Berita Malinau Terkini

Tarian Hudoq Aru, Ritual Sakral Simbol Kesuburan dan Kedamaian Khas Suku Dayak Kayan Malinau

Tarian Hudoq Aru, ritual sakral simbol sesuburan dan kedamaian khas suku Dayak Kayan Malinau yang ditampilkan dalam gelaran budaya Dayak Kayan.

Penulis: Mohamad Supri | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / MOHAMMAD SUPRI
Tarian Hudoq Aru diperagakan oleh Persatuan Masyarakat Dayak Kayan Kabupaten Malinau di Lansekap Pro Sehat Malinau, Kamis (26/8/2022). Tarian ini menurut kepercayaan Dayak Kayan Malinau adalah bagian dari ritual permohonan masyarakat tempo dulu. 

TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Prosesi Hudoq Aru merupakan tarian sakral, bagian dari ritual atau upacara adat berdasarkan kepercayaan Masyarakat Dayak Kayan Malinau tempo dulu.

Tarian Hudoq Aru dulunya merupakan persembahan, bagian dari ritual permohonan kepada "Hudoq".

Dalam upacara adat Dayak Kayan, Hudoq Aru tampil dalam berbagai wujud, bentuk penjelmaan dewa yang turun dari kahyangan.

Membawa misi kedamaian, menjauhkan segala bentuk permusuhan dan menangkal segala macam penyakit.

Baca juga: Harga Telur Ayam di Malinau Meroket Jadi Rp 68 Ribu Per Piring, Naik 30 Persen dari Harga Normal

Ketua Umum Persatuan Dayak Kayan Kabupaten Malinau, Tan Irang.
Ketua Umum Persatuan Dayak Kayan Kabupaten Malinau, Tan Irang. (TRIBUNKALTARA.COM / MOHAMMAD SUPRI)

"Hudoq Aru dalam tradisi Kayan melambangkan kesejukan, kedamaian, keamanan dan menjauhkan permusuhan sesama manusia.

Hudoq Aru dalam kepercayaan Kayan dimaksudkan juga membawa kesuburan pada tanaman," ujar Ketua Umum Persatuan Dayak Kayan Kabupaten Malinau, Tan Irang.

Menurut kepercayaan masyarakat Kayan, Ritual Hudoq Aru juga dipercayai membawa kemurahan rezeki dan mendatangkan kesuburan bagi tanaman.

Prosesi Hudoq Aru kental dengan nuansa mistis, magis. Upacara adat diiringi dengan tarian sebagai ritual dan inti perantara.

Tarian Hudoq Aru diperagakan melingkari atau berbaris. Di tengah iring-iringan, sejumlah penari memanggul peraga sebagai wujud penjelmaan Hudoq.

Dihias khusus, mengenakan topeng dan busana khas dengan kain mengekor dan memanjang ke arah belakang barisan penari.

Tan Irang mengisahkan, dalam memperagakan tarian Hudoq Aru, penghayatan adalah aspek terpenting yang wajib dilakoni setiap penari.

Sebab, dari para penari berperan sebagai mediator. Penghayatan agar permohonan kekuatan gaib yang diharapkan dimakbulkan.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Kaltara Sabtu 27 Agustus 2022, BMKG: Sembilan Kecamatan di Malinau Hujan Petir

Pendirian Bakin Kelika pada Festival Budaya dan Seni Dayak Kayan di Lansekap Pro Sehat Padan Liu Burung Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, Kamis (25/8/2022) sore. (TRIBUNKALTARA.COM/ MOHAMMAD SUPRI)
Pendirian Bakin Kelika pada Festival Budaya dan Seni Dayak Kayan di Lansekap Pro Sehat Padan Liu Burung Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, Kamis (25/8/2022) sore. (TRIBUNKALTARA.COM/ MOHAMMAD SUPRI) (Tribun Kaltara)

"Hudoq Aru ini salah satu ritual sakral. Meski bersifat mistis, Hudoq Aru adalah bentuk rasa syukur suku Dayak Kayan terhadap perdamaian dan kesejahteraan umat manusia." katanya.

Dulunya, tarian Hudoq Aru diperagakan untuk memohon hasil panen yang melimpah, kesuburan pada tanaman serat wujud perdamaian masyarakat Dayak Kayan di Malinau.

Masyarakat Dayak Kayan kerap mementaskan Tarian Hudoq Aru dalam pagelaran seni di Kabupaten Malinau sebagai 1 dari 11 perwakilan masyarakat asli di Labupaten Malinau.

(*)

Penulis : Mohammad Supri

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved