TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Bencana alam banjir yang melanda 5 kecamatan di Malinau, Kalimantan Utara kemarin, Minggu (29/1/2023) telah reda.
Saat ini banjir di Malinau telah surut, namun menyisakan kerugian khususnya bagi wilayah di hulu sungai sebagai daerah yang paling terdampak.
Bupati Malinau, Wempi W Mawa menjelaskan banjir yang terjadi kemarin merupakan bencana alam yang kejadiannya berlangsung cepat.
Baca juga: Hujan Lebat Picu Banjir di Malinau, Air Setinggi Pinggang Rendam Permukiman di Wilayah Kota
Meskipun, tidak sebesar banjir yang terjadi tepat setahun lalu, Jumat (28/1/2022) pada lokasi yang sama, namun dampak kerugian yang ditimbulkan cukup besar.
Jembatan Bailey di Semamu, Mentarang Hulu dilaporkan hanyut akibat banjir di wilayah hulu sungai.
"Karena banjir cukup besar di hulu, tapi di Malinau itu belum terbesar. Untuk di wilayah Hulu itu memang banjirnya besar, sehingga ada Jembatan Bailey di Semamu yang hanyut dan akses sangat terganggu," ujar Wempi saat ditemui di Kantor Bupati Malinau, Senin (30/1/2023).
Baca juga: Tiga Tahun Terakhir Intensitas dan Dampak Banjir di Malinau Meningkat, BPBD Beber Faktor Utamanya
Wilayah hulu sungai merupakan daerah yang paling terdampak akibat banjir yang berlangsung kurang dari 24 jam tersebut.
BPBD Malinau mendata ada 5 kecamatan dan belasan permukiman tergenang. Termasuk hulu sungai, wilayah Desa Semamu, Mentarang Hulu.
Pantauan TribunKaltara.com, di sekitar ibu kota Kabuapten Malinau, bencana alam yang terjadi mulai pagi, juga surut lebih cepat sejak Minggu(29/1/2023) sore.
Wempi menyampaikan telah mengintruksikan dinas terkait termasuk kecamatan untuk menginventarisir kerugian. Khususnya di hulu sungai, wilayah yang paling terdampak banjir.
"Kami sedang menginventarisir seluruh kerugian. Saya juga sudah perintahkan camat untuk mendata, termasuk dari Dinas Sosial untuk dilakukan langkah penanganan bersama," kata Wempi.
(*)
Penulis : Mohammad Supri