Balai POM Tarakan Pastikan Apotek tak Jual Obat Sirop Mengandung Etilen Glikol dan Dietilen Glikol

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Pada pertengahan Februari lalu, Komisi IX memanggil Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ), Penny Lukito dalam rangka membahas evaluasi fungsi pengawasan obat dan makanan yang dijalankan.

Ini masih berkaitan dengan adanya insiden obat sirop penyebab penyakit gagal ginjal akut atipikal progresif (GGAPA) pada anak yang muncul sejak 2022 lalu.

Dalam tupoksinya Penny Lukito menjelaskan apa saja yang dilaksanakan BPOM.

Termasuk pencabutan izin edar sirop obat produksi PT Yarindo Farmatam, PT Universal Phamaceutical Industries dan PT AFI Farma dan sudah pernah dirilis pada 7 November 2022 lalu.

Kepala Balai POM di Tarakan, Herianto Baan juga membenarkan sudah ada proses hukum terhadap sejumlah industri farmasi tersebut.

Jika berbicara kasus di Kaltara, ia menyebutkan kasus GGA pernah terjadi di Tarakan dan Bulungan serta Malinau.

“Pada kasus Malinau tidak ada hubungan sirop Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

Kalau Tarakan informasinya ada.

Dia mengambil atau membeli obat bukan di sarana Apotek resmi,” terang Herianto Baan.

Baca juga: BPOM Ajak Masyarakat Tarakan Pahami Obat dan Makanan Bermutu, Beri Penjelasan soal Sanksi Pelanggar

Ia melanjutkan, informasi yang ia himpun, yang bersangkutan membeli di kios dan jenis paracetamol merek Unibebi.

BPOM RI juga suda merilis bahwa produk Unibebi Cough Sirup memiliki kadar EG/DEG sebanyak 111,0125 mg/mL atau 890x di atas ambang batas aman asupan harian/Tolerable Daily Intake (TDI).

Kemudian, Unibebi Demam Sirup mengandung EG/DEG sebanyak 124,6875 mg/mL atau 997,5x di atas TDI.

Selanjutnya, Unibebi Demam Drop tercemar EG/DEG sebanyak 610,0936 mg/mL atau 600x di atas TDI.

Lalu pada 6 Desember 2022 lalu, sudah dilakukan pemusnahan dalam hal ini BPOM mengawal langsung kegiatan pemusnahan.