Berita Daerah Terkini

Kisah Sri Rejeki, tak Tenang usai Kematian Anaknya di Papua, Minta Jenderal Dudung Bertindak

Sri Rejeki tak tenang setelah kematian anaknya yang personel TNI saat bertugas di Timika, Papua, minta KSAD Jenderal Dudung Abdurachman bertindak.

Tribun Solo/Agil Tri
Sri Rejeki (kiri) menunjukan surat permohonan menuntut keadilan terkait misteri kematian Sertu Marctyan Bayu Pratama saat bertugas di Timika, Papua. (Tribun Solo/Agil Tri) 

TRIBUNKALTARA.COM - Kisah Sri Rejeki, tak tenang setelah kematian anaknya yang personel TNI saat bertugas di Timika, Papua, minta KSAD Jenderal Dudung Abdurachman bertindak.

Seorang ibu bernama Sri Rejeki (50) tak tenang setelah kematian anaknya bernama Sertu Marctyan Bayu Pratama.

Sebagai seorang ibu, dengan bangga dan haru Sri Rejeki melepas anaknya yang seorang personel TNI itu, untuk bertugas mengabdi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada Juni 2021, Sertu Marctyan Bayu Pratama mendapat tugas pengamanan TNI ke Timika, Papua.

Namun 5 bulan setelah anaknya bertugas di Papua, hati Sri Rejeki hancur karena Sertu Marctyan Bayu Pratama pulang tak bernyawa.

Berkait dengan langkah Sri Rejeki (50 tahun), yang menuntut keadilan atas kematian anggota TNI Sersan Satu (Sertu) Marctyan Bayu Pratama, putranya yang meninggal saat bertugas di Timika, Papua, Tribun Network telah berupaya memintai konfirmasi kepada pemangku kepentingan.

Tribunnews.com juga telah mencoba meminta tanggapan terkait berita tersebut kepada Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Prantara Santosa melalui pesan WhatsApp di nomor 081285230XXX pada Kamis (2/6/2022) pukul 16.59 WIB.

Meski pesan tersebut telah terkirim, namun demikian belum diketahui perihal sudah atau belumnya pesan tersebut dibaca.

Wartawan Tribun Network telah meminta tanggapanKepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Tatang Subarna melalui pesan WhatsApp di nomor 0822381xxxxx pada Kamis (2/6/2022) pukul 16.59 WIB.

Pesan tersebut telah terkirim, namun demikian belum diketahui perihal sudah atau belum terbaca pesan tersebut.

Juha beritikad meminta tanggapan melalui pesan WhatsApp kepada Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa di nomor 0813869xxxxx pada Jumat (3/6/2022) pukul 15.50 WIB.

Pesan juga telah terbaca dengan tanda dua centang biru. Namun Panglima TNI tidak menjawab.

Selain itu, Tribunnews.com juga telah mencoba meminta tanggapan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melalui pesan WhatsApp di nomor 0812231xxxxx Jumat (3/6/2022) pukul 15.52 WIB.

Meski pesan tersebut telah terkirim, tanda centang dua, belum diketahui perihal apakah Jenderal Dudung membaca atau tidak membaca pesan tersebut.

Sementara itu, Sri Rejeki awalnya mengaku sempat mengikhlaskan kematian putranya, karena dianggap gugur dalam tugas sebagai TNI di Papua.

Belakangan saat sang anak hendak dikuburkan, Sri Rejeki justru tak tenang dan merasa ada kejanggalan.

Baca juga: Usai Prajurit Marinir Gugur, Teror KKB Papua Terjadi Lagi, Giliran Bandara Kenyam Nduga Diserang

Menurut Sri Rejeki, kejanggalan itu dirasakan selama prosesi pemakaman,  lantaran ia sempat tak diizinkan melihat jasad Sertu Marctyan Bayu Pratama saat tiba di Solo.

"Anak saya dipulangkan dari Timika, dan dimakamkan di TPU Pracimaloyo," kata Sri Rejeki, Kamis (2/6/2022), melansir Tribun Solo.

Setelah berhasil mendapat izin, Sri Rejeki kaget melihat jenazah putranya yang penuh luka lebam.

Ia menduga kematian anaknya tidak wajar, dan ada unsur pidana.

Sri Rejeki lantas berupaya mengungkap misteri kematian Sertu Marctyan Bayu Pratama.

"Saya minta outopsi ulang. Tapi petugas justru hanya memberikan janji akan diberi hasil outopsi," ujarnya.

Caption: Sri Rejeki (kiri) bersama dengan kuasa hukumnya, Asri Purwanti (tengah) menunjukan surat permohonan menuntut keadilan terkait kasus tewasnya putra kandungnya. (TribunSolo.com/Agil Tri)
Caption: Sri Rejeki (kiri) bersama dengan kuasa hukumnya, Asri Purwanti (tengah) menunjukan surat permohonan menuntut keadilan terkait kasus tewasnya putra kandungnya. (TribunSolo.com/Agil Tri) (TribunSolo.com/Agil Tri)

Baca juga: KRONOLOGI Anggota KKB Papua Pimpinan Lekagak Telenggen Lari Ketakutan, Sempat Terjadi Kontak Senjata

Sri Rejeki mengatakan, dua hari sebelum kematian putranya, dia sempat melakukan komunikasi via video call.

Dalam perbincangan itu, Sertu Marctyan Bayu Pratama terlihat sehat tidak kurang satupun.

Namun, setelah itu justru dikabarkan meninggal dunia.

Sri Rejeki pun mencari informasi perihal nasib tragis yang menimpa putranya itu selama bertugas di Papua.

Iapun mendapati informasi bahwa putranya bukan gugur mengawal NKRI, melainkan diduga dianiaya dua oknum TNI seniornya di Timika.

"Kalau kabarnya, oknum itu berpangkat letnan. Kasus ditangani otmil Jayapura," kata Sri Rejeki.

Tapi, dirinya heran justru belum ada tindakan serius terhadap kedua oknum tersebut.

"Namun tanggal 25 Mei lalu, kabarnya diserahkan ke Pengadilan Militer di Jakarta," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Pilu Sersan Danang Tinggalkan Istri Hamil 5 Bulan demi Tugas, 450 Prajurit Berangkat ke Papua

Sri Rejeki mengetahui hal itu setelah melihat unggahan salah seorang oknum TNI yang di salah satu media sosial.

Menurut salah satu petugas kepala kantor hukum tempat oknum ini bertugas, bahwa okmum TNI tersebut dalam pengawasan.

"Padahal anak saya diperlakukan oknum ini dengan sadis hingga meninggal dunia," kata Sri Rejeki.

Disinggung dugaan motif penganiayaan, ia mengaku tidak mengetahui secara jelas.

Namun, sepengetahuannya anaknya memiliki masalah hutang senilai Rp100 juta terhadap sesama prajurit TNI.

Namun, sudah diselesaikan dan dikuatkan dengan bukti transferan.

"Namun, apakah itu yang jadi pokok permasalahannya.

Saya juga tidak tahu persisnya," kata Sri Rejeki.

Baca juga: Ditinggal Merantau ke Papua, Suami Tak Pulang, Istri Malah Selingkuh di Belakang Hingga Hamil

Sementara itu, kuasa hukum Sri Rejeki, Asri Purwanti mengatakan, dirinya telah berkoordinasi dengan Komnas HAM tanggal 19 Mei lalu.

Selain itu, dirinya juga telah menyurati Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Ada beberapa permohonannya pada Jenderal Dudung Abdurachman yaitu, pemecatan dari dinas militer terhadap oknum TNI penganiaya puteranya.

Sebab penganiayaan tersebut memiliki sifat sadistis dan membahayakan tata kehidupan militer.

Apalagi oknum TNI yang diduga menganiaya anaknya itu, masih bebas tidak ditahan.

"Kami mohon keadilan terkait kasus ini," ucap Asri Purwanti.

Hingga saat ini, lanjut Asri, belum ada kejelasan terkait kasus tersebut.

Bahkan, untuk itikat baik dari oknum TNI yang bersangkutan.

"Apalagi, korban ini juga memiliki istri dan anak.

Bagaimana masa depan mereka?

Kami mohon keadilan yang seadil-adilnya," kata Asri.

(*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltara untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltaracomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

TikTok officialtribunkaltara

Follow Helo TribunKaltara.com

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Ibu di Solo Mencari Keadilan, Anaknya Bertugas di Papua Meninggal, Ada Luka Lebam Diduga Dianiaya, https://solo.tribunnews.com/2022/06/02/ibu-di-solo-mencari-keadilan-anaknya-bertugas-di-papua-meninggal-ada-luka-lebam-diduga-dianiaya?page=all.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Ryantono Puji Santoso
Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved