Virus Corona

Dunia Sudah Vaksinasi Covid-19, WHO Justru Beri Peringatan, Tanda-tanda Buruk Pandemi di 2021

Dunia sudah lakukan Vaksinasi Covid-19, WHO justru beri peringatan, tanda-tanda buruk pandemi virus corona di 2021.

TribunKaltara.com
ILUSTRASI - Virus Corona global (TribunKaltara.com) 

TRIBUNKALTARA.COM - Dunia sudah lakukan Vaksinasi Covid-19, WHO justru beri peringatan, tanda-tanda buruk pandemi virus corona di 2021.

Sejumlah negara telah melakukan Vaksinasi Covid-19 ke warganya, termasuk di Indonesia.

Langkah Vaksinasi Covid-19 ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan kelompok guna meredam penyebaran virus corona.

Namun hal berbeda justru keluar dari pernyataan WHO alias Organisasi Kesehatan Dunia.

Meski sudah ada vaksin, Dunia belum tentu pulih dari virus corona di tahun 2021 ini.

Bahkan pandemi Covid-19 cenderung lebih buruk dari tahun 2020.

Peringatan ini disampaikan Kepala keadaan darurat WHO, Mike Ryan.

"Kita akan memasuki tahun kedua saat ini.

Tahun kedua bahkan bisa lebih sulit, mengingat dinamika transmisi dan beberapa masalah yang kami lihat,” kata Mike Ryan seperti dikutip dari Reuters.

Ryan menyampaikan hal ini dalam diskusi daring dengan beberapa pejabat WHO lainnya.

Ia menyampaikan, 2021 lebih sulit, terutama pada negara-negara yang berada di bumi belahan utara.

Baca juga: Kabar Buruk, Eropa Terancam Kebangkitan Virus Corona Tahun Depan, WHO Sudah Beri Peringatan

Tahun 2021 diprediksi lebih sulit dari 2020 karena saat ini telah ditemukan dua varian baru virus corona dari Inggris dan Afrika Selatan.

Kedua varian baru virus corona terbukti lebih mudah menular.

Namun tidak terbukti lebih berbahaya dibandingkan dengan jenis sebelumnya.

Ryan menegaskan penting untuk belajar dari hal-hal yang berhasil dan tidak berhasil di setiap negara untuk memerangi virus itu dari berbagai aspek, yaitu sains, komunikasi publik, pemerintahan.

Kita diharapkan dapat menemukan kombinasi terbaik dari semua pembelajaran tersebut.

Ia menyampaikan, pada akhir tahun lalu terjadi pelaporan yang tidak akurat dari data yang menunjukkan penurunan infeksi Covid-19 selama masa liburan, sehingga menimbulkan kesan tenang yang semu selama pandemi.

Setelah itu, menurutnya kasus kembali meningkat, dengan tambahan 5 juta infeksi Covid-19 di seluruh dunia dan 85.000 kematian.

Baca juga: Jepang Klaim Temukan Varian Baru Virus Corona, Beda Jenis dengan Kasus di Inggris dan Afrika Selatan

“Pastinya di belahan bumi utara, khususnya di Eropa dan Amerika Utara, kami telah melihat badai musim dingin yang sempurna: dingin, orang-orang masuk ke dalam (suatu negara), percampuran sosial yang meningkat dan kombinasi faktor-faktor lain yang telah mendorong peningkatan penularan di banyak negara,” ujar Ryan.

Amerika Serikat memimpin lonjakan kasus Covid-19 dengan menyumbang setengah dari jumlah kasus secara global dan 45 persen dari seluruh kematian akibat virus corona.

Eropa masih menyumbang sepertiga infeksi baru, tapi menunjukkan penurunan sebesar 10 persen dari minggu sebelumnya.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 juga memperingatkan, "Setelah liburan, di beberapa negara situasinya akan menjadi jauh lebih buruk sebelum nantinya akan menjadi lebih baik."

Baca juga: Kebijakan Jokowi Pilih Raffi Ahmad saat Vaksinasi Covid-19 Jadi Sorotan Media Internasional

Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan virus corona varian baru yang lebih menular seperti yang terdeteksi di Inggris, pemerintah di seluruh Eropa pada hari Rabu mengumumkan pembatasan virus corona yang lebih ketat dan lebih lama.

Swiss memperketat aturan pembukaan dan penutupan toko, Italia memperpanjang keadaan darurat Covid-19 dan Jerman meminta warganya untuk mengurangi kontak sosial. Semua ini dilakukan dalam upaya pengendalian virus corona.

“Saya khawatir kita akan tetap berada dalam pola puncak dan palung, puncak dan palung, tapi kami dapat melakukannya dengan lebih baik,” kata Van Kerkhove.

Dia juga mengingatkan untuk menjaga jarak fisik. "Semakin jauh, semakin baik. Pastikan Anda menjaga jarak itu dari orang-orang di luar rumah tangga dekat Anda," tambahnya.

China Kembali Laporkan Kasus Kematian Akibat Covid-19

Otoritas kesehatan China mengumumkan korban meninggal akibat Covid-19, pertama dalam delapan bulan terakhir.

Lebih dari 20 juta orang berada dalam lockdown di kawasan utara, dengan satu provinsi menetapkan status darurat.

Penyebabnya adalah mereka mengalami lonjakan dalam kasus infeksi harian, setelah di bulan-bulan sebelumnya laporan harian hanya dihitung jari.

Baca juga: Tampil di Mata Najwa, Epidemolog UI Pandu Riono Ragukan Target Jokowi soal Vaksin Corona Sinovac

Komisi Kesehatan Nasional China pada Kamis (14/1/2021) melaporkan 138 kasus Covid-19, tertinggi sejak Maret 2019.

Selain itu, mereka juga mencatat kasus kematian akibat virus corona, dan menjadi rapor terburuk dalam delapan bulan terakhir.

Pemerintah setempat hanya menjabarkan bahwa korban meninggal itu tercatat di Provinsi Hebei, yang beberapa kotanya terkena lockdown.

Pekan lalu, pemerintah menggelar tes massal dan penutupan sekolah dan toko di Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei yang dianggap episentrum terbaru.

Kota tetangga Xingtai dan Langlang, dengan total populasi 12 juta jiwa, juga ditutup sejak Jumat pekan lalu (8/1/2021).

Provinsi Heilongjiang di sebelah timur laut pun mentapkan status darurat, dan memeriksa 37 juta warganya karena kenaikan kasus virus corona.

Baca juga: Tetangga Indonesia Kini Terpuruk Lawan Varian Baru Virus Corona, Sempat Hebat Tangani Covid-19

Dengan adanya korban meninggal baru di China, total kasus kematian akibat Covid-19 berada di angka 4.635 orang.

Kedatangan WHO Kasus kematian terbaru itu terjadi ketika Beijing bersiap menyambut tim ilmuwan yang dikirim Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dilansir AFP, mereka dikirim untuk menyelidiki asal usul Covid-19 yang sudah mewabah di Bumi setahun belakangan.

Begitu sampai Kamis, mereka akan bertolak ke Wuhan, kota yang pertama kali melaporkan virus itu di Desember 2019.

Peter Ben Embarek selaku pimpinan misi menerangkan, agenda pertama mereka adalah menjalani karantina dua pekan sesuai protokol yang berlaku.

"Setelah itu, kami akan bertemu kolega kami di China dan mengunjungi tempat yang sudah kami rencanakan," ujar dia.

Embarek menjelaskan, tujuan mereka adalah mendapatkan gambaran mengenai bagaimana virus bisa menular dari hewan ke manusia.

Penyelidikan ini sempat tertunda setahun, dan menimbulkan krisis politik karena China dianggap menutup-nutupi fakta sebenarnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas TV dengan judul, WHO: Pandemi di Tahun 2021 Bisa Lebih Buruk Daripada 2020,
https://www.kompas.tv/article/138115/who-pandemi-di-tahun-2021-bisa-lebih-buruk-daripada-2020?page=all
Sumber: Kompas TV
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved