Hari Raya Nyepi

Masih Suasana Pandemi Covid-19, PHDI Kaltara Sebut Hari Raya Nyepi Jadi Momentum Instrospeksi Diri

Masih suasana pandemi Covid-19, PHDI Kaltara sebut Hari Raya Nyepi jadi momentum instrospeksi diri.

Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM/MAULANA ILHAMI FAWDI
Umat Hindu di Bulungan, menjalankan Upacara Mecaru dilakukan satu hari sebelum menjalankan Nyepi, bertempat di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor. (TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI ) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR – Masih suasana pandemi Covid-19, PHDI Kaltara sebut Hari Raya Nyepi jadi momentum instrospeksi diri.

Perayaan Nyepi Tahun Saka 1943, jatuh pada hari ini, Minggu (14/4/2021).

Dirayakan di tengah suasana pandemi Covid-19, Nyepi tahun ini disebut sebagai upaya untuk mengalah dan ajang untuk instrokpeksi diri.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia atau PHDI Kaltara, saat ditemui usai Upacara Mecaru di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor, Sabtu lalu.

“Ini perayaan nyepi yang kedua di masa pandemi Covid-19, keyakinan kita kita harus mengalah dengan suasana pandemi, kita anggap pandemi lagi merajalela, jadi kita yang mengalah dengan menyepi,” ujar Ketua PHDI Kaltara, Ida Bagus Sidha Raharja.

Baca juga: Hari Raya Nyepi 2021, Umat Hindu di Tarakan Laksanakan Ritual Mecaru di Pura Agung Giri Jagatnatha

Baca juga: 30 Tahun Umat Hindu Tak Miliki Rumah Ibadah, Begini Reaksi Ketua PHDI Nunukan I Made

Baca juga: Masa Pandemi Covid-19, Umat Hindu di Nunukan Rayakan Nyepi Tahun ke-1943 di Rumah Masing-masing

“Jadi tepat sekali Nyepi di tengah pandemi, agar kita introspeksi diri untuk mengurangi kegiatan,” tambahnya.

Ida Bagus menjelaskan, saat menjalankan Nyepi, umat Hindu memiliki empat hal yang menjadi pantangan untuk dilakukan, atau disebut sebagai Catur Brata Penyepian.

Empat hal tersebut ialah, Amati Geni atau tidak menyalakan api, selain bermakna tidak menyalakan api di luar tubuh, Amati Geni juga bermakna api yang ada di dalam diri kita, yakni untuk menahan segala nafsu.

Berikutnya ialah Amati Karya, atau tidak bekerja, dengan tujuan untuk mengistirahatkan pikiran.

Lalu Amati Lelungan, tidak bepergian, bertujuan untuk mengistirahatkan fisik, untuk memberi waktu bagi tubuh untuk istirahat.

Serta Amati Lelanguan, atau tidak menikmati hiburan, sehingga dapat berkosentrasi melakukan semedi, bersembahyang dan melakukan instrospeksi diri.

Perayaan Nyepi kali ini, lanjut Ida Bagus sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsep Tri Hita Karana, dalam ajaran Hindu.

Ketua PHDI Kaltara, Ida Bagus Sidha Raharja, ditemui di Pura Agung Jagat Benuanta ( TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI )
Ketua PHDI Kaltara, Ida Bagus Sidha Raharja, ditemui di Pura Agung Jagat Benuanta ( TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI ) (TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI)

“Ini juga upaya kita menyeimbangkan Tri Hita Karana, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam,” terangnya.

Tak lupa dirinya berharap, dalam menjalankan Nyepi tahun ini, umat Hindu selalu diberikan kesehatan, sehingga tidak tertular Covid-19, serta pandemi dapat segera berakhir.

“Tentunya kita berharap agar selalu sehat, tidak tertular Covid-19, dan pandemi dapat segera berlalu,” harapnya.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved