Hari Kartini
Sejarah Hari Kartini dan Biografi Lengkap RA Kartini, Kenapa Diperingati Setiap 21 April?
Sejarah Hari Kartini, beserta biografi RA Kartini, yang merupakan pahlawan nasional Indonesia.
Tak hanya itu, Kartini juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.
Kartini juga mulai banyak membaca De Locomotief, surat kabar dari Semarang yang ada di bawah asuhan Pieter Brooshoof.
Kegemarannya membaca buku membuat Kartini mendapatkan leestrommel, sebuah paketan majalah yang dikirimkan oleh toko buku kepada langganan mereka yang di dalamnya terdapat majalah-majalah tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Kartini kecil sering juga mengirimkan beberapa tulisan yang kemudian ia kirimkan kepada salah satu majalah wanita Belanda yang ia baca, yaitu De Hollandsche Lelie.
Melalui surat-surat yang ia kirimkan, terlihat jelas bahwa Kartini selalu membaca segala hal dengan detil.
Terkadang, Kartini juga membuat catatan kecil.
Tak jarang dalam suratnya, Kartini menyebut judul sebuah karangan atau hanya mengutip kalimat-kalimat yang pernah ia baca.
Buku-buku bertulisan Belanda tersebut membuat beliau makin terbuka pikirannya dan semakin maju.
Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup luas soal ilmu pengetahun dan kebudayaan.
Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Pada tanggal 12 November 1903, orangtua Kartini memintanya untuk menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang telah memiliki tiga istri.
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat sangat mengerti citi-cita Kartini.
Ia memperbolehkan Kartini unuk membangun sebuah sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang.
Sekolah tersebut berada di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.