Hari Paskah
Kenapa Paskah Selalu Hari Minggu? Ini Penjelasan Tanggal Paskah Berbeda Setiap Tahunnya
Perayaan Paskah oleh Umat Kristiani akan jatuh pada Minggu (4/4/2021). Kenapa tanggal perayaan Paskah selalu berbeda setiap tahunnya?
Penulis: - | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM - Perayaan Paskah oleh Umat Kristiani akan jatuh pada Minggu (4/4/2021).
Tahukah kamu, mengapa tanggal perayaan Paskah selalu berbeda setiap tahunnya?
Perlu diketahui, tanggal perayaan Paskah ditentukan dengan metode khusus, satu di antaranya dengan meihat bulan.
Paskah juga selalu diambil pada hari Minggu, begitu pun dengan hari wafatnya Isa Al Masih yang selalu diperingati setiap Jumat, yang kemudian dinamakan Jumat Agung.
Baca juga: Paskah 4 April 2021: Apa Itu Paskah yang Dirayakan Umat Kristiani? Simak Makna Easter dan Sejarahnya
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Paskah 2021, Cocok untuk Dikirimkan ke Keluarga dan Sahabat Dekat
Baca juga: Tak Kunjung Didistribusikan, Peserta Didik di Malinau Minta Kejelasan Pembagian Seragam Batik Gratis
Karena tanggal vernal equinox berubah dari tahun ke tahun, menghitung tanggal yang tepat bisa sulit.
Hal inilah yang membuat tanggal jatuhnya Paskah selalu berbeda setiap tahunnya.
Dan selalu lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.
Paskah dirayakan pada hari Minggu setelah bulan purnama pertama, Pachschal mengalami titik balik musim semi.
Karena tanggal vernal equinox beribah dari tahun ke tahun, membuat jatuhnya paskah menjadi tidak tetap.
Hari perayaan Paskah pun tak tentu karena disesuaikan dengan perhitungan tertentu.
Paskah akan disesuaikan dengan hari tertentu, dalam hal ini hari Minggu.
Sehingga, Paskah akan jatuh pada tanggal berbeda setiap tahunnya.
Metode dengan menghitung bukan purnama masih dilakukan hingga detik ini.
Berikut jatuhnya Paskah di tahun-tahun berikutnya:
- 12 April 2020
- 4 April 2021
- 17 April 2022
- 9 April 2023
- 31 Maret 2024
- 20 April 2025
Dalam Kekristenan Barat, Minggu Paskah harus selalu jatuh pada bulan purnama berikutnya, setelah musim semi equinox.
Paskah dapat jatuh pada awal Maret hingga akhir April atau Mei, tergantung pada tahun dan kalender yang digunakan.
Umat Kristiani di Timur yang menggunakan kalender Julian dan bukan kalender Gregorian, mungkin memiliki tanggal yang berbeda.
Tanggal Paskah berubah, karena bulan purnama dapat jatuh pada hari yang berbeda di zona waktu yang berbeda.

Penanggalan Matahari dan Bulan
Penentuan Natal mengacu pada sistem penanggalan Matahari (solar).
Acuannya adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari satu putaran penuh.
Adapun Paskah ditentukan berdasar sistem penanggalan Bulan-Matahari (luni-solar), paduan sistem penanggalan Matahari dan penanggalan Bulan.
Claus Tøndering dalam Frequently Asked Question about Calendars (2005) menyatakan, secara sederhana, perayaan Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama, setelah Matahari melintasi titik musim semi (vernal equinox).
Jika bulan purnama terjadi pada hari Minggu, Paskah jatuh pada Minggu berikut.
Ketentuan yang diambil dari keputusan Konsili Nicea tahun 325 Masehi itu dimaksudkan agar perayaan Paskah yang merupakan peringatan kebangkitan Yesus dilaksanakan pada hari dan musim yang sama dengan saat terjadinya peristiwa itu sekitar tahun 30 Masehi.
Saat itu, kalender Masehi yang digunakan mirip saat ini. Kalender ini digunakan sejak tahun 45 Sebelum Masehi di masa Julius Caesar sehingga disebut kalender Julian.
Hal yang membedakan adalah panjang satu tahun ketika itu didefinisikan sebanyak 365,25 hari.
Bulan purnama yang dijadikan acuan penentuan Paskah adalah bulan purnama Paskah (Paschal full moon), bukan bulan purnama dalam perhitungan astronomi modern.
”Bulan purnama Paskah jatuh pada hari terjadinya bulan purnama astronomi,” kata peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Emmanuel Sungging Mumpuni, Selasa (26/3/2013), seperti dikutip TribunKaltara.com dari Tribun Manado.
Dalam astronomi modern, bulan purnama merupakan satu waktu terjadinya kesegarisan antara Bulan-Bumi-Matahari.
Waktu Matahari melintasi titik musim semi berdasar Konsili Nicea ditetapkan pada 21 Maret setiap tahun.
Dalam astronomi modern, waktu Matahari melintasi titik musim semi bervariasi antara 19-21 Maret.
Data timeanddate.com menyebut titik musim semi 2013 terjadi pada Rabu (20/3/2013) pukul 11.02 waktu universal atau 18.02 WIB.
Menurut Sungging, penentuan bulan purnama astronomi dan waktu Matahari melintasi titik musim semi hingga orde menit seperti saat ini perlu kemampuan memahami orbit Bulan, pergerakan Bumi, hingga gangguan benda-benda langit lain.
Kemampuan ini belum dimiliki para astronom abad IV.
Namun, jika perhitungan modern dijadikan acuan, akan muncul kerumitan baru soal titik acuan untuk menentukan waktu Paskah secara global akibat perbedaan waktu antarnegara.
Bulan purnama astronomi hanya terjadi pada satu waktu tertentu sehingga hanya daerah tertentu di Bumi yang bisa mengamati.
Baca juga: Resep Kue Kering Enak, Mudah Dibuat untuk Camilan di Hari Paskah
Baca juga: Paskah 2021: Makna Rabu Abu, Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Minggu Paskah
Baca juga: Foto Perdana Aurel Hermansyah Bareng Ibu Kandung Jadi Sorotan, Ini Respons Tak Terduga Krisdayanti
Pada abad XVI baru disadari perayaan Paskah tidak tepat sesuai ketentuan awal.
Menurut LE Doggett dalam Calendars, yang mengutip P Kenneth Seidelmann dalam Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, mundurnya perayaan Paskah terjadi karena titik musim semi yang dijadikan acuan terjadi lebih cepat 10 hari.
Artinya, saat itu tanda Matahari mencapai titik musim semi sudah terjadi, tapi waktu di kalendernya belum.
Titik musim semi merupakan penanda datangnya musim semi di belahan Bumi utara dan musim gugur di belahan Bumi selatan. Saat ini, Matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa.
Akibatnya, semua tempat di Bumi memiliki panjang waktu siang dan malam yang sama.
(*)
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official