Piala Dunia
Jelang Final Piala Dunia 2022 Qatar Argentina vs Perancis, Pengalaman Deschamps Lawan Energi Muda
Minggu (8/12) malam, di Stadion Iconic Lusail, Qatar dijadwalkan pertandingan final Piala Dunia 2022 antara Argentina vs Prancis, ini prediksinya.
TRIBUNKALTARA.COM – Tak ingin gagal seperti tahun 2018 lalu, Timnas Argentina akan berupaya keras untuk memenangkan laga final Piala Dunia 2022 melawan Perancis.
Duel Argentina vs Perancis di final Piala Dunia 2022 akan tersaji di Stadion Iconic Lusail, Qatar, pada Minggu (8/12) malam. La
Pertandingan final Piala Dunia 2022 Argentina vs Perancis menjadi laga yang sangat ditunggu=tunggu.
Bukan hanya keseruan Argentina vs Perancis saja yang dinanti.
Tapi, bagaimana strategi Argentina vs Perancis yang diterapkan oleh kedua pelatih.
Baca juga: Strategi Andre Gaspar Main 10 Pemain Menang Lawan Bali United 3-1, Borneo FC Punya Racikan Khusus?

Tentu saja pelatih Timnas Argentina maupun pelatih Perancis tidak mau kalah stretegi di partai final Piala Dunia 2022.
Mengingat pelatih Timnas Argentina, Lionel Scaloni menjadi pelatih termuda di partai final Piala Dunia 2022 Qatar.
Pelatih Timnas Perancis, Didier Deschamps tentu menjadi pelatih lebih berpengalaman dari Lionel Scaloni.
Namun, pada pertandingan sepakbola tidak melulu dimenangkan oleh pelatih berpengalaman.
Banyak faktor yang melatarbelakangi kemenangan sebuah tim.
Inilah prediksi laga final Piala Dunia 2022 antara Argentina vs Perancis, adu strategi pelatih sarat pengalaman lawan pelatih bergairah muda.
Ada pepatah yang mengatakan, "kebijakan dan pengetahuan datang seiring bertambahnya usia."
Jika mengacu pepatah tersebut, Pelatih Perancis Didier Deschamps tentunya lebih dijagokan ketimbang Pelatih Argentina Lionel Scaloni pada final Piala Dunia 2022 di Stadion Iconic Lusail, Qatar, Minggu (8/12) malam.
Didier Deschamps memang kenyang luar dalam dengan sepak bola.
Sebagai pemain, mantan gelandang bertahan ini mengangkat trofi juara pada Piala Dunia 1998.
Sebagai pelatih, dia juga mengangkat trofi untuk negaranya pada Piala Dunia 2018.
Sebelum menangani timnas Perancis, pria berusia 54 tahun ini mematangkan karier kepelatihannya dengan menangani sejumlah tim elite Eropa, AS Monaco, Juventus, dan Marseille.
Baca juga: Inilah Wasit yang Pimpin Final Piala Dunia 2022 Argentina vs Perancis, Dikenal Tak Ramah buat Messi
Sementara Lionel Scaloni bisa dibilang masih belum terlalu berpengalaman, dengan usia lebih muda sepuluh tahun.
Sebagai pemain, karier terbaik mantan wing back ini adalah membawa negaranya juara dunia yunior pada 1997.
Di level tim senior, Lionel Scaloni hanya kebagian tujuh kali tampil.
Pada 2016, mantan pemain Deportivo, dan Lazio ini diangkat jadi asisten pelatih Jorge Sampaoli di Sevilla.
Setahun kemudian, dia mengikuti sang bos menukangi Argentina.

Seiring kegagalan tim Tango di Piala Dunia 2018, mereka memecat Sampaoli, dan Lionel Scaloni pun menjadi pelatih, sampai sekarang.
Namun, sepak bola bukan melulu soal bagaimana pengalaman pelatih, atau bagaimana taktiknya di lapangan.
Ada banyak faktor lain yang berperan, seperti mentalitas, dan kekompakan tim, peran para pemain bintang yang kerap jadi pembeda, hingga juga faktor keberuntungan.
Maka, menyebut Didier Deschamps lebih diunggulkan dari Lionel Scaloni semata-mata karena lebih tinggi jam terbangnya, tentunya penilaian yang sangat terburu-buru.
Meski, tak diragukan juga bahwa faktor pengalaman bakal menjadi poin krusial pada laga final ini.
Baca juga: Timnas Perancis Dibayangi Virus Flu, Trio Les Bleus Terancam Absen di Final Piala Dunia 2022
Bagaimana pun, Didier Deschamps termasuk pelatih langka, satu dari enam pelatih di dunia yang pernah membawa timnya dua kali ke final Piala Dunia.
Deschamps berbagi tempat dengan legenda Argentina, Carlos Salvador Bilardo yang memimpin negaranya ke dua final, dengan kemenangan di Meksiko 1986, dan kekalahan di Italia 1990, keduanya melawan Jerman.
Juga termasuk dalam daftar elite ini adalah duo arsitek Jerman, Franz Beckenbauer, dan Helmut Schön.
Beckenbauer memimpin "Die Mannschaft" di Meksiko 1986 dan Italia 1990, masing-masing dengan kekalahan dan kemenangan.

Sedangkan Schön memimpin tim Jerman di putaran final Piala Dunia 1966 melawan Inggris, di mana mereka dikalahkan, dan berjaya di Jerman pada 1974 setelah mengalahkan Belanda.
Perlu dicatat bahwa Schön memimpin Jerman di empat Piala Dunia, 1966, 1970, 1974 dan 1978, yang mencakup dua partai final.
Pelatih masyhur lain yang pernah ke final dua kali adalah Mario Lobo Zagallo, yang memimpin Brasil di Meksiko 1970, di mana dia memimpin Scracht du Oro meraih gelar, dan di Perancis 1998 di mana dia dikalahkan oleh tuan rumah.
Dari daftar istimewa ini, muncul Vittorio Pozzo sebagai sosok paling menonjol.
Pria Italia ini memimpin skuat Azurri menjuarai Piala Dunia 1934 yang digelar di Italia, dan 1938 di Perancis.
Sejauh ini, hanya dia satu-satunya pelatih yang pernah membawa timnya juara dunia dua kali secara beruntun.
Baca juga: Perancis Bakal Jumpa Argentina di Final Piala Dunia 2022, Ajang Balas Dendam Lionel Messi ke Mbappe
Terakhir, ada nama Didier Deschamps yang memimpin Perancis meraih gelar di Rusia 2018, dan sekarang sedang mengincar gelar kedua berturut-turut untuk menyamai rekor Pozzo nun 84 tahun silam.
Namun, di depannya menantang pria lebih muda yang ambisius, agresif, dan tak kenal takut.
Faktanya, meski baru empat tahun menukangi Albiceleste, dan jejak rekamnya kurang meyakinkan, Lionel Scaloni telah menggoreskan catatan istimewa.
Lionel Scaloni berhasil melakukan hal yang tak bisa dilakukan para pelatih tim Tango sebelumnya dalam kurun waktu 28 tahun terakhir.
Dia sukses mempersembahkan trofi Copa America 2021 setelah mengalahkan Brasil di babak final.
Baca juga: Bursa Taruhan, Prediksi Final Piala Dunia 2022: Argentina Kalahkan Perancis Prosentase 55 Persen
Pria 44 tahun ini tak mau didikte, dan tahan dengan segala kritikan.
Dia bersikeras memilih pemain sesuai seleranya.
Dia berani melawan semua orang, termasuk juga mendiang Diego Armando Maradona.
Salah satu kritikan Maradona yang terkenal adalah, "Masalah utama Lionel Scaloni, dia mencari para teknisi, dan alih-alih pergi ke Piala Dunia, mereka justru dibawanya ke kejuaraan dunia balap motor," ujar Maradona menyindir saat itu.
Faktanya, Lionel Scaloni sekarang sukses membawa Argentina ke fase paling menentukan.
Hanya dengan 56 laga, dia mengantarkan tim Tango ke final Piala Dunia, melawan Didier Deschamps yang jauh lebih berpengalaman. (Tribun Network/den)
Baca berita menarik Tribun Kaltara lainnya di Google News atau Google Berita!