Ramadhan

Tradisi Beduk Sahur dan Pawai Obor Masih Ada di Desa Salimbatu saat Ramadhan, Tertua di Bulungan 

Warga Desa Salimbatu, Bulungan, Kalimantan Utara tiap Ramadhan selalu mengadakan beduk sahur dan pawai obor membangunkan orang-orang sahur.

Penulis: Desi Kartika Ayu | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ DESI KARTIKA AYU
Bangunan Bali Adat Tidung Desa Salimbatu 

TRIBUNKALTARA.COM, BULUNGAN- Sebanyak 74 desa di Bulungan, Desa Salimbatu merupakan salah satu desa tertua di Bulungan, Kalimantan Utara secara administratif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya makam salah satu ulama atau penyiar agama Islam yang dikenal sebagai’ Syeh Magribi’.

Desa Salimbatu juga merupakan salah satu daerah yang masih menjaga tradisi beduk sahur dan pawai obor pada bulan puasa Ramadhan.

Mulai dari anak-anak hingga remaja melakukan beduk sahur dan pawai obor keliling desa untuk selalu membangunkan warga untuk sahur.

“Anak-anak karang taruna des aitu masih aktif melakukan kegiatan beduk sahur keliling untuk membangunkan warga dengan nyanyian-nyanyian,” ucap Kepala Desa (Kades) Desa Salimbatu, Asnawi.

Baca juga: Pemkab Bulungan Alokasikan Rp 14 Miliar Untuk Perbaikan Jalan Desa Salimbatu Hingga Desa Kelubir

Desa Salimbatu merupakan salah satu desa terluas di Bulungan dan berperan dalam melahirkan desa-desa pemekaran yang kemudian menjadi kawasan satuan permukiman (SP) Desa Transmigrasi.

Asnawi menyebutkan daerah di Kecamatan Tanjung Palas Utara yang meliputi SP 1, SP 2,SP 3, SP 4,SP 5 dan SP 6 dulunya merupakan wilayah desa Salimbatu.

“Makanya dulu disebutnya kan SP1 dan SP2 Salimbatu, karena mereka masih masuk territorial dari Desa Salimbatu. Setelah definitive mereka merubah nama desanya, misalnya desa Panca Agung,” jelasnya.

Dalam hal ini, termasuk Transmigrasi yang masuk dalam kawasan Tanjung Buka, seperti SP5, 5A dan SP6.

“Ada yang di seberang berbatasan dengan wilayah Kota Tarakan, di laut sana, namanya Kampung Antal,” lanjutnya.

Untuk jumlah Rukun Tetangga (RT) yang mulanya 54 RT dan kemudian diperkecil atau penggabungan beberapa RT dan menjadi 36 RT. Untuk jumlah penduduk Desa Salimbatu lebih dari 7.000 jiwa dan 1.600 Kepala Keluarga (KK).

Balai Adat Tidung Desa Salimbatu 02 21032024
Bangunan Bali Adat Tidung Desa Salimbatu

Rata-rata mata pencaharian warga Desa Salimbatu sangat beragam tergatung potensi dan sumber daerah maisng-masing. Misalkan didaerah pesisir tentu untuk matapencahariannya adalah nelayan dan petani.

Selain sumber mata pencaharian yang beragam, Desa Salimbatu juga terdiri dari bermacam-macam suku. Mulai dari suku asli yakni Suku Tidung dan kemudian disusul ooleh suku pendatang dari luar seperti suku bugis dari makasar dan suku jawa.

Namun, meskimun Desa Salimbatu terdiri dari suku yang heterogeny, Asnawi mengatakan, bahwa itu sama sekali tidak menjadi soal, justru menjadi pelengkap di desa tertua tersebut. Untuk cakupan luas wilayah yakni sekitar 52.593 Hektare.

“Contohnya, kampung Antal rata-rata nelayan, kalua daerah SP 5 pasti petani dan ada juga pekebun,” paparnya.

Dalam hal pendidikan, tentu Desa Salimbatu menjadi desa dengan tujuan pencapaian Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. Sehingga untuk semua jenis sekolah mulai dari SD, SMP hingga SMA telah terbangun di Desa Salimbatu.

Selain itu, Salimbatu juga merupakan daerah yang memiliki banyak makan khas tradisional. Salah satunya adalah emping beras ketan.

“Emping ini, masih sangat digemari oleh masyarakat di Desa Salimbatu. Dia terbuat dari padi ketan yang diolah dengan cara ditumbuk dan direndam,” pungkasnya

(*)

Penulis Desi Kartika Ayu 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved