Hikmah Ramadhan
Ramadhan Berkualitas: Jangan Biarkan Puasa tanpa Bermakna
Mengapa bulan suci Ramadhan selalu hadir dan pergi setiap tahunnya, namun kualitas keimanan atau spiritualitas kita tidak mengalami peningkatan.
Oleh: Ustadz Syamsi Sarman
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Utara
TRIBUNKALTARA.COM – Mengapa bulan suci Ramadhan selalu hadir dan pergi setiap tahunnya, namun kualitas keimanan atau spiritualitas kita tidak mengalami peningkatan.
Bahkan cenderung menurun, kalaulah tidak mau dikatakan semakin merosot.
Padahal kita sudah lakukan syarat dan rukunnya, yakni menahan lapar dan minum sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Tarawih delapan atau dua puluh sudah juga dikerjakan setiap malam.
Tadarus Al Quran meskipun sedikit-sedikit sudah juga kita coba. Sedekah takjil, buka puasa bersama, berbagi sembako, dll sudah beberapa kali digelar dalam sebulan.
Baca juga: 26 Pantun Lucu Tema Bulan Suci Ramadhan, Bikin Semangat Agar Tidak Mudah ‘Mokel’
Berbagai lagi aktifitas Ramadhan kita tunaikan hingga membayar zakat dan shalat Idul Fitri.
Tak terhitung banyaknya kerabat, sahabat, semua anggota grup media sosial kecuali dikirimi ucapan Marhaban Ya Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa, selamat idul fitri, permohonan maaf, dst.
Lantas kurangnya dimana, sehingga Ramadhan kita terasa kering kerontang dari makna, tidak ngepek kata anak sekarang.
Selepas Ramadhan kondisi keimanan kita ya begitu-begitu saja. Nilai-nilai ketaqwaan sebagai buah puasa tak terlihat nyata.
Jika sebelumnya malas shalat, selepas Ramadhan tetap saja kembali malas shalat.
Masjid kembali sepi, anak yatim kaum dhuafa kembali tak terperhatikan, hawa nafsu, amarah dan serakah kembali tak terkendali, pengaruh syetan kembali merajalela menguasai jiwa.
Baca juga: Jadwal Imsakiyah dan Azan Subuh di Kabupaten Nunukan Kamis 23 Maret 2023 atau 1 Ramadhan 1444 H
Seolah ada banjir besar yang menghanyutkan semua "kekayaan ibadah" yang sempat terbangun selama bulan Ramadhan.
Seolah terjadi gempa dahsyat dan tanah longsor yang menenggelamkan semua "bangunan iman" yang sempat bergelora sebulan Ramadhan.
Insya Allah tulisan ini secara berseri akan mencoba membedah persoalan ini, dengan maksud dan harapan kita bisa melakukan muhasabah atau evaluasi diri demi tercapainya puasa yang berkualitas. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/Wakil-Ketua-MUI-Kaltara-Syamsi-Sarman-stjdy.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.