Longsor di Sumedang

Update Longsor di Sumedang Jawa Barat, Total 31 Orang Meninggal Dunia, 9 Korban Masih Dicari

Update longsor di Sumedang, 31 orang meninggal dunia, 9 korban masih dicari.

Editor: Amiruddin
TRIBUN JABAR
Update longsor di Sumedang, 31 orang meninggal dunia, 9 korban masih dicari. (TRIBUN JABAR) 

Teka-teki penyebab longsor di Sumedang yang menewaskan 14 orang dan menimbun 26 warga lainnya akhirnya terungkap.

Hal tersebut berdasarkan pemetaan lokasi longsor Sumedang oleh ahli geologi Universitas Padjajaran.

Sebelumnya, Danramil 1014/Cimanggung, Kapt Inf Setio Pribadi; Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumedang, Yedi; dan Kepala Seksi Trantib Kecamatan Cimanggung, Suhanda turut menjadi korban longsor.

Mereka gugur saat berusaha mengevakuasi para korban yang masih tertimbun saat terjadi longsor pertama.

Menyikapi hal itu, Tim Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (FTG Unpad) pun melakukan survei geologi di kawasan bencana longsor untuk menganalisis struktur geologi di kawasan permukiman tersebut pada Senin (11/1/2021).

Dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad, Dicky Muslim mengatakan, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Pusat Riset Kebencanaan Unpad, Ikatan ahli geologi Indonesia, serta sejumlah alumni FTG Unpad, ditemukan bahwa wilayah yang terjadi longsor tersebut memiliki kontur lahan yang curam.

Selain itu, secara geologi, struktur tanah dan batuan di wilayah Perumahan SBG Desa Cihanjuang termasuk ke dalam bagian batuan vulkanik Qyu.

“Kami bukan mendatangi lokasi bencana longsor, tapi di hulunya atau di perubahan SBG itu, tujuannya selain melihat kondisi, tapi juga belajar dari lapangan, terkait potensi kedepan yang akan terjadi.

Setelah melakukan pengamatan melalui perekaman visual drone dan mencari lokasi singkapan material, ternyata, diketahui bahwa semula wilayah ini bekas tambang batu dan tanah urugan, lalu kemudian diratakan dan dijadikan perumahan,” ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar, Selasa (12/1/2021).

Dicky menjelaskan, dalam Peta Geologi yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM, batuan vulkanik Qyu merupakan produk batuan vulkanik muda yang belum bisa dipisahkan, sehingga masih bercampur antara lapisan keras dengan yang lunak.

Karena termasuk batuan vulkanik muda, lapisan tanah dan batuan ini cukup rentan. Kerentanan ini sudah terlihat sebelumnya di beberapa titik.

Selain itu, batas bagian tenggara perumahan SBG tersebut, berhadapan dengan tebing yang dibatasi dengan saluran air.

Maka diduga, ketika hujan besar tiba, saluran air ini terjadi peresapan atau infiltrasi, sehingga membentuk bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor.

"Sejumlah rumah yang berbatasan dengan tebing tersebut juga terlihat ada yang retak. Hal ini sudah mengindikasikan bahwa wilayah itu berpotensi terjadi pergeseran tanah yang akan memicu terjadinya longsor," ucapnya.

Hal ini, lanjutnya diperparah dengan adanya proyek permukiman baru yang dibangun di atas tebing bagian utara dan tenggara perumahan SBG.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved