Ramadan

Rasulullah Tidak Menggauli Istrinya pada 10 Malam Terakhir Ramadhan, Ini Amalan yang Dikerjakan

Selama 10 malam hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW tidak menggauli istrinya dan memperbanyak ibadah.

TribunKaltara.com/Mohamad Supri
Ilustrasi- Ramadan. (TribunKaltara.com/Mohamad Supri) 

TRIBUNKALTARA.COM - Selama 10 malam hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW tidak menggauli istrinya dan memperbanyak ibadah.

Selama 10 malam hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW selalu "mengencangkan gamisnya" sebagaimana diceritakan Aisyah RA dalam hadits berikut:

عن عائشة رضي الله عنها قالت كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله

Artinya: Dari Aisyah RA, dikatakannya, “Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir ‘mengencangkan gamisnya’, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR al-Bukhari).

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari bi Syarhi Shahihi al-Bukhari (Dar Thibah, 2005) Jilid 5, Cetakan I, hal. 473, menjelaskan bahwa yang dimaksud "mengencangkan gamisnya" adalah memisahkan diri dari istri-istri beliau sebagaimana kutipan berikut:

ـ (شد مئزره) اي اعتزل النساء

Artinya: "Mengencangkan gamisnya" artinya adalah memisahkan diri dari istri-istri beliau (tidak menggauli mereka).

Baca juga: Kapan Nuzulul Quran di Bulan Ramadhan? Ini Amalan-amalan saat Nuzulul Quran

Lalu apa yang beliau lakukan di malam-malam itu?

Dikutip TribunKaltara.com dari nu.or.id, berdasarkan pada hadits di atas, hal-hal yang beliau lakukan selama 10 hari terkahir di bulan Ramadhan adalah memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.

Khusunya iktikaf guna menyambut datangnya Lailatul Qadar.

Hal ini sebagaimana diceritakan Aisyah RA dalam hadits berikut:

عن عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه وسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله ثم اعتكف أزواجه من بعده

Artinya: Dari Aisyah radhiallahu anha - istri Nabi SAW,“Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau juga beri'tikaf setelah beliau wafat.” (HR Bukhari).

Selain itu beliau juga membangunkan anggota keluarga beliau di tengah malam guna menghidupkan malam-malam itu dengan shalat malam.

Setelah Rasulullah wafat, para istri beliau melanjutkan kebiasan iktikaf.

Memang orang yang tidur saja di malam hari selama 10 hari terakhir di bulan Ramadhan tidak bisa disebut menghidupkan malam-malam itu.

Hal ini juga berarti mereka tidak menyambut Lailatul Qadar yang nilai kebaikannya lebih dari 1.000 bulan itu.

Baca juga: Keterkaitan Malam Nuzulul Quran dan Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan, Simak Penjelasannya

Amalan-amalan untuk Mendapatkan Lailatul Qadar

Para ulama kita mengajarkan, agar mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, maka hendaknya kita memperbanyak ibadah selama bulan Ramadhan, diantaranya:

1. Senantiasa shalat fardhu lima waktu berjama'ah.

2. Mendirikan shalat malam atau qiyamul lail (shalat tarawih, tahajud, dll)

3. Membaca Al-Qur'an sebanyak-banyaknya dengan tartil.

4. Memperbanyak dzikir, istighfar dan berdoa.

5. Memperbanyak membaca:

اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا

Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah.

Mengenai Lailatul Qadar, Allah menjelaskan:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Q.S. al-Qadr [97]: 1-5)

Ada Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, meyebutkan bahwa Nabi pernah ditanya tentang Lailatul Qadar.

Beliau menjawab: “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan." (HR Abu Dawud).

Namun menurut hadits lainnya yang diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal gasal dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari)

Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadar itu terjadi pada 17 Ramadhan, 21 Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal gasal pada 10 akhir Ramadhan dan lain-lain.

Diantara hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar adalah untuk memotivasi umat agar terus beribadah, mencari rahmat dan ridha Allah kapan saja dan dimana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja.

Jika malam Lailatul Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan beribadah sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved