Berita Islami

Keistimewaan Berkurban, Dapat jadi Penolong di Akhirat Kelak, Penjelasan Ustadz Somad

Keistimewaan orang yang berkurban adalah hewan kurban seluruh anggota tubuh dan organnya akan bersaksi atas ibadah yang dilakukan di akhirat kelak.

Tribun Jabar / Gani Kurniawan
ILUSTRASI hewan kurban di salah satu peternakan di Bandung, Jawa Barat. Penjelasan Buya Yahya terkait pelaksanaan kurban bagi orang tua yang telah meninggal. 

TRIBUNKALTARA.COM - Berikut keistimewaan orang yang melaksanakan kurban di Hari Raya Idul Adha dijelaskan Ustadz Abdul Somad.

Menurut Ustadz Abdul Somad, hewan kurban nanti akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, bulunya, dan kukunya.

"Kenapa tidak disebut daging dan tulang, justru disebut tanduk, kuku, dan bulu?

"Karena tanduk, kuku, dan bulu adalah sampah yang dibuang.

"Yang dibuang saja nanti akan datang bersaksi bahwa kau sudah beribadah apalgi dagingnya, tulangnya lemaknya, kulitnya.

"Maka semuanya kan bersaksi bahwa engkau sudah beribadah, patuh, tunduk kepada Allah," jelas Ustadz Abdul Somad dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube semuthitamTV.

Maka keistimewaan orang yang berkurban adalah hewan kurban meliputi seluruh anggota tubuh dan organnya akan bersaksi atas ibadah yang dilakukan di akhirat kelak.

Nabi Muhammad SAW menuntun umatnya agar memilih hewan kurban yang cukup umur.

Jenis kambing kampung berumur tiga tahun, kambing domba berumur dua tahun, sedangkan unta masuk tahun kelima.

"Jangan berikan binatang cacat, matanya buta, hubungannya jika mata buta tidak dapat melihat rumput yang bagus maka dagingnya tidak gemuk, tidak, enak, dan tidak berkualitas," terangnya.

Baca juga: Dijelaskan Ustadz Somad, Ini Larangan-larangan Ketika Melaksanakan Kurban di Hari Raya Idul Adha

Kemudian dianjurkan bagi yang berkurban memakan sebagian daging kurbannya, yang paling afdhol dimakan adalah hatinya.

Ia menambahkan, itulah yang makanan pertama yang afdhol dimakan di tanggal 10 Zulhijah.

Namun, makan tersebut dilakukan setelah selesai shalat Idul Adha.

Inilah perbedaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, dimana ketika ingin shalat Idul Fitri disunnahkan makan terlebih dahulu.

Sedangkan Hari Raya Idul Adha, selepas subuh disunnahkan tak makan, pergi ke mesjid shalat ied.

Selepas shalat pulang dan menyembelih hewan kurban, makanan pertama yang dimakan adalah hati hewan kurban tersebut.

Setelah mengambil bagian hati dan menyantapnya, sisa daging lainnya dibagikan ke penduduk sekitar terutama yang fakir miskin dan kaum dhuafa.

Sunnah-sunnah lainnya berdasarkan ajaran Nabi Muhammad SAW, bagi yang ingin berkurban dilarang untuk mencukur bulu atau rambut yang ada di badan dan menggunting kuku.

Larangan tersebut berlaku pada 1- 10 Zulhijah dan dihukumi sunnah atau tidak wajib.

"Hal tersebut bertujuan semacam terapi yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, dari tanggal 1-0 Zulhijah semua rambut dan kuku panjang, pada pagi harinya tanggal 10 semua dicukur dan digunting, maka akan memunculkan semangat baru," paparnya.

Menyembelih sendiri hukumnya sunnah, kalaupun diwakilkan kepada orang lain misalnya panitia kurbannya hukumnya sah.

Memakan sedikit daging kurban sunnah, sedangkan tak bisa memakan karena alergi atau penyakit tertentu tetap sah, lalu bagikan ke orang yang membutuhkan di sekitar tempat tinggal.

"Maka orang Islam mesti kaya, bagaimana umat muslim bisa berkurban harga sapi Rp 2,5 juta per ekor. Jadi orang Islam bekerja itu tujuannya supaya bisa berkurban, lawan hawa nafsu supaya tidak muncul sifat kikir dan pelit," tukasnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Keistimewaan Orang yang Berkurban Dijelaskan Ustadz Abdul Somad, Menjadi Saksi Ibadah di Akhirat, https://banjarmasin.tribunnews.com/2022/06/26/keistimewaan-orang-yang-berkurban-dijelaskan-ustadz-abdul-somad-menjadi-saksi-ibadah-di-akhirat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved