Opini
Inflasi itu Tidak Selalu Menakutkan
Ada salah kaprah. Inflasi selalu dianggap sesuatu yang menakutkan, mengancam, merusak dan membuat menderita. Padahal tidak semua inflasi seperti itu.
Oleh: Dr Margiyono, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan
TRIBUNKALTARA.COM - Ada yang salah kaprah. Inflasi selalu dianggap sesuatu yang menakutkan, mengancam, merusak dan membuat menderita. Padahal tidak semua inflasi seperti itu.
Fenomena kenaikan harga adalah hal lumrah dalam sebuah sistem ekonomi.
Ia menyatu dalam sistem transaksi. Boleh jadi, tidak bisa dipisahkan. Karena itu “inflasi” tidak bisa ditiadakan sama sekali.
Jika kita menggunakan analogi laut dengan ombaknya, maka Inflasi itu tidak selalu menakutkan. Ada ombak kecil, agak besar dan besar bahkan tsunami.
Begitu juga inflasi, ada inflasi yang kecil seperti riak-riak air di bibir pantai. Kemudian juga ada inflasi yang dikategorikan moderat, tinggi, ganas dan bahkan inflasi sangat tinggi.
Semakin tinggi inflasi akan semakin besar resiko yang diakibatkan.
Baca juga: Tekanan Inflasi Menurun, Komoditas Sayuran Sawi Hijau Sumbang Deflasi 0,07 Persen
Inflasi ini Sahabat Kita
Tingkat perubahan harga yang positif atau meningkat antara 2-4 persen per-tahun disebut sebagai inflasi yang merayap (creeping inflation).
Tingkat inflasi ini bak riak-riak ombak dibibir pantai yang menambah indahnya panorama pantai itu. Ia menemani waktu santai kita menikmati liburan di pantai.
Bukan hanya itu ia juga menambah semarak anak-anak bermain pasir sambil mengejar kepiting dan binatang laut.
Begitulah indahnya inflasi 2-4 persen pertahun.
Bagi produsen ia menyenangkan. Bagaimana sebenarnya!. Berteori agak susah dan bikin lelah. Kita misalkan saja, harga beras Rp 10.000/kg.
Karena inflasi 3 persen maka tahun depan harga beras tersebut adalah 10.300/kg. Jika itu terjadi maka,produsen akan semangat memproduksi.