Berita Tana Tidung Terkini

Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu Tempe di Tana Tidung Sebut Harga Capai Rp 600 Ribu Per Karung

Harga kedelai naik, perajin tahu tempe di Tana Tidung sebut harga capai Rp 600 ribu per karung.

Penulis: Rismayanti | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / RISNA
Perajin Tempe Tahu Podo Moro, saat mengemas produk tempe di rumah produksinya yang berlokasi di Desa Sebidai, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Harga kedelai naik, perajin tahu tempe di Tana Tidung sebut harga capai Rp 600 ribu per karung.

Harga kedelai mulai merangkak naik. Kenaikan harga ini dirasa sampai ke Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara.

Perajin Tahu Tempe Podo Moro Tana Tidung, Muhammad Fuadi mengatakan, kenaikan ini mulai beberapa bulan yang lalu.

Baca juga: Kasus Covid-19 Mulai Meningkat, Dinkes Kaltara Sebut Akibat Mobilitas Masyarakat, Singgung KTT

Dia mengatakan, kenaikan harga kedelai sudah dari tiga bulan yang lalu. Hanya saja kenaikan itu sangat terasa di bulan Februari ini.

Biasanya harga perkarung dikisaran Rp 560 ribu sampai Rp 570 ribu. Kini harga kedelai sampai di Kabupaten Tana Tidung dikisaran Rp 600 ribu ke atas.

"Saya kalau ambil kedelai kan di Tarakan. Harga di Tarakan itu sekarang Rp 595 ribu. Tapi sampai di KTT bisa sampai Rp 600 ribu lebih.

Karena kan saya bayar ongkos buruh, ongkos kapal juga," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Rabu (16/2/2022)

Naiknya harga kedelai, mau tidak mau ia harus mengurangi ketebalan produk tahunya.

"Harga jual kita tetap sama, cuma tahunya kita tipisin sedikit, biasanya 4 cm jadi 3 cm. Kalau harga kita Rp 1000 perbiji.

Kalau tempe itu bervarian. Tempe daun itu kita jual Rp 8000, sedangkan tempe bungkus plastik itu macam-macam juga harganya," ungkapnya.

Baca juga: Posko Covid-19 di KTT Bakal Diisi 2 Vaksinator dan TNI-Polri, Vaksinasi Tergantung Jadwal Speedboat

Lebih lanjut dia sampaikan, angka produksinya saat ini pun alami penurunan.

Yang biasanya dalam sebulan bisa menghabiskan 2-3 ton kedelai. Sekarang, hanya menghabiskan 1 ton saja.

"Tempe sama, cuma pemasarannya yang masalah itu. Kita mau kurangi, konsumen pasti ngeluh," katanya.

Penulis: Risna

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved