Berita Nasional Terkini

Anies Diejek Mega Dulu Muncul Diujian, Sekarang Pak Ganjar Jarang Salat Masuk di Buku Soal Siswa

Anies diejek Mega dulu muncul diujian, sekarang Pak Ganjar jarang salat masuk di buku soal siswa.

IST
Viral soal buku pelajaran yang menyebut nama ganjar tidak bersyukur dan jarang salat. 

Ada dua soal ujian dengan jawaban pilihan ganda. Pada soal pertama, disebutkan bahwa Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta tak menggunakan jabatan untuk memperkaya diri, melainkan untuk menolong rakyat.

Siswa diminta menjawab sifat apa yang ditunjukkan oleh Anies itu.

Lalu pada soal lainnya, disebutkan bahwa Anies kerap diejek Mega, namun Anies tak pernah marah.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi DKI Jakarta Nahdiana membenarkan materi ujian tersebut dibuat oleh salah satu guru sekolah di Jakarta.

Hal ini diketahui setelah Disdik DKI Jakarta melakukan penelusuran dan konfirmasi kepada kepala sekolah dan guru yang membuat soal ujian.

Soal tersebut dibuat oleh seorang guru kontrak di SMP 250 Cipete bernama Sukirno.

Kejadian tersebut membuat Komisi E memanggil sejumlah pihak atas munculnya soal bermuatan politis tersebut, diantaranya dari Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana, Kepala Sekolah SMP 250 Cipete Jakarta Selatan Setiabudi dan guru yang bersangkutan.

Dicecar Pertanyaan Asal-usul nama Anies dan Mega muncul

Dinas Pendidikan DKI Jakarta dicecar oleh Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Saputra soal kemunculan nama dua tokoh politik tersebut dalam soal ujian sekolah.

Pasalnya, menurut Iman, peristiwa penyebutan nama tokoh politik yang bernuansa politis di soal ujian sekolah di DKI Jakarta bukan pertama kali terjadi.

"Ini bukan kali pertama terjadi di dunia pendidikan (DKI Jakarta). Kalau enggak salah ini terjadi di zaman Pak Jokowi dan Pak Ahok (juga)," kata Iman kepada Kadisdik DKI di ruang rapat Komisi E, Selasa kemarin.

Iman juga menanyakan siapa yang bertanggungjawab atas soal-soal ujian yang menyebut nama-nama tokoh politik dengan perbandingan yang jomplang tersebut.

Menurut dia, penyebutan nama tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja karena sudah seperti modus politik elektoral di ranah pendidikan.

Dia juga mempertanyakan kepada guru pembuat soal apakah sudah tidak ada lagi nama-nama umum yang harusnya dijadikan contoh dalam soal.

"Kalau saya ngelihat seperti modus, kenapa selalu begini? Apa memang sudah kehabisan nama si Banu, si Amir?" tutur Iman.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved