Berita Tana Tidung Terkini

Mandi Salamun hingga Menimbang Bayi, Tradisi Masyarakat Kabupaten Tana Tidung di Bulan Safar

Di bulan Safar masyarakat suku Tidung Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara wajib melakukan ritual tolak bala. Tradisi ini turun temurun.

Penulis: Risnawati | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/RISNAWATI
Warga Tana Tidung saat mandi salamun dalam ritual tolak bala di bulan Safar, agar penyakit yang ada di manusia terbawa oleh air yang mengalir. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Masyarakat suku Tidung di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara  masih memegang tradisi dan budaya yang melekat hingga saat ini.

Salah satu tradisi yang masih dijaga kelestariannya oleh masyarakat suku Tidung yakni ritual tolak bala di bulan Safar.

Ritual tolak bala ini sudah menjadi tradisi turun temurun yang dipegang teguh sejak ratusan tahun yang lalu, sebagai upaya menolak bala atau bahaya.

Baca juga: Tradisi Tolak Bala, Pemkab Tana Tidung Pecahkan Rekor MURI Terkumpul 67.693 Ketupat

Menurut tradisi Suku Tidung, ritual tolak balak ini biasa dilakukan di pinggir sungai atau laut.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tana Tidung, Irdiansyah mengatakan, masyarakat suku Tidung kala itu percaya, bulan Safar merupakan bulan yang penuh mara bahaya dari bulan lainnya.

Sehingg di bulan Safar ini, masyarakat suku Tidung wajib melakukan ritual tolak bala di Rabu awal dan akhir bulan Safar.

Baca juga: Apa Itu Ritual Tolak Bala di Kabupaten Tana Tidung? Tradisi Turun Temurun Masyarakat Suku Tidung

Pada ritual tolak bala di bulan safar ini, masyarakat Tana Tidung akan membawa makanan dari rumah masing-masing, kemudian saling tukar menukar makanan.

Umumnya, makanan yang dibawa oleh masyarakat suku Tidung saat itu adalah imbiuku atau ketupat.

Ketupat dilambangkan sebagai media perantara untuk meresap segala mara bahaya yang akan menimpa manusia dan dileburkan dalam sebuah ritual.

Bayi yang lahir di bulan Safar ditimbang dengan sayuran dan makanan, hal ini diyakini agar kelak bayi tersebut memiliki sifat yang baik dan tehindar dari mara bahaya.
Bayi yang lahir di bulan Safar ditimbang dengan sayuran dan makanan, hal ini diyakini agar kelak bayi tersebut memiliki sifat yang baik dan tehindar dari mara bahaya. (TRIBUNKALTARA.COM/RISNAWATI)

"Setelah melakukan ritual tolak bala, maka masyarakat suku Tidung melanjutkan tradisi dengan mandi safar atau mandi salamun.

Menurut kepercayaan Suku Tidung, melalui air tersebut diharapkan seluruh penyakit terbawa oleh air yang mengalir," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Rabu (21/9/2022)

Selain itu, ada pula rangkaian ritual tolak bala yang dilakukan masyarakat suku Tidung, yaitu menimbang bayi yang lahir di bulan Safar dengan berbagai bahan sayuran dan makanan.

Baca juga: Bakal Pecahkan Rekor Muri, Pemkab Tana Tidung Siapkan Ketupat Terbanyak, Tolak Bala di Bulan Safar 

Masyarakat suku Tidung meyakini, dengan ritual tersebut, anak yang lahir di bulan Safar itu akan memiliki sifat yang baik dan terhindar dari hal-hal buruk.

Irdiansyah mengatakan, dalam ritual tolak bala ini, masyarakat suku Tidung akan berkumpul dan bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar manusia terhindar dari segala bahaya.

"Perlu kami sampaikan, bahwa tolak bala ini merupakan salah satu identitas budaya suku Tidung. Suku Tidung sarat akan budaya, adat dan istiadat. Sehingga tradisi tolak bala harus tetap dilestarikan," katanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(*)

Penulis: Risnawati

 

Sumber: Tribun Kaltara
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved