Inggris dan Rusia Umumkan Resesi, 19 Negara Lain Berpotensi Menyusul, Bagaimana Nasib Indonesia?
Inggris dan Rusia hampir secara bersamaan mengumumkan resesi, ada 19 negara lainnya yang potensial menyusul, lalu bagaimana nasib Indonesia?
- Apa itu resesi?
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sedangkan melansir Forbes, (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Selama resesi ekonomi, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Lantas, ketika terjadi resesi 2023, barang apa saja yang harganya naik atau turun drastis?
- Jenis resesi
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, kenaikan berbagai sektor akan bergantung pada jenis resesi. Jika yang terjadi adalah demand recession, maka menurutnya dampaknya akan sebentar.
"Ada resesi yang sifatnya demand, terjadi karena selama pandemi ada kebijakan yang membuat jumlah uang beredar besar sekali," kata Eddy kepada Kompas.com, Kamis (17/11/2022).
"Kemudian pemerintah harus menaikkan suku bunga sekarang dan mengurangi jumlah uang beredar, maka terjadilah resesi. Jadi ada resesi yang alami dan cuma sebentar," sambungnya.
Namun, resesi yang dikhawatirkan adalah ketika menuju depresi. Misalnya, pertumbuhan ekonomi beberapa negara negatif.
Menurutnya, hal itu bisa berlangsung lebih lama dan tentu saja akan berdampak pada berbagai sektor.
- Sektor yang turun saat resesi
Ia menjelaskan, sektor-sektor tersebut akan bergerak pada tiga kondisi, yaitu cyclical, defensif, dan stabil atau stagnan.
"Cyclical itu sangat sensitif terhadap perekonomian, jadi kalau perekonomian naik, dia ikut naik, kalau ambruk ikut ambruk," jelas dia.
Menurutnya, sektor properti jelas akan masuk kategori ini atau mengalami penurunan harga. Sebab properti bukan kebutuhan prioritas di saat-saat resesi.
"Kalau transportasi dan logistik saya kira juga cyclical, apalagi produk investasi kemungkinan menurun lah," ujarnya.