Virus Corona

Dubes RI untuk Vatikan Ajak Wartawan Tebar Sisi Positif di Tengah Pandemi Covid-19

Dubes RI untuk Vatikan, Laurentius Amrihj Jinangkung mengajak wartawan tebar informasi sisi positif di tengah pandemi Covid-19.

kemlu.go.id
Dubes RI untuk Vatikan, Laurentius Amrih Jinangkung saat bertemu Paus Fransiskus di Vatikan sebelum pandemi Covid-19. (kemlu.go.id) 

TRIBUNKALTARA.COM - Dubes RI untuk Vatikan, Laurentius Amrih Jinangkung mengajak wartawan tebar informasi sisi positif di tengah pandemi Covid-19.

Dunia termasuk Indonesia tengah menghadapi cobaan yang sangat berat yakni, pandemi Covid-19 yang memukul seluruh sendi-sendi kehidupan.

Semua pihak yang dimotori wartawan tanpa terkecuali harus bersatu mencurahkan perhatian, tenaga dan pikiran untuk dapat mengatasi pandemi dan dampaknya di segala bidang.

Perpecahan hanya akan semakin memperlemah sehingga semakin sulit kita menghadapi bahaya dan serangan pandemi.

Demikian dikemukakan Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan Laurentius Amrih Jinangkung dalam sambutannya di acara Buka Tahun Bersama PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia) dari Roma, Sabtu (23/1/2021).

Acara yang bertema “Mempererat Ikatan NKRI di Tengah Pandemi” ini diikuti sekitar 250 anggota PWKI secara live streaming di Jakarta, dan sejumlah kota dari Sabang sampai Merauke.

Baca juga: Kumpulkan Kardinal dan Uskup Vatikan, Paus Fransiskus Beri Pesan Natal, Minta Hentikan Gosip

“Saya menyambut baik tema acara kali ini sangat tepat karena memang sangat diperlukan persatuan dan kesatuan di tengah cobaan yang berat kali ini.

Perpecahan hanya akan semakin memperlemah kita dari dalam, sehingga semakin sulit menghadapi bahaya dan serangan pandemi dari luar,” ujar Amrih Jinangkung.

Amrih meyakini, memupuk persatuan, mempererat ikatan akan semakin memperkuat kita menghadapi cobaan apapun, termasuk pandemi Covid-19.

Ia menambahkan bahwa setiap warga negara bisa memberikan kontribusi masing-masing melalui cara mereka sendiri-sendiri untuk semakin mempererat ikatan NKRI.

“Wartawan, dalam hal ini adalah profesi istimewa yang memiliki peran dan kontribusi yang justru penting untuk mempererat ikatan NKRI di tengah pandemi ini,” katanya.

Amrih mengharapkan para wartawan, dalam tulisan-tulisan dan narasinya, dapat menyebarkan energi positif.

Warta yang ditulis secara profesional dan bertanggungjawab akan memberikan kesejukan di tengah masyarakat.

Penanganan Covid-19 di Indonesia, isu vaksin dan lain-lain, lanjut Amrih, memberikan gambaran betapa perlunya menyebarkan energi positif ke tengah-tengah masyarakat.

Memang banyak fakta yang membuat sedih terkait Covid-19, misalnya jumlah penderita dan korban yang meninggal.

Tetapi banyak pula fakta-fakta positif, bahkan sangat positif yang terjadi.

“Namun demikian, kalau kita baca terutama di media sosial, kita bisa lihat betapa mudah dan cepatnya orang-orang membuat judgement negatif.

Dan hal negatif ini yang lebih banyak berseliweran, membuat gaduh, masyarakat bingung, dan cepat menguras energi kita semua,” ucap Amrih.

Diuraikan lebih lanjut oleh Dubes Amrih, jargon para wartawan, biasanya “bad news is good news”.

Dalam hal ini, ada tantangan terhadap nurani dan profesionalisme para wartawan untuk men-define, menilai how bad is bad, how good is good.

Sesuatu itu apakah bad atau good, biasanya relatif. Bahkan kadang perlu pembanding untuk menentukan sesuatu baik atau tidak.

Perlu parameter jelas dan obyektif untuk menentukan sesuatu jelek, atau baik.

“Terlepas apakah baik atau buruk, selama masih berita faktual lebih bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi kalau sudah judgement, ceritanya akan menjadi lain. Dan ini yang lebih sering kita lihat berseliweran di media sosial, misalnya dalam kasus vaksin,” ucapnya.

Lebih jauh terkait vaksin Covid-19, Dubes menyampaikan beberapa hal.

Pertama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menyatakan bahwa vaksin Covid-19 produksi Sinovac “halal dan suci”.

Kedua, Vatikan juga sudah menyatakan bahwa vaksin Covid-19 morally acceptable, dapat diterima secara moral.

Ketiga, Banyak tokoh dunia maupun nasional, termasuk para pemimpin pemerintahan seperti Presiden Jokowi, Presiden AS Joe Biden, tokoh agama seperti Paus Fransiskus dan Paus Emeritus Benediktus dan lain-lain sudah memberi contoh dengan melakukan vaksinasi.

Menurut Dubes RI untuk Vatikan, Amrih Jinangkung banyak pihak termasuk Gereja juga menegaskan bahwa vaksinasi merupakan bentuk tanggungjawab.

“Mengikuti vaksinasi berarti melindungi keselamatan keluarga dan sesama di sekitar kita,” tuturnya.

Baca juga: Usia di Atas 80 Tahun, Paus Fransiskus dan Paus Benediktus XVI Tetap Disuntik Vaksin Corona Pfizer

Di akhir sambutannya, Dubes Amrih Jinangkung mengimbau kepada semua saja untuk menyikapi berbagai upaya yang sedang dilakukan Pemerintah, tidak saja di Indonesia tetapi di seluruh dunia, secara dewasa dan bertanggungjawab.

“Akan lebih baik apabila setiap diri kita menjadi bagian dari upaya mencari solusi, bukan sebaliknya,” pungkasnya.

Ikatan kebangsaan dan spirit ke-Indonesiaan pada saat ini melemah

Alasan utama adalah telah terjadi polarisasi dalam tubuh bangsa Indonesia dan ini mengakibatkan kemajemukan bangsa yang seharusnya menjadi kekuatan menjadi kelemahan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan anugerah tersebut.

Akibatnya, sejak merdeka Indonesia menghadapi berbagi krisis termasuk politik, relasi sosial budaya, relasi lintas agama, berbagai malapetaka hingga ancaman degradasi moral.

Bahkan di saat Indonesia menghadapi pandemi Covid-19, krisis tetap terjadi dengan kondisi masyarakat terbelah dalam berbagai posisi.

Demikian ditegaskan oleh RP Markus Solo Kewuta SVD, konselebrans utama dalam misa secara virtual Buka Tahun Baru Bersama Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) XVI – 2021, Sabtu (23/01/2021). Konselebrans lain dalam misa yang diadakan di Roma, Italia itu adalah RP Agustinus Purnomo MSF (Superior General Kongregasi MSF) dan RP Paulus Laurentius Pitoy MSC (Assistant Superior General Kongregasi MSC) dan ketiga konselebran itu berasal dari Indonesia.

Markus Solo yang Staf Dewan Kepausan Untuk Dialog AntarUmat Bergama Untuk Tahta Suci dan berkedudukan di Vatikan itu menegaskan, krisis yang muncul di Indonesia pada saat ini terutama disebabkan ada sebagian masyarakat yang tidak mendukung serta bekerjasama secara jujur dan sekaligus sepenuh hati kepada presiden yang resmi dipilih secara demokratis.

Hal ini menambah berbagai kompleksitas krisis yang menambah berbagai persoalan yang dulu belum terpecahkan.

“Saya menghimbau kepada wartawan Indonesia terutama Wartawan Katolik untuk mejaga keutuhan dengan mempererat Ikatan dan spirit ke-Indonesiaan demi utuhnya NKRI dengan berpegang pada tiga hal yakni percaya pada penyertaan Tuhan, aktif menebarkan benih kasih dan kebenaran, serta terus mengabarkan warta gembira,” tegas Markus Solo.

Markus Solo menggarisbawahi, dalam menunaikan tugasnya, PWKI menghadapi tantangan dunia Indonesia yang sebagian warganya berani berada dalam 'post-truth era' atau “era pasca-kebenaran”, yang lebih suka menyebar hoax dan fake news daripada kebenaran.

“Mengutip pernyataan Rasul Paulus, kelompok masyarakat post truth itu lebih suka memilih menjadi hamba-hamba huruf dan kalimat yang dapat menghancurkan nilai-nilai kehidupan bersama, daripada menjadi hamba-hamba roh yang menyebarkan nafas-nafas kehidupan yang menyelamatkan," ungkap Markus Solo.

Misa virtual dari Roma Italia dalam rangka Buka Tahun Baru Bersama XVI 2021 Paguyuban Wattawan Katolik Indonesia bersama Rm Agustinus Purnomo MSF (Superior General Kongregasi MSF), RP Markus Solo Kewuta SVD - Konselebeans Utama dan Rm Paulus Laurentius Pitoy MSC (Assistant Superior General Kongregasi MSC), Sabtu (23/01/2021). (Dok PWKI)
Misa virtual dari Roma Italia dalam rangka Buka Tahun Baru Bersama XVI 2021 Paguyuban Wattawan Katolik Indonesia bersama Rm Agustinus Purnomo MSF (Superior General Kongregasi MSF), RP Markus Solo Kewuta SVD - Konselebeans Utama dan Rm Paulus Laurentius Pitoy MSC (Assistant Superior General Kongregasi MSC), Sabtu (23/01/2021). (Dok PWKI) (Dok PWKI)

Tantangan inilah yang harus dihadapi para wartawan, terutama ketika berenang melawan arus, terjadi pertentangan nurani dan bahkan yang melukai integritas," ujarnya menambahkan.

Dalam konteks ini, wartawan siapapun orangnya seharusnya menjadi “nabi” (modern) yang hidup di zaman “open society” (masyarakat terbuka) seperti sekarang ini.

Para wartawan harus siap menjadi ‘nabi” yang berani ditolak, dicemooh ketika harus memperjuangkan kebenaran

“Wartawan harus menjadi garam dan terang. Para wartawan tidak boleh membiarkan diri dimanipulasi oleh orang lain agar misi serta jati dirinya menjadi garam yang melezatkan dan terang yang menerangi tidak kabur agar diperoleh kebenaran Mar,” ujarnya.

Hanya saja, diingatkan Pastor Markus. karena kebenaran cenderung memperhamba manusia atas nama hukum dan aturan, wartawan harus memiliki kasih untuk mengontrol kebenaran itu sendiri.

Kasih adalah DNA, Parameter kemuridan Kristus dan akhirnya Kebenaran berfungsi untuk memerdekakan kita.

Hadir secara virtual dalam acara ini adalah, Dubes Indonesia untuk Tahta Suci L. Amrih Jinangkung, Dirjen Bimas Katolik Y Bayu Samodro dan pengusaha Franciscus Welirang dan sementara Mekominfo Johnny G. Plate hadir dalam sambutan virtualnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Buka Tahun Baru Bersama PWKI kali ini juga memberi Anugerah “TERIMA KASIHKU KEPADAMU” untuk Ketua KPK Komjen Pol Firli Bahuri, Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wanita inspiratif Anne Avantie, profesinya sebagai perancang busana.

Paduan suara yang tampil gabungan dari PWKI Pontianak dan Ruai TV pimpinan Yupentius Ive, PWKI Kupang pimpihan Hilarius F Jahang, PWKI Semarang pimpinan Valentina Estiningsih, OMK Kawanua Katolik dan dari KompasTV.

(*)

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved