Berita Tarakan Terkini
Curhat Pedagang Ayam Pasar Gusher, Mengaku Ada Pesaing Baru, Respons Wali Kota Tarakan dr Khairul?
Terpantau H-1 pelaksanaan Idul Fitri 1443 Hijriah, harga ayam masih relative stabil di angka Rp 40 ribu per kilogram.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Terpantau H-1 pelaksanaan Idul Fitri 1443 Hijriah, harga ayam masih relative stabil di angka Rp 40 ribu per kilogram di Pasar Gusher Tarakan.
Meski demikian, angka ini adalah hasil kenaikan dari beberapa pekan lalu yang biasanya dihargai Rp 38 ribu untuk kategori ayam dengan kaki atau bukan kategori ayam bersih.
“Karena kondisi pandemi, penjualan sama saja masih sepi kemarin.
Baru tiga hari belakangan ini mulai naik harganya,” ungkap Taher, salah seorang penjual ayam di Pasar Gusher.
Adapun ia menerima informasi, terjadi kenaikan karena harga pakan naik.
Biasanya yang menaikkan harga, lanjut Taher, adalah dari agen tempat mengambil pasokan.
Baca juga: H-1 Idul Fitri 1443 Hijriah, tak Ada Kenaikan Arus Penumpang Speedboat Reguler Nunukan ke Tarakan
“Alasannya pakan. Yang menaikkan harga agen seenaknya kasih naik. Agennya alamat di Kampung Bugis kebanyakan,” ungkap Taher.
Ia melanjutkan, dalam sehari, stok yang habis selama Ramadan normalnya mencapai 100 ekor.
Berbeda di hari biasa justru bisa sampai 150 ekor bahkan.
“Kenapa menurun, karena pasar berpindah keluar Gusher. Di pinggir jalan banyak penjual ayam. Jadi pesaing banyak. Hari ini saja habis 100 ekor saja,” aku Taher.
Ia mengakui, anak buah Inti banyak juga yang berjualan di luar.
Itu yang menyebabkan masyarakat tidak mau repot masuk ke pasar.
“Jadi pikir ngapain orang berdesakan ke pasar kalau harga sama di luar. Harganya beda Rp 1.000 saja, bagus beli di luar.
Tidak bayar parkir, jalanan juga tidak rusak. Jalanan di pasar jelek. Ini kami bikin tenda sendiri biar tidak bocor,” ujar pria berusia 32 tahun ini.
Sementara itu, Wali Kota Tarakan, dr Khairul mengungkapkan, jika demikian, nanti akan menjadi tugas DKUKMP Kota Tarakan untuk mendata dan menertibkan.
Namun lanjutnya, biasanya mereka yang berjualan di luar adalah pedagang musiman. Mereka juga ingin mencari rezeki.
“Dalam rangka mencari rezeki. Kalau permanen saya rasa tidak ada yang menjual di luar pasar.
Itu musiman tidak permanen, kalau permanen bisa-bisa ‘digaruk’ Satpol PP, dan itu belum terpantau dengan kita,” ujarnya.
Ia menambahkan Tarakan saat ini memang over surplai untuk daging ayam. S
alah satunya karena Tarakan juga sudah menjadi produsen ayam. Ditambah bersamaan dari luar Kaltara ada pasokan masuk ke Tarakan.
“Banyak ayam sekarang karena memang kita produsen ayam juga di Tarakan, sementara yang dari luar masuk terus.
Kadang tidak terkontrol dan ada ayam beku datang dari luar ada juga. Sementara kita hitung kebutuhan ayam kita lokal cukup. Begitu ada dari luar jadi tambahan,” ujarnya.
Ia menyebutkan, data yang ada di Tarakan mencapai 600 ton. Sementara kebutuhan konsumsi bisa mencapai 450 ton per bulannya.
“Jadi ada kelebihan 150 ton produksi ayam. Yang penting stok terjamin didapat masyarakat di Tarakan untuk Idul Fitri,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah