: Pengakuan Ajie Relawan Evakuasi Korban Pesawat Sriwijaya Air di Laut, Pernah Ikat Jenazah di Badan
Elevator berbentuk sirip horizontal yang memiliki fungsi kontrol mengarahkan badan pesawat naik atau turun.
Selanjutnya mengangkat atau menurunkan ketinggian pesawat dengan mengubah sudut kontak sayap pesawat.
“Jadi elevator itu naik-turun. Dulu digerakkan pakai kabel, sekarang sudah nirkabel, otomatis," ujarnya.
"Saya menduga, elevatornya itu copot karena perawatan yang tidak maksimal.
"Itu kan semacam engsel yang bergerak naik-turun, bisa saja karatan, atau hal lain."
"Makanya faktor perawatan sangat penting,” jelas Andi Isdar Yusuf.
Bila elevator bergerak ke atas, kontak elevator dengan udara akan menekan turun bagian ekor pesawat, secara otomatis, hidung pesawat akan mengarah ke atas.
Ini akan menyebabkan sayap pesawat mengangkat ketinggian badan pesawat karena sudut kontak sayap pesawat dengan udara bertambah. Demikian pula sebaliknya.
“Coba bayangkan, di ketinggain ribuan meter, dengan kecepatan tinggi, elevator Sriwijaya Air SJ-182 yang begitu signifikan fungsinya copot atau tidak berfungsi,” kata Andi Isdar Yusuf.
Beda jika salah satu mesin yang rusak atau tidak berfungsi.
Jika kondisi ini yang terjadi, kata Andi Isdar Yusuf, maka pilot masih punya waktu untuk melakukan kontak dengan pihak luar..
“Dan pasti, jika salah satu mesin yang rusak, pilot akan kembali. Yang seperti ini sering kami alami dulu dan pilot pasti kembali.
"Tapi kalau elevator yang rusak, copot, tidak ada pilihan, langsung terjun bebas itu pesawat,” jelas Andi Isdar Yusuf.