Berita Nunukan Terkini

Siswa Korban Pelecehan Seksual di Luar Sekolah, Disdik Kaltara Pertanyakan Keseriusan Kepala Asrama

Siswa korban pelecehan seksual di luar sekolah, Disdik Kaltara pertanyakan keseriusan Kepala Asrama.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
HO/ Warsito
Kepala Cabang (Kacab) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Provinsi Kaltara, Warsito memberikan sosialisasi sekolah ramah anak di sebuah SMA di Nunukan, belum lama ini. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Siswa korban pelecehan seksual di luar sekolah, Disdik Kaltara pertanyakan keseriusan Kepala Asrama.

Pelecehan seksual terhadap seorang pelajar laki-laki usia 16 tahun di Nunukan, menyita perhatian publik Kalimantan Utara (Kaltara).

Siapa sangka anak yang menjadi korban pelecehan seksual oleh perempuan yang diduga pekerja seks komersial (PSK) itu, merupakan penerima beasiswa repatriasi.

Baca juga: Usai Salat Ashar, Napi Lapas Nunukan Akhiri Hidupnya di Toilet Masjid, Sempat Curhat Soal Keluarga

Diketahui korban inisial R merupakan anak dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia. Di Nunukan R tinggal di asrama sekolah.

Sekadar diketahui setiap tahunnya, diselenggarakan program repatriasi pendidikan bagi anak PMI yang merupakan peserta didik SIKK dan Community Learning Center (CLC) di Sabah-Malaysia.

Mereka mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia ke jenjang Sekolah Menengah Atas dengan skema Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Kemdikbudristek RI, Pemerintah Provinsi, dan Yayasan.

Mendengar itu, Kepala Cabang (Kacab) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Provinsi Kaltara, Warsito mempertanyakan keseriusan kepala asrama dalam memantau aktivitas siswa penghuni asrama ketika pulang sekolah.

"Asrama itu pasti ada guru pembinanya atau biasa disebut kepala asrama. Pengawasan yang diberikan kepada siswa harusnya 24 jam," kata Warsito kepada TribunKaltara.com, Minggu (22/05/2022), sore.

Menurutnya, kepala asrama seyogianya memantau terus aktivitas anak ketika pulang sekolah.

"Guru atau kepala asrama harus tinggal juga di asrama agar bisa memantau aktivitas siswa. Asrama putra ya dijaga guru laki-laki dan asrama perempuan dijaga guru perempuan. Istirahat anak pun semua terjadwal," ucapnya.

Warsito meminta kepada kepala asrama, khususnya SMA atau SMK untuk melakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas siswanya di luar jam sekolah.

"Warga sekolah punya kewajiban melindungi hak anak di sekolah. Sehingga anak bisa merasa bahagia. Apalagi siswa yang tinggal di asrama, harus dibina 24 jam," ujarnya.

Gencarkan Sekolah Ramah Anak

Warsito mengaku dalam dua pekan belakangan ini hingga minggu depan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi sekolah ramah anak di tiap sekolah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved