Opini
Waspada Rembesan Inflasi Impor
Semakin tinggi arus barang dan jasa impor yang mengandung virus inflasi maka, akan semakin tinggi pula potensi inflasi di wilayah atau negara.
Oleh: Dr Margiyono
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan
TRIBUNKALTARA.COM - Rembesan kemahalan harga bisa terjadi melalui masuknya barang dan jasa impor. Ia seperti air dari tempat lain yang menambah ketinggian air yang sudah menggenang.
Semakin deras rembesannya maka, genangan airnya juga meninggi.
Artinya semakin tinggi arus barang dan jasa impor yang mengandung virus inflasi maka, akan semakin tinggi pula potensi inflasi di wilayah atau negara tujuan impor.
Fenomena ini sepertinya tidak bisa sama sekali ditiadakan. Karena sebagian besar negara menerapan sistem ekonomi terbuka (open economy).
Tidak lah heran sistem itu bisa dikambing hitamkan. Sekalipun memiliki kelemahan sistem ekonomi terbukamasih tetap lebih banyak manfaatnya.
Dampak perekonomian terbuka membuat hampir semua gejolak di kawasan tertentu berpengaruh pada ekonomi semua negara.
Semakin besar keterkaitan kawasan dengan kawasan lain maka dampaknya juga semakin luas.
Misalnya kejadian perang dagang (trade war) pada masa pemerintahan Donald Trump dengan presiden Tiongkok Xi Jinping mempengaruhi pertumbuhan global turun.
Tahun 2019 pertumbuhan global hanya 3,3 persen padahal setahun sebelumnya 3,6 persen. ASEAN periode yang sama hanya tumbuh 5,1 persen lebih kecil dari 2018 yang tumbuh 5,3 persen.
Kemudian akibat konflik Rusia dengan Ukraina juga mengakibatkan tekanan pada ekonomi Global.
World Bank (WB) memproyeksikan, pertumbuhan global melambat dari 6,1 persen pada 2021 akan menjadi 3,6 persen pada 2022 dan 2023.
WB juga menyatakan bahwa, Indonesia diprediksi masih tumbuh pada 5,1 persen pada tahun 2022 dan 5,3 persen pada tahun 2023.