Berita Nunukan Terkini

Cerita Kliwon Heri Siswadi, Veteran Konfrontasi di Nunukan Hibahkan Tanah Miliknya Untuk Negara

Di usia 84 tahun, Kliwon Heri Siswadi, veteran konfrontasi RI-Malaysia mengaku ia memiliki tanah yang diberikan untuk negara di Nunukan.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
VETERAN KONFRONTASI PERBATASAN - Kliwon Heri Siswadi, veteran konfrontasi RI-Malaysia yang sejak dekade 1960-an berdiri tegak di garis depan pertahanan Indonesia, tepatnya di wilayah Gunung Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN- Berasal dari tanah paling utara Kalimantan, diantara kabut pegunungan dan sunyi hutan perbatasan, tersimpan kisah tentang seorang prajurit tua yang mengabdikan hidupnya sepenuh hati untuk keutuhan negeri.

Dialah Kliwon Heri Siswadi, veteran konfrontasi RI-Malaysia yang sejak dekade 1960-an berdiri tegak di garis depan pertahanan Indonesia, tepatnya di Gunung Krayan, Nunukan tapal batas di mana merah putih harus terus berkibar, berapa pun harga yang harus dibayar.

Kini di usia senja yang menginjak 84 tahun, Kliwon Heri Siswadi masih menyimpan bara semangat yang sama. 

Di teras rumahnya yang sederhana, di bawah kibaran bendera merah putih yang mulai pudar warnanya, ia menatap jauh ke masa lalu. Masa ketika ia hidup dan mati hanya dipisahkan oleh desing peluru.

Baca juga: Terima Merah Putih dari PWI Nunukan, Veteran: Perjuangan tak Boleh Padam

"Saya waktu itu bertugas di wilayah Gunung Putih, Krayan. Daerah itu rawan sekali karena posisinya langsung berbatasan dengan Malaysia," kata Kliwon Heri Siswadi kepada TribunKaltara.com, Selasa (11/11/2025), pagi.

Sebagai prajurit berpangkat Peltu dan menjabat Danramil di Kodim 090301 Tanjung Selor, Kliwon menjadi bagian dari pasukan yang menjaga garda terdepan pertahanan Indonesia di pedalaman Nunukan dan Krayan.

Ia bersama rekan-rekannya harus berjaga siang dan malam di tengah hutan lebat, menghadapi cuaca ekstrem, minim logistik, dan ancaman serangan dari pasukan lawan yang kerap menyusup lewat jalur perbatasan.

"Saya masih ingat betul, satu Januari kami diserang seharian penuh. Dari pagi sampai ketemu pagi lagi," ujarnya perlahan.

Menurutnya, serangan itu dilakukan oleh pasukan Inggris yang kala itu membantu pihak Malaysia dalam operasi militer.

Baca juga: Cerita Suparmin Veteran Tarakan, Saksi Sejarah Operasi Dwikora, Bertahan Hidup di Lubang Eks Ledakan

"Saya lupa tahun pastinya, tapi suasananya masih sangat jelas. Peluru berseliweran, dentuman senjata tak berhenti. Tiga teman saya gugur waktu itu," ucap Kliwon, suaranya bergetar menahan emosi.

Ia sempat terdiam beberapa saat. Tatapannya kosong, seolah kembali menyaksikan peristiwa di depan mata.

"Salah satu rekan saya tewas karena senjatanya macet. Tidak sempat memprediksi pergerakan musuh. Semoga mereka diterima di sisi Tuhan, karena telah berjuang demi merah putih," ujarnya.

Namun di balik kisah kelam dan darah yang tertumpah di tanah perbatasan, Kliwon tak pernah menyesal. 

Ia bahkan terus berbuat untuk negeri meski sudah lama menanggalkan seragam lorengnya.

Tanah seluas satu kilometer persegi miliknya di Sebatik, ia hibahkan untuk pembangunan Koramil Sebatik wujud nyata pengabdian yang lahir dari cinta tanpa pamrih kepada tanah air.

"Tanah itu saya berikan untuk prajurit, yang sekarang digunakan sebagai kantor Babinsa. Sebagian lainnya bisa dimanfaatkan untuk berkebun," pungkasnya.

(*)

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved