Liga Italia
Move On dari Donnarumma, AC Milan Tatap Scudetto Bareng Maignan, Lebih Hebat dari Si Pengkhianat
Musim ini AC Milan menatap Scudetto Liga Italia bersama Mike Maignan, kiper Prancis itu dianggap lebih hebat dari si pengkhianat Gianluigi Donnarumma.
TRIBUNKALTARA.COM - Musim ini AC Milan menatap Scudetto Liga Italia bersama Mike Maignan, kiper Prancis itu dianggap lebih hebat dari si pengkhianat Gianluigi Donnarumma.
Kiper AC Milan, Mike Maignan kembali mendapat sanjungan dari Milanisti berkat penampilan apiknya musim ini.
Sanjungan terhadap Mike Maignan juga dilontarkan oleh pelatih AC Milan, Stefano Pioli, yang menganggapnya punya kelebih penting untuk membantu Rossoneri meraih Scudetto.
Pujian terhadap Mike Maignan semakin menegaskan bahwa AC Milan telah move on dari Gianluigi Donnarumma, yang dicap pengkhianat.
Itu tak lepas dari performa buruk Gianluigi Donnarumma di Liga Champions yang dianggap sebagai biang keladi kegagalan PSG.
Dicap sebagai pengkhianat lantaran tak mau memperpanjang kontrak di AC Milan, para Milanisti bersyukur Gianluigi Donnarumma tampil jeblok bersama tim barunya.
Kini Milanisti lebih mensyukuri hadirnya Mike Maignan yang menjadi garansi amannya gawang Rossoneri dari gempuran lawan.
Pelatih AC Milan, Stefano Pioli memuji kelebihan Mike Maignan, dalam menggunakan kaki.
Ini merujuk pada penampilan Gianluigi Donnarumma yang melakukan blunder akibat tak memiliki kelincahan kaki.
Gianluigi Donnarumma melakukan kesalahan yang memicu kebobolan dalam pertandingan leg kedua 16 besar Liga Champions melawan Real Madrid.
Baca juga: Fans AC Milan Percaya Diri Juara Liga Italia Musim Ini Meski Penampilan Giroud Cs Tidak Spektakuler
Bertanding di Stadion Santiago Bernabeu, Kamis (10/3/2022) dini hari WIB, PSG sempat unggul 1-0 terlebih dahulu berkat gol Kylian Mbappe.
Real Madrid kemudian menyamakan kedudukan pada babak kedua lewat aksi Karim Benzema.
Gol Benzema itu tercipta dari kesalahan Donnarumma.
Gianluigi Umpannya ke pemain PSG tidak berakhir sempurna karena ada gangguan dari Karim Benzema.
Alhasil, bola pun berada dalam penguasaan Vinicius Junior.
Vinicius lalu mengirim umpan kepada Karim Benzema yang sudah menunggu di dalam kotak penalti.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Benzema lantas menceploskan bola ke gawang PSG.
Gol itulah yang kemudian memicu comeback Real Madrid.
PSG pada akhirnya kalah 1-3 dan tersingkir dari Liga Champions.
Meski tak menyebut nama Gianluigi Donnarumma, Stefano Pioli menjelaskan soal situasi seorang kiper kala menguasai bola.
"Pemain yang menguasai bola bisa mengalirkannya dengan bagus atau buruk tergantung bagaimana rekan satu timnya bergerak," kata Stefano Pioli, dilansir dari Football Italia.
Penjaga gawang AC Milan, Mike Maignan, punya kelebihan menguasai bola di dalam areanya.
Musim ini Mike Maignan telah mengemas satu assist via operan panjang yang berujung gol Rafael Leao di laga kontra Sampdoria.
"Lawan kami mengenal kami dengan baik sekarang dan penting untuk memiliki solusi yang berbeda.
Mike menggunakan kualitasnya, baik dengan umpan panjang maupun pendek," ujar Stefano Pioli.

Baca juga: AC Milan Prioritaskan Pemain Muda Mengisi Skuad Inti, Ibrahimovic dan Giroud Terancam Terusir?
Adapun AC Milan saat ini tengah memuncaki klasemen Liga Italia 2021-2022 dengan mengoleksi 60 poin.
Stefano Pioli bertekad mengantarkan timnya memetik kemenangan di giornata 30 Serie A agar peluang menuju Scudetto atau gelar juara Liga Italia makin terbuka.
"Setiap pertandingan berbeda. Kami perlu bermain dengan konsistensi dan tempo, sehingga kualitas kami muncul," kata Stefano Pioli, dilansir dari laman resmi AC Milan.
"Para pemain tahu betapa pentingnya pertandingan melawan Empoli saat ini.
Pengalaman masa lalu telah mengajari kami banyak hal.
"Kami harus berjuang dan menang saat bertanding. Kami juga harus tetap rendah hati," ungkap Stefano Pioli.
Selain kelincahan kaki, Mike Maginan tampil apik musim ini dengan kebobolan 27 gol dan 11 clean sheet dari 28 pertandingan di semua kompetisi.
Sedangkan Gianluigi Donnarumma kesulitan menembus tim utama PSG dengan hanya mencatat 18 penampilan, clean sheet 8 dan kebobolan 14 kali.
Hasil Didikan Legenda
Nelson Dida adalah nama besar di bawah mistar, baik AC Milan dan Brasil.
Di AC Milan, posisinya tidak tergantikan, ketika mencapai puncak penampilannya, tidak ada yang bisa menjebol gawangnya.
Sedangkan bersama Brasil, Dida adalah kiper kulit hitam pertama bagi Brasil sejak Moacir Barbosa final Piala Dunia 1950.
Brasil sangat antipati kepada penjaga gawang kulit hitam, sebelum Dida mengubah stigma itu.
Bergabungnya Nelson Dida ke AC Milan tentu menjadi berkah bagi kiper Rossonerri, terutama Mike Maignan.
Menjadi runner-up musim lalu, AC Milan tentu menginginkan pencapaian yang lebih baik atau setidaknya menyamai.
Penjaga gawang adalah posisi krusial, dan Dida adalah contoh sempurna.
Dida dikenal dengan kemampuannya mengkoordinasi lini belakang dan mengintimidasi penyerang.
Dua hal ini bisa menjadi hal yang bisa dipelajari Mike Maignan, karena sejak di Lille, koordinasi adalah kritik terbesar kiper berusia 26 tahun ini.
Dida memiliki tipikal permainan yang sama dengan Mike Maignan sebagai shoot stopper yang tangkas dan punya jangkauan yang jauh.
Tetapi yang sangat bisa dipelajari Mike Maignan adalah cara Dida yang intimidatif kepada penyerang.
Dida memiliki tinggi 196 sentimeter, ia kerap berkonfrontasi dengan penyerang lawan lewat cara-cara cerdik.

Baca juga: AC Milan Resmikan Kiper Baru Pengganti Donnarumma, Mike Maignan Pilih Nomor Keberuntungan Prancis
Ketika menghadapi tendangan bebas, setelah mengatur tembok, ia akan berdiri di tengah dan merentangkan kedua tangannya, sebelum memposisikan diri.
Seolah menekan sang eksekutor bahwa jangkauannya akan menghentikan bola ke manapun diarahkan ke gawangnya. Cara itu seringkali berhasil.
Selain itu, ketika Dida menghentikan sepakan lawan, ia tidak berteriak dan dengan muka sangat santai hanya menyuruh lini Maldini atau Nesta lebih rapat.
Ini yang ditiru Mike Maignan, setelah menepis penalti Salah ketika menghadapi Liverpool, atau sepakan bebas Mikel Damsgaard di laga perdana melawan Sampdoria dirinya sangat dingin, nyaris minim ekspresi.
Ini adalah cara yang sangat intimidatif, kita melihat ini di Jan Oblak di Atletico Madrid dan Jordan pickford di Timnas Inggris.
Cara itu membuat penyerang akan frustasi, pasalnya Dida membuat seolah sepakan sang pemain sangat mudah dipatahkan tanpa effort lebih dari sang kiper.
Sedangkan untuk penalti, mungkin tidak banyak yang punya cara seintimidatif Dida.
Dida tidak mendekat ke titik putih, melainkan hanya berdiri diantara kotak kecil dan garus gawang, sebelum perlahan mundur dan diam tanpa gerakan apapun.
Ia hanya akan diam tidak membuat gerakan sama sekali, tidak merentangkan tangannya bahkan menundukkan kepalanya.
Final Liga Champions 2002/2003, adalah salah satu contohnya, babak adu penalti terbaik dengan Buffon di Juventus dan Dida di Milan.
Dida benar-benar seperti patung sebelum akhirnya membaca 3 penendang Juventus.
Ini yang bisa dipelajari oleh Mike Maignan, dan keputusan tepat AC Milan untuk meminta Dida turun gunung menjadi pelatih kiper.
Mike Maignan sudah merasakan manfaat dari peran Dida sebagai pelatih penjaga gawang AC Milan.
"Dampak pertama positif. Dida adalah penjaga gawang yang hebat, dia akan mampu memberi saya tangan yang bagus untuk berkembang," ujar Mike Maignan.
Beban tentu saja ada di pundak Mike Maignan sebagai pengganti Gianluigi Donarumma yang hengkang ke PSG.
Diharapkan Mike Maignan mampu tampil konsisten dan memberikan Scudetto buat AC Milan musim ini.
(*)
(TribunKaltara.com / Cornel Dimas Satrio K)
Join Grup Telegram Tribun Kaltara untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltaracomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
TikTok officialtribunkaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official