Peledakan Ranjau Laut

Ranjau yang Diledakkan Bekas Perang Dunia II, Masyarakat Dilarang Beraktivitas di Titik Rawan

Enam titik terdeteksi ranjau laut ditemukan dan berhasil dinetralisir dengan cara diledakkan di Perairan Teluk Batagau, Tarakan pagi hingga siang tadi

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Proses penurunan alat peledak dari atas KRI Pulau Rimau oleh tim, untuk dibawa ke titik terdeteksi ranjau kemudian dilakuka netralisasi di Selat Batagau Tarakan, Selasa (9/1/2023). 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Enam titik terdeteksi ranjau laut ditemukan dan berhasil dinetralisir dengan cara diledakkan di perairan Teluk Batagau, Tarakan pagi hingga siang tadi, Selasa (9/1/2024).

Danlantamal XIII Tarakan, Laksamana Pertama TNI Deni Herman mengatakan, dalam peta tergambarkan daerah Selat Batagau, ada wilayah atau daerah ranjau atau minefield.

Siapapun yang ingin melalui dan menggunakan perairan terdapat wilayah ranjau ini tidak bisa sembarangan dan harus dilaksanakan survei deteksi terlebih dahulu.

"Tadi sudah disaksikan kegiatan netralisir obyek. Ini didukung stakeholders terkait KSOP Disnav, sehingga bisa berjalan.

Juga dari PT Samator dan PRI. Ini salah satu wujud TNI AL dukung kebijakan pemerintah daerah dalam rangka membuka pintu gerbang perekonomian di Kaltara sehingga siapapun pengguna perairan di Kaltara saat ini, harus aman dari semua obstacle atau rintangan yang ada," papar Deni Herman.

Termasuk membuka pintu gerbang perekonomian di Tarakan agar kapal yang mendatangkan bahan mentah ke Tarakan dan bahan jadi yang siap untuk diekspor dapat dilakukan melalui jalur laut menjadi efektif dan efisien.

Baca juga: Berikut Jadwal Speedboat Rute Tarakan-Tanjung Selor Hari Ini, Paling Pagi Ada SB Minsen Express XI

Khususnya di daerah diduga ranjau dan ada di dalam peta data yang ada, daerah dinyatakan awalnya ada ranjau harus dilaksanakan pembersihan terlebih dahulu.

Ia lebih jauh menyampaikan, bahwa memang Tarakan menjadi bagian dari Perang Dunia ke-II dimana banyak jenis ranjau ditanam.

"Kita tahun di Tarakan ini dulunya base-nya Jepang," jelasnya.

Untuk diketahui juga dalam buku sejarah yang dituliskan karya Fahruddin Muttaqin berjudul Sejarah Pergerakan Nasional (2015) mengutip Kompas.com, Jepang pertama kalinya mendarat di Kota Tarakan tepatnya tanggal 11 Januari 1942.

Deni Herman menyampaikan bahwa untuk netralisasi sebelumnya sudah ada deteksi dilakukan bersama Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal).

Dilaksanakannya netralisasi karena didapatkan beberapa posisi dari anomali tersebut berada di bawah sea satu poin tujuh meter sehingga dilaksakan metode memecah kotak dan dilaksanakan rechecking kembali hasil dari peledakan.

Diharapkan setelah dilaksanakan kegiatan, dianggap sudah tidak berbahaya.

Menurut Deni Herman , saat ini yang dilaksanakan dengan area lebar 500 meter panjang wilayah Selat Batagau kurang lebih 18 KM.

Jika ingin disurvei semua, petugas masih membutuhkan waktu.

"Ini sesuai kebutuhan yang akan digunakan terhadap area. Kami sampaikan ke masyarakat bahwa jangan sembarangan menggunakan ataupun berkegiatan tanpa mengetahui secara detail wilayah perairan yang ada di sekitar wilayah Kalimantan.

Bisa dilihat di peta, kalau memang daerah ini berbahaya, daerah ranjau, daerah pembuangan amunisi juga harap berhati-hati," tegasnya.

Deni Herman meminta pemanfaatan daerah perairan perlu dilaporkan dan dikoordinasikan dan tanpa diketahui memanfaatkan mungkin membangun misalnya atau mengeruk sehingga mendapat objek secara anomali berbahaya.

"Ini yang nantinya tentunya merugikan pengguna. Sekali lagi kita berharap, menyosialisasikan ini, betapa pentingnya kegiatan netralisir maupun pelaksanaan survei untuk mengetahui apakah ada objek berbahaya sehingga nanti jika dikoordinasikan bisa digunakan secara aman," terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltara, Rukhi Syayahdin yang hadir menyaksikan netralisasi ranjau, mengungkapkan bahwa kegiatan hari ini sudah membuktikan secara nyata kepada masyarakat bahwa di Kaltara masih ada wilayah ranjau.

Baca juga: Berikut Jadwal Speedboat Rute Tarakan-Tanjung Selor Hari Ini, Paling Pagi Ada SB Minsen Express XI

"Bisa disampaikan ke masyarakat karena ini ada korelasinya dengan pemanfaatan ruang laut untuk budidaya rumput laut dimana biasanya pasang pondasi dulu. Kami berharap masyarakat ikuti standar yang sudah ditetapkan.

Apabila berkegiatan budidaya rumput laut atau perikanan lainnya silakan berkomunikasi kepada dinas," paparnya.

Sehingga dalam hal ini, nanti pihaknya menyiapkan rencana zonasi pemanfaatan ruang laut dan di sana sudah ada tim termasuk dari Pushidrosal.

"Kita bisa pantau semuanya dari awal. Kami tegaskan tidak merekomendasikan melakukan kegiatan tanpa izin perikanan. Karena kami akan rekomendasikan wilayah-wilayah yang boleh dan tidak boleh.

Sehingga musibah bisa dicegah seperti yang terjadi baru-baru ini di Surabaya, terjadi. Ini sudah ada bukti, di Tarakan demikian mudahan tidak terjadi di masyarakat kita, karena itu ikuti ketentuan yang sudah ditetapkan," tukasnya. (*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved