Ramadan

Ada Tradisi Unik Membangunkan Sahur di Mesir Saat Ramadan,Namanya Mesaharaty, Mirip di Indonesia Loh

Membangunkan sahur merupakan salah satu tradisi yang hanya ada pada bulan Ramadan.Ternyata tak hanya di Indonesia yang memiliki kebiasaan unik ini

Editor: Hajrah
TRIBUNKALTARA.COM/MAULANA ILHAMI FAWDI
Ilustrasi Pawai Obor. Di beberpa daerah Indonesia menyemarakkan waktu menyambut Ramadan dengan menggelar pawai obor (TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI) 

TRIBUNKALTARA.COM- Membangunkan sahur merupakan salah satu tradisi yang hanya ada pada bulan Ramadan.

Ternyata tak hanya di Indonesia yang memiliki kebiasaan unik ini.

Di Mesir ternyata juga melakukan hal serupa.

Di Indonesia, umumnya tradisi membangunkan sahur dilakukan oleh anak-anak hingga para pemuda setempat yang bertugas berkeliling ke setiap rumah sambil memukul-mukul kaleng atau beduk lalu berteriak "sahur, sahur".

Di Mesir sendiri, tradisi membangunkan sahur disebut Mesaharaty yang artinya membangunkan sahur.

Saat membangunkan sahur di Mesir, penabuh genderang akan berkeliling ke berbagai area pemukiman masyarakat.

Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo M. Aji Surya membenarkan bahwa Indonesia memang memiliki kesamaan tradisi Ramadan dengan Mesir.

Dia mengatakan kesamaan yang paling terlihat adalah tradisi Mesaharaty atau membangunkan orang sahur.

"Bedanya di Mesir orang-orang membangunkan sahur dengan cara menabuh tablah (sejenis rebana) sambil bernyanyi. Sementera di Indonesia lazim menggunakan bedug," kata Aji.

Pemerintah Mesir, kata dia, sudah mulai melonggarkan aturan kepada warganya seiring kasus Covid-19 yang melandai.

Baca juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Palopo Sulawesi Selatan 4 Ramadan 1443 Hijriah, Lengkap Waktu Salat

Baca juga: Inilah Enam Amalan Pelebur Dosa, Termasuk Puasa Ramadan

Di Mesir, Rutinitas Ramadan Masyarakat Berlangsung Normal

Ramadan tahun ini masyarakat menjalankan rutinitas hampir sepenuhnya normal, mulai dari buka puasa dan sahur bersama, salat tarawih serta pengajian-pengajian.

Bahkan Pemerintah membolehkan cafe-cafe, restoran buka sampai jam 2 pagi (waktu sahur), bahkan delivery sepanjang waktu.

"Kegiatan yang masih belum dibolehkan yaitu i’tikaf atau berdiam diri di masjid. Setelah salat tarawih masjid-masjid di seluruh Mesir akan langsung ditutup," urai Aji.

Aji menceritakan kegiatan khas Ramadan di Kairo yang tak luput setiap tahunnya adalah maidaturrahman atau tenda-tenda di tepi jalan yang dekat dengan keramaian sebagai tempat jamuan buka puasa gratis.

Menu makanannya yang diberikan beragam dari mulai roti, nasi, ikan hingga daging kambing.

"Siapa saja boleh ikut makan hidangan buka dengan gratis selama persediaan makanan dan minuman masih cukup," terangnya.

Selain maidaturrahman, di jalan-jalan kota Kairo dapat dengan mudah ditemukan orang-orang yang membagi-bagi takjil gratis kepada pengendara yang melintas.

Biasanya berupa kurma, jus kemasan dan air mineral.

Aji mengatakan kebiasaan warga Mesir yang paling kentara saat Ramadan adalah aktivitas mereka yang bergeser ke malam hari, terutama bagi yang berjualan di toko-toko.

Pagi hingga siang pertokoan banyak yang tutup dan baru akan buka menjelang sore hari atau bahkan setelah salat tarawih.

Kebiasaan tersebut disebabkan karena warga Mesir selama Ramadhan hampir tidak tidur pada malam hari.

"Mereka biasanya baru tidur setelah salat subuh. Waktu malam digunakan untuk berkumpul bersama keluarga di cafe-cafe dan taman hingga waktu sahur tiba," tutur Pakdhe Aji.

Sebaliknya dari sahur, untuk berbuka puasa warga Mesir lebih memilih di rumah masing-masing dengan makanan buatan sendiri.

Tradisi Bulan Puasa di Negara Lain yang Mirip di Indonesia: 

Membersihkan Rumah Menjelang Bulan Puasa di Maroko

Tradisi bersih-bersih rumah dalam rangka menyambut bulan Ramadan dilakukan juga di Maroko.

Sebelum berpuasa, masyarakat Maroko melakukan persiapan penyambutan Ramadan dengan melakukan bersih-bersih rumah termasuk membesihkan peralatan dapur dan furnitur lainnya.

Selan itu, bagian-bagian rumah diperbaiki, dindingnya dicat ulang agar terlihat segar dan baru.

Lalu, setelahnya akan berkumpul dan berpesta bersama memeriahkan datangnya bulan puasa.

Patroli Sahur di Mesir

Patroli sahur adalah salah satu tradisi yang seru di bulan puasa.

Itu pula yang membuat malam-malam bulan puasa terasa berbeda. Setiap negara selalu ada acara untuk membangunkan orang sahur.

Mesir dan Indonesia mempunyai kesamaan cara. Dua negara ini memunyai tradisi patroli sahur.

Di Mesir, orang yang bertugas menyerukan untuk bangun sahur disebut Mesaharaty, sang penyeru malam.

Orang-orang ini akan berkeliling menyerukan untuk bangun sahur di sepanjang jalan-jalan desa sambil membawa alat-alat musik seperti drum.

Ternyata tradisi ini tidak hanya ada di Mesir. Di beberapa negara lain seperti Arab Saudi dan Yaman pun terdapat tradisi yang sama.

Nah, di Indonesia, tradisi sahur semakin semarak. Di daerah Jawa, patroli sahur bahkan menjadi sebuah festival musik dengan peralatan dan kostum yang lebih lengkap.

Para pemuda dan beberapa warga berkeliling sambil membunyikan alat musik yang nyaring.

Alat musik yang digunakan adalah alat-alat bekas pakai yang sering dijumpai seperti ember bekas, galon, kaleng bekas dan bedug serta kentongan. Mereka pun menyiapkan yel-yel atau seruan khusus untuk membangunkan sahur yang seirama dengan musik dari peralatan bekas tersebut.

Mengunjungi Sanak Famili dan Berbuka Bersama di Bangladesh

Bulan suci Ramadan merupakan sebuah momentum yang sangat penting dan berharga bagi semua umat muslim di dunia.

Di Bangladesh, salah satu cara untuk menyambut bulan baik itu adalah dengan saling mengunjungi sanak famili dan bersantap bersama.

Pada saat buka puasa bersama masyarakat Bangladesh akan menyantap camilan manis khas yang disebut dengan jilapi.

Di beberapa tempat di Indonesia pun ada yang melanggengkan tradisi serupa.

Di masyarakat Sunda, misalnya. Keluarga yang pergi merantau dan keluarga yang berada jauh lainnya biasa berkumpul untuk buka bersama di hari pertama puasa.

Tembakan Meriam sebagai Tanda Buka Puasa, Sahur dan Imsak di Mesir

Waktu berbuka puasa biasanya ditandai dengan adanya suara azan magrib berkumandang.

Ketika bunyi azan yang diperdengarkan dari pengeras suara masjid terdengar, umat muslim yang berpuasa boleh makan dan minum.

Alih-alih menggunakan bedug atau sesuatu yang lain, Mesir menggunakan meriam sebagai penanda masuknya waktu buka puasa.

Meriam Ramadan dibunyikan pula di waktu sahur dan imsak serta sebagai tanda masuknya tanggal 1 Syawal.

Penggunaan meriam sebagai penanda waktu berbuka puasa di Mesir berawal dari Kesultanan Mamluk di abad 19.

Kala itu, sultan ingin menguji meriam keluaran terbaru. Percobaan tersebut dilakukan bertepatan dengan waktu magrib.

Penduduk yang mendengar bunyi meriam itu mengira bahwa meriam adalah penanda waktu berbuka. Sangkaan penduduk tersebut membuat sultan kemudian menetapkan bahwa meriam akan menjadi penanda waktu berbuka di Mesir untuk seterusnya.

Ia menganggap bunyi meriam adalah sebuah inovasi baru yang unik penanda waktu khusus di bulan bulan puasa Ramadan. Penggunaan meriam sebagai penanda waktu buka puasa dilakukan di Indonesia, tepatnya di Rangkasbitung.

Ketika waktu sudah memasuki waktu berbuka, selain azan berkumandang, warga Rangkasbitung akan mendengar bunyi meriam.

Tidak hanya satu meriam, di Rangkasbitung Meriam yang dinyalakan untuk mengabarkan bahwa waktu berbuka telah tiba ada dua buah.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mesaharaty, Tradisi Membangunkan Orang Makan Sahur di Mesir, Ini Bedanya dengan Tradisi Indonesia, https://www.tribunnews.com/ramadan/2022/04/06/mesaharaty-tradisi-membangunkan-orang-makan-sahur-di-mesir-ini-bedanya-dengan-tradisi-indonesia?page=all.
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved