MotoGP

Luca Marini Optimis Finis 3 Besar Balapan MotoGP Belanda 2022, Adik Rossi Tunjukkan Progres Cerah

Adik Valentino Rossi, Luca Marini, optimistis bisa finis di posisi 3 besar balapan MotoGP Belanda 2022.

motogp.com
Dua pebalap dari tim milik Valentino Rossi, Mooney VR46 Racing Team, Luca Marini dan Marco Bezzecchi saat beraksi di lintasan MotoGP 2022. (motogp.com) 

TRIBUNKALTARA.COM - Adik Valentino Rossi, Luca Marini, optimistis bisa finis di posisi 3 besar balapan MotoGP Belanda 2022.

Optimisme Luca Marini didorong dengan progresnya di lintasan MotoGP yang semakin baik.

Di mana, dalam 3 balapan terakhir, Luca Marini selalu finis di 6 besar.

Pada MotoGP Jerman 2022, Luca Marini sukses mengakhiri balapan di posisi ke-5.

Saat ini di papan klasemen sementara MotoGP 2022, Luca Marini bertengger di urutan 13.

Memang masih sangat jauh untuk menembus 10 besar.

Namun Luca Marini cukup realistis.

Target idealnya bukanlah masuk 5 besar di akhir kompetisi MotoGP 2022.

Tapi, di sisa musim ini Luca Marini bertekad untuk memperbaiki rekor finisnya di setiap balapan.

Luca Marini dan Valentino Rossi. LAT IMAGES/CH-IT.MOTORSPORT.COM
Luca Marini dan Valentino Rossi. LAT IMAGES/CH-IT.MOTORSPORT.COM (LAT IMAGES/CH-IT.MOTORSPORT.COM)

Baca juga: Balapan MotoGP Belanda 2022, Tekad Francesco Bagnaia Tampil Maksimal di Sirkuit Assen

Tepis anggapan aji mumpung

Pembalap Mooney VR46, Luca Marini, sempat dianggap beruntung tampil pada MotoGP karena koneksi dengan Valentino Rossi. Namun, Maro membuktikan dirinya pantas bersanding bersama pembalap terbaik lain dengan tren bagus dalam tiga balapan terakhir.

Status sebagai adik pembalap megabintang, Valentino Rossi, tak selalu menguntungkan Luca Marini.

Pandangan negatif soal andil dari pengaruh sang kakak terhadap posisinya di kejuaraan dunia grand prix senantiasa membayangi Marini.

Ini bisa dimaklumi karena Marini selalu memperkuat tim dengan bendera VR46 bentukan Rossi sejak masih berlomba di kelas Moto2 pada 2018 hingga musim ini di MotoGP.

Namun, kalau ada satu keuntungan yang didapat Marini dari privilese ini, dia punya kesempatan untuk berproses menjadi pesaing yang kompetitif.

Dan dia tidak pernah mengecewakan.

Marini dikenal bukan karena kemampuannya untuk menemukan kecepatan dalam waktu singkat tetapi secara progresif sehingga mendapat julukan Diesel.

Tiga musim terakhir Marini di Moto2 menjadi contoh.

Pada 2018 Marini mencetak podium dan kemenangan pertama. Musim 2019 dia melipatgandakan catatan kemenangannya menjadi dua dan membuat peningkatan pada posisi di klasemen akhir.

Musim 2020 Marini makin meningkat dengan memimpin klasemen sebelum kecelakaan hebat pada GP Prancis memutus momentumnya hingga harus puas menjadi runner-up.

Tahun lalu Marini sudah menunjukkan potensi pada debutnya pada MotoGP.

Dia mendapat sejumlah hasil bagus pada kualifikasi walau saat balapan "terbanting" dengan performa kuat rekan setim, Enea Bastianini.

Kekurangan dalam balapan pun tidak satu-satunya tantangan yang dihadapi pembalap berusia 24 tahun tersebut pada musim ini.

Kredibilitas Marini dipertanyakan setelah dia mendapat motor terbaru Ducati, karena kemampuan finansial VR46, sementara Bastianini tetap memakai motor lama.

Catatan tiga kemenangan Bastianini tidak membantu Marini yang tak pernah finis di posisi 10 besar dalam enam balapan pertama.

Ketika musim ini terlihat akan menjadi bencana, Marini mulai menemukan sentuhannya hingga konsisten finis di posisi enam besar dalam tiga balapan terakhir.

Pada balapan terakhir MotoGP Jerman, di mana dia finis kelima, Marini percaya dia punya modal yang cukup untuk finis di posisi tiga besar.

"Saya inginnya bisa bersaing untuk posisi ini lebih cepat tetapi saya mengalami kesulitan pada awal musim," kata Marini, dilansir dari The-Race.

"Kru saya baru, tim ini [VR46] juga baru, motornya [Ducati GP22] baru. Kami sedikit kesulitan dan kehilangan banyak waktu."

"Akan tetapi kemudian kami menemukan setelan dasar yang bagus, dan kepercayaan diri saya makin baik dari balapan ke balapan."

"Kami menuju ke arah yang baik, kami makin dekat, dan ini adalah balapan pertama di mana saya memiliki potensi untuk finis tiga besar dan saya percaya."

Marini juga memiliki karakter sebagai pembalap yang tekun dan pemikir.

Pada MotoGP Jerman jiwa workaholic Marini muncul ketika memeriksa data pembalap Ducati lain sampai menemukan cara terbaik untuk menghadapi balapan.

Marini sampai pada kesimpulan bahwa cara Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) melibas tikungan adalah paling baik untuk membuatnya kompetitif pada GP Jerman.

Bagnaia membawa kecepatan lebih baik di tikungan tanpa memiringkan badan terlalu rendah sehingga merawat usia ban dalam balapan.

Marini melengkapi pengetahuannya dengan kemampuan beranalisis hingga menemukan strategi untuk meraih hasil sebaik mungkin pada balapan selama 30 lap kemarin.

"Setelah start tidak mungkin untuk menyalip di sini, jadi saya merawat ban belakang tetapi pembalap lain tidak memikirkan hal ini," ujar Marini, dikutip dari Motorsport Magazine.

"Mereka keluar dari tikungan dengan menarik gas dalam-dalam, meluncur dengan ban, jadi saya hanya menunggu sampai mereka mengalami kesulitan dengan grip ban belakang."

"Saya mencoba berlomba dengan cerdas," imbuhnya.

Performa bagus dalam beberapa balapan terakhir membuat Marini tak lagi tertutupi oleh bayangan dua pembalap seangkatan, Bastianini dan Jorge Martin, yang juga menunggangi Ducati

Sorotan selama ini lebih tertuju kepada Bastianini dan Martin semenjak keduanya sudah mencetak kemenangan dan menjadi dua kandidat terkuat pembalap baru di tim pabrikan Ducati.

Marini pun mulai mendapat pertanyaan soal peluangnya berseragam pabrikan merah.

Akan tetapi Marini, satu-satunya di antara ketiga pembalap yang tidak dikontrak langsung oleh Ducati, merasa terlalu cepat untuk membicarakannya.

"Sekarang bukan waktu yang tepat. Ada balapan pada pekan depan. Mari lebih dahulu fokus dengannya," ucap Marini memungkasi.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved