Belum Terdeteksi, Kemenag Bulungan Imbau Masyarakat Waspada Kelompok Khilafatul Muslimin

TRIBUNKALTARA.COM, BULUNGAN- Aparat kepolisian di sejumlah wilayah telah melakukan serangkaian tindakan terhadap kelompok Khilafatul Muslimin.

Hal itu dilakukan setelah pimpinannya, Abdul Qadir Baraja ditangkap Polda Metro Jaya dan ditetapkan tersangka beberapa hari lalu.

Bahkan, informasi berdasarkan hasil penyelidikan Polda Metro Jaya, terkuak fakta baru bahwa pimpinan Khilafatul Muslimin merupakan eks kasus terorisme yang sudah dipenjara selama dua kali.

Baca juga: Cegah Masuknya Paham Radikalisme dan Terorisme, Ini Tiga Strategi Pemprov Kalimantan Utara

Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Kepala Kementerian Agama (Kemenag), H. Saimin memastikan bahwa  Khilafatul Muslimin belum terdeteksi di wilayahnya.

“Kalau Khilafatul Muslimin sampai sekarang ini belum ada terdeteksi di Kabupaten Bulungan,” ucapnya Sabtu (11/6/2022).

Baca juga: Eks Pentolan FPI Pengacara Rizieq Shihab, Munarman Ditangkap Densus 88, Dugaan Tindakan Terorisme

Hal itu didasari belum adanya gejolak terkait kelompok Khilafatul Muslimin, kata Saimin, Bahkan, hingga saat ini Kemenag Bulungan juga terus mendeteksi hal tersebut.

“Sampai hari ini, belum ada kita temukan kelompok Khilafatul Muslimin,” ungkapnya,”

Meski begitu, Saimin menuturkan Kemenang Bulungan akan terus melakukan upaya pencegahan untuk mengantisipasi masuknya kelompok Khilafatul Muslimin di daerah.

“Kemarin, kami juga sudah melakukan kegiatan moderasi beragama,” ungkapnya.

Kemudian, melalui penyuluh agama islam diharapkan dapat mendeteksi secara dini aliran agama yang paham radikalisme.

“Sebelumnya, di Kecamatan Bunyu memang sempat kita temukan adanya aliran paham radikalisme,” bebernya.

Baca juga: Antisipasi Paham Radikalisme, Kemenag Bulungan Lakukan Sosialiasi Bersama Penyuluh Agama Islam

Bahkan, hal tersebut menyebabkan gejolak di tengah masyarakat. Namun, saat ini dipastikan sudah tidak ada lagi.

“Kalau kelompok Khilafatul Muslimin sampai sekarang ini belum ada gejolak di tengah masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, pemahaman ajaran agama yang tidak perlu over kapasitas atau berlebihan. Untuk itu, hal ini perlu dipahami oleh para penyuluh agama di lingkunganya masing-masing. Sehingga bisa  mengedukasi warganya.