Berita Bulungan Terkini

Petani tak Ingin Dipaksa Tanam Padi, Air Sungai Kerap Genangi Sawah & Hasil Panen Sulit Dipasarkan

Petani tak ingin dipaksa tanam padi, air sungai kerap genangi sawah & hasil panen sulit dipasarkan.

TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI
Kondisi Pertanian di SP 8, Tanjung Buka, Tanjung Palas Tengah, ( TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI ) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Petani tak ingin dipaksa tanam padi, air sungai kerap genangi sawah & hasil panen sulit dipasarkan.

Jalan berlumpur dan harus menyeberangi sungai Kayan dengan ketinting menjadi keseharian warga transmigran yang bermukim di Satuan Permukiman (SP) 8, Tanjung Buka, Tanjung Palas Tengah.

Kondisi ini masih berlangsung, sejak kawasan SP 8 dibuka pertama kali pada tahun 2012 lalu.

Baca juga: Kisah Petani di Bulungan, Suryadi Sampaikan Keluh Kesah, Minta Jangan Paksa Tanam Padi di Lokasi ini

Baca juga: Sertifikat Lahan Tani di Malinau Barat Diterbitkan, BPN Minta Petani Siapkan 2 Dokumen Persyaratan

Baca juga: Petani Mengadu Gabah Belum Dibayar, Bupati Malinau Wempi W Mawa Jelaskan Penyebabnya, Ini Janjinya

Warga transmigran yang umumnya datang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ini, diberikan rumah kayu, dan lahan garapan seluas 2 Hektar, sebagai modal awal menjadi petani.

Lahan seluas 2 Hektar dibagi sesuai peruntukan, yakni 1/4 bagian lahan untuk pekarangan, 3/4 bagian lahan untuk lahan kering, dan 1 bagian lainnya untuk lahan basah.

Menurut salah seorang petani, yang juga Ketua Gapoktan Sumber Makmur, Suryadi, menuturkan bila kondisi pertanian di SP 8 tidak banyak mengalami perubahan.

Bahkan menurut Suryadi, lahan basah yang sedianya diperuntukan bagi sawah basah, kini semakin sulit untuk dikelola, mengingat semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh para petani.

Diantaranya, tata kelola air yang menyebabkan air sungai kerap menggenangi sawah, lalu tidak hadirnya pendamping pertanian, hingga sulitnya memasarkan hasil pertanian padi saat panen.

Hal tersebut ia ungkapkan saat ditemui di SP 8, Tanjung Buka, Tanjung Palas Tengah, Minggu (13/6/2021).

"Saya merasa kurang diperhatikan pendamping, kami di sini banyak kendala, seperti hama penyakit, dan karena keterbatasan pengalaman kami harusnya pendamping aktif melakukan pendampingan pertanian," keluh Petani di SP 8, Tanjung Buka, Suryadi.

"Tolong kami diperhatikan agar pendamping ini bisa kembali turun kembali, karena sudah hampir satu tahun tidak ada pendamping pertanian yang datang ke sini," tambahnya.

Tak hanya luput dari pendampingan, petani di SP 8 mengaku juga kesulitan memasarkan hasil produknya, khususnya padi.

Lantaran menurutnya, varietas padi yang ditanam rupanya tidak begitu diminati oleh konsumen di pasaran.

"Kami di sini kesulitan memasarkan hasil pertanian," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved