Teror di Mabes Polri

Diingatkan Jokowi usai Teror di Mabes Polri, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Langsung Bereaksi

Presiden Jokowi mengingatkan TNI, Polri dan BIN untuk meningkatkan kewaspadaan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto langsung bereaksi.

Tribunnews
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. (Tribunnews) 

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid mengatakan teroris di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri Jakarta Selatan punya kaitan ideologi.

Keduanya memiliki ideologi yang terkait yakni takfiri atau mengkafirkan orang yang memiliki paham berbeda dengan kelompoknya.

Namun demikian, kata Ahmad, teroris di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri Jakarta tidak terikat secara jaringan.

Sebab, teroris di Mabes Polri disimpulkan melakukan aksinya sendiri.

Ia juga mengatakan keduanya diketahui tidak berkomunikasi satu sama lain.

Baca juga: Identitas Perempuan yang Serang Mabes Polri Sempat Posting Instagram, Kapolri Beri Perintah Khusus

Baca juga: Kronologi Terduga Teroris Serang Mabes Polri, Kapolri Jenderal Listyo Sigit: Masuk Lewat Belakang

Baca juga: Seorang Misterius Masuk ke Mabes Polri, Tewas Ditembak di Depan Pintu Masuk Menuju Ruang Kapolri

"Keterkaitan ideologi ya. Jaringan tidak.

Karena kalau di Makassar jelas itu jaringan JAD," kata Ahmad ketika berbincang dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara D Ambarita di kantor redaksi Tribunnews Jakarta pada Kamis (1/4/2021).

Ahmad menduga hal yang membuat kejadian di kedua lokasi tersebut hampir bersamaan adalah resonansi dari kesamaan ideologi tersebut.

Ia mengatakan bukan perkara mudah bagi aparat untuk mendeteksi teroris yang beraksi seorang diri atau kerap disebut lone wolf.

Baca juga: HANYA 500 Meter dari Ruang Kerja Kapolri Listyo Sigit, Terduga Teroris Ditembak Mati di Mabes Polri

Baca juga: Perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit, 10 Polsek di Kaltara Tak Lagi Lakukan Fungsi Penyidikan

Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Bongkar Peran Suami Istri Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar

Menurutnya hal itu di antaranya karena mereka tidak berkomunikasi dengan kelompok-kelompok atau jaringan teroris meskipun aparat dalam tugasnya telah melakukan patroli siber, surveilance, dan analisa.

Hal tersebut, kata dia, dipersulit di antaranya karena berdasarkan riset yang dibacanya 67 persen konten-konten keagamaan yang ada di dunia maya adalah konten radikal.

"Karena yang bisa dimonitor oleh aparat Densus 88 mereka yang terkait dengan jaringan. Kalau yang lain harus melibatkan stakeholder lain," kata Ahmad.

(*)

Berita tentang teroris

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved