Uber Cup
Tim Uber Cup Indonesia 2022 Didominasi Pemain Muda di Bawah 20 Tahun, PBSI Minta Tak Diremehkan
Tim Uber Cup Indonesia tahun ini didominasi para pemain muda berusia di bawah 20 tahun.
TRIBUNKALTARA.COM - Tim Uber Cup Indonesia tahun ini didominasi para pemain muda berusia di bawah 20 tahun.
Kendati demikian, PBSI optimistis mereka mampu tampil maksimal di Uber Cup 2022.
Kabid Binpres Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) Rionny Mainaky mengingatkan untuk tidak meremehkan para pemain muda yang akan berjuang pada Uber Cup 2022.
Menurutnya para pemain Uber Cup 2022 tersebut telah melewati seleksi yang ketat dan rekomendasi dari pelatih.
Sehingga, lanjut Rionny Mainaky, mereka sangat layak untuk terjun di turnamen beregu paling bergengsi tersebut.
“Di tim Uber semua pemain muda, ini adalah kesempatan buat mereka untuk menguji kemampuan,” kata Rionny dilansir BolaSport.com dari Tribunnews.com.
“Jadi ini bukan asal pilih, tetapi saya sudah koordinasi dengan pelatihnya dan melihat performa di latihan, jadi memang mereka sudah layak,” ujarnya.
Baca juga: Pelatih Timor Leste Serang Timnas Indonesia U23, Ragukan Kualitas Pasukan Shin Tae-yong di SEA Games
Adapun posisi di tunggal putri cukup mengejutkan karena sama sekali tak diisi pemain yang lebih berpengalaman seperti Gregoria Mariska Tunjung maupun Putri Kusuma Wardani.
Lima pemain Indonesia di nomor tunggal putri seluruhnya diisi oleh para pemain yang usianya belum genap 20 tahun.
Pemain termuda yaitu Tasya Farahnailah yang baru berusia 17 tahun dan dipercaya menjadi tunggal putri nomor empat Indonesia pada Uber Cup 2022.
Pemain muda asal Denpasar, Komang Ayu Cahya Dewi, menjadi tunggal putri utama Indonesia Uber Cup 2022.
Komang Ayu kemungkinan akan kembali berhadapan dengan pemain Dunia, Akane Yamaguchi (Jepang), pemain yang sempat Komang sulitkan pada Kejuaraan Asia 2022 lalu.
Melihat Indonesia akan tergabung di grup A bersama Prancis, Jerman dan Jepang.
Baca juga: Prediksi Timnas Indonesia vs Vietnam di SEA Games 2021, Marselino Cs Terancam Kehilangan Fokus
Kesulitan ungguli Indonesia
Mantan ganda putra asal China, Cai Yun, mengungkapkan alasan ganda putra Malaysia selalu kesulitan ketika berhadapan dengan pasangan Indonesia.
Terbaru, Cai Yun mengomentari kekalahan menyedihkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik dari ganda putra Indonesia, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Aaron Chia/Soh Wooi Yik harus kembali memperpanjang puasa gelarnya setelah ditaklukkan pasangan ganda putra peringkat 22 itu di final Kejuaraan Asia 2022.
Belum pernah juara pada turnamen yang diadakan BWF sejak dipasangkan 2017 lalu.
Kejuaraan Asia pun juga belum rezeki bagi ganda putra nomor satu Malaysia itu.
Selalu unggul sampai pertengahan laga atas Pramudya/Yeremia. Chia/Soh gagal mempertahankan keunggulan hingga kalah dramatis pada gim pertama hingga membuat Chia/Soh tak berdaya di gim kedua.
Kekalahan tersebut disoroti legenda China, Cai Yun, yang menyebut bahwa Chia/Soh tidak memiliki keistimewaan kecuali kecepatan mereka saja.
“Jika Anda membatasi permainan Anda pada satu gaya permainan, Anda pasti akan rentan ketika menghadapi kesulitan,” kata Cai Yun di akun Wechat-nya dikutip BolaSport.com dari New Straits Times.
“Tetapi hal yang sama tidak dapat dikatakan jika Anda memiliki variasi dengan dua atau tiga pendekatan yang berbeda,” ujar Cai Yun.
“Seorang pemain harus mampu mengubah gayanya tergantung pada situasinya,” tutur Cai Yun.
Pemain yang juga mantan rival dari Markus Kido/Hendra Setiawan itu menyebut Chia/Soh tidak mempunyai senjata lain di kala mendapati situasi yang sulit atau deadlock.
Menurutnya, setiap pemain harus memiliki variasi permainan atau mengubah gaya bermainnya jika rencana awal gagal dijalankan sesuai rencana.
“Misalnya, jika kecepatan tidak bekerja, seorang pemain dapat mengandalkan perubahan pendekatannya untuk mengatasi selama pertandingan,” ucap Cai Yun.
“Aaron-Wooi Yik selalu unggul dalam hal kecepatan. Namun, pasangan ini tidak bisa mengatasi karena orang Indonesia lebih cepat,” ujarnya.
“Orang-orang Malaysia tidak dapat menemukan cara untuk mematahkan momentum lawan mereka dan kalah dalam pertandingan,” tutur Cai Yun.
Bagi Cai Yun, jika pemain hanya mengandalkan kecepatan akan sulit untuk mengantisipasi lawan yang bermain lebih cepat atau memiliki variasi dalam bermain.
Apalagi ganda putra Indonesia memang memiliki karakter bermain cepat dan agresif.
Tidak hanya Chia/Soh saja, unggulan Malaysia lainnya seperti Ong Yew Sin/Teo Ee Yi juga selalu mentok jika berhadapan dengan pasangan unggulan ganda Indonesia.
Diketahui, Cai Yun merupakan pasangan dari Fu Hai Feng. Pasangan ganda putra China yang ditakuti pada masanya.
Namun, kesangaran mereka berhasil ditutup oleh pasangan Indonesia, Markus Kido/Hendra Setiawan pada final Olimpiade Beijing 2008 lewat pertandingan dramatis tiga gim.
Hingga akhirnya pada Olimpiade London 2012, Cai Yun/Fu Hai Feng berhasil menghapus rasa penasaran mereka usai menjadi kampiun usai mengalahkan ganda putra Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen.
(*)