Gerakan 30 September
Pengakuan Jenderal Gatot Nurmantyo Dicopot dari Panglima TNI usai Instruksi Nobar Film G30S/PKI
Berikut pengakuan terbaru Jenderal Gatot Nurmantyo dicopot dari jabatan Panglima TNI usai instruksi nobar film G30S/PKI.
TRIBUNKALTARA.COM - Berikut pengakuan terbaru Jenderal Gatot Nurmantyo dicopot dari jabatan Panglima TNI usai instruksi nobar film G30S/PKI.
Pengakuan mengejutkan diungkap Mantan Panglima TNI yang juga Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI ), Gatot Nurmantyo.
Baru-baru ini Jenderal Gatot Nurmantyo blak-blakan tentang bangkitnya komunisme di Indonesia.
• Running News Dinyatakan Memenuhi Syarat, Pilgub Kaltara Diikuti Tiga Pasangan Calon
• Bupati Berau Muharram Meninggal Dunia, Wabup dan ASN Pemkab Berau Gelar Salat Gaib Berjemaah
• BREAKING NEWS KPU Tetapkan Pilkada Bulungan Diikuti 4 Calon, Ini Nama dan Parpol Pengusungnya
• Kabar Gembira, Arab Saudi Buka Kembali Umrah Bagi Jemaah Dalam dan Luar Negeri, Simak Tanggalnya
Tak cuma itu, Jenderal Gatot Nurmantyo juga mengakui dicopot dari jabatan Panglima TNI setelah instruksi nobar film G30S/PKI.
Secara gamblang, Jenderal Gatot Nurmantyo bangkitnya Partai Komunis Indonesia ( PKI ) gaya baru, terendus sejak tahun 2008.
Saat itu, Gatot Nurmantyo mendapatkan berbagai informasi tentang adanya gerakan tersebut.
"Saya mengamati tentang kemungkinan-kemungkinan bangkitnya gerakan Partai Komunis Indonesia gaya baru.
Ini diawali sejak 2008," ujar Gatot Nurmantyo dikutip Wartakotalive.com dari channel Youtube Hersubeno Arief, Rabu (23/9/2020).
Meski demikian, Jenderal Gatot Nurmantyo mengakui tidak bisa menyampaikan informasi secara terang-terangan kala itu.
"Setelah saya mendapat informasi-informasi, sehingga saya memaksakan membungkus semua gerakan ini dengan proxy war.
Karena belum saatnya saya membuka gerakan mereka. Memang gerakan ini tidak bisa dilihat bentuknya, tetapi dirasakan bisa," ungkap Presidium KAMI.
Selanjutnya Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut, terjadi penyusupan gerakan komunisme di Indonesia.
Ia mencium itu dari sejumlah fenomena yang terjadi semenjak 2008.
"Sejak tahun 2008 seluruh sekolah segala tingkatan pelajaran sejarah tentang G30S/PKI ditiadakan.
Ini sesuatu hal yang sangat berbahaya karena kalau yang paling junior adalah kelas enam SD, maka merka yang duduk di universitas saat ini mereka tidak pernah mengenyam pelajarn tersebut," jelasnya.
Kemudian Gatot Nunrmantyo membuat semacam 'proxy war', dimana ia kerap mengisi kuliah umum dan menyelipkan bahaya kebangkitan komunisme kepada para generasi muda.
"Sehingga pada tahun 2017, bahwa generasi muda 90 persen lebih tidak percaya adanya PKI.
Maka dengan data-data yang ada, pertama kali pada 10 maret 2015 saya masih jabatan Pangkostrad saya beranikan memberikan kuliah umum tentang proxy war di UI (universitas Indonesia).
Dan sampai dengan saya Panglima TNI sudah 59 kali saya melaksanakan kuliah umum," ujar Gatot Nurmantyo.
Gatot melihat adanya upaya-upaya pelemahan mental pemuda bangsa.
Sehingga, ia memutuskan untuk menyerukan untuk menonton film Pemberontakan G30S/PKI ketika ia menjabat sebagai Panglima TNI.
"Pada saya saya jadi Panglima TNI, saya perintahkan jajaran saya untuk menonton film G30S/PKI," ungkapnya.
Gatot Nurmantyo bercerita, ketika ia menyerukan untuk menonton film itu, ada pihak yang mengingatkannya agar tidak melakukan hal itu.
Secara terang-terangan Gatot Nurmantyo menyebut, orang yang memberikan nasihat tersebut berasal dari sebuah partai.
Orang tersebut, bahkan, mengingatkan, Gatot Nurmantyo akan dicopot dari jabatannya jika melanjutkan seruannya tersebut.
Tapi Gatot Nurmantyo tidak gentar. Ia tetap menyerukan agar masyarakat menonton film itu.
"Pada saat itu saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebut saya partai PDI, menyampaikan 'Pak Gatot hentikan itu Kalau tidak pasti Pak Gatot akan diganti.
Saya bilang terimakasih, Tapi saya gas, karena ini adalah benar-benar berbahaya.
Dan benar-benar saya diganti," jelas Gatot Nurmantyo.
Gatot Nurmantyo menambahkan, gerakan PKI gaya baru semakin nyata saat ini lantaran berhasil mengganti Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni.
Padahal, menurut mantan Panglima TNI ini, Pancasila pada 1 Juni ini adalah konsep Trisila dan Ekasila yang disampaikan Bung Karno.
Diusulkannya Rancangan Undang-Undang Halauan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang saat ini prosesnya dihentikan, bukan dicabut juga menandakan adanya kekuatan yang ingin mengganti Pancasila.
"Maka mereka sudah investasi lebih dulu, jadi mereka secara tidak langsung hampir seluruh bangsa memperingati Hari Pancasila pada 1 Juni. Dan lebih lanjut lagi adanya RUU HIP," kata Gatot Nurmantyo.
Tolak Jabatan Menteri
Jenderal Gatot Nurmantyo sebelumnya mengaku menolak tawaran jadi Menteri Pertahanan ( Menhan) yang ditawrkan oleh Presiden Joko Widodo ( Jokowi ).
Saat itu dirinya mengaku jabatan yang ditawarkan adalah Menteri Pertahanan ( Menhan).
Karena satu dan lain hal ia menolak menggantikan posisi Ryamizard Ryacudu ketika itu.
Dan menariknya Gatot Nurmantyo juga blak-blakan mengaku pernah menolak perintah Menhan Ryamizard Ryacudu.
Dilansir TribunWow.com, hal itu Gatot Nurmantyo sampaikan saat diundang dalam tayangan eTalk Show di TvOne, Kamis (20/8/2020).
Dalam kesempatan itu Gatot Nurmantyo juga membantah dirinya memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.
Mantan Pangkostrad itu menegaskan dirinya bersikap netral saat pilpres.
Awalnya hal itu disinggung presenter Wahyu Muryadi.
"Pada last minute kayaknya Anda menentukan sikap politiknya untuk berpihak kepada paslon capres nomor 02 (Prabowo-Sandiaga), betul ya?" tanya Wahyu Muradi.
Ia membantah kehadirannya dalam acara pasangan calon tersebut berarti dukungan.
"Saya datang ke sana kampanye enggak? Saya bicara kebangsaan itu," tegas Gatot Nurmantyo.
"Sampeyan 'kan milih 02 to? Diumumkan itu," tanya Wahyu lagi.
"Kok bisa tahu? Di dalam bilik kok," jawab Gatot Nurmantyo mengelak.
Wahyu lalu melontarkan sindiran sikap narasumbernya ini seolah menunjukkan keinginan menduduki jabatan menteri.
"Kayaknya masih pengen jadi menteri. Pengen jadi menteri enggak?" ungkit mantan Juru Bicara Kepresidenan Abdurrahman Wahid itu.
Gatot tidak menampik dirinya memang pernah ditawari jabatan menteri untuk menggantikan Ryamizard Ryacudu.
"Saya pernah ditawari, zamannya Pak Jokowi, menjadi Menteri Pertahanan menggantikan Pak Ryamizard," ungkap mantan Pangkostrad ini.
Meskipun mengapresiasi tawaran itu, Gatot menegaskan ia menolak.
"Saya nolak. Saya bilang, 'Tidak ada satu pun Panglima TNI bermimpi menjadi menteri pertahanan, tetapi sisa waktu saya di Panglima TNI saya akan menularkan tentang moral dan etika'," paparnya.
Ia mengungkapkan alasannya menolak jabatan tersebut.
Ia menjelaskan sebelumnya merasa selalu terkesan bertentangan dengan menteri pertahanan yang saat itu menjabat.
Gatot beralasan ada perintah yang sempat ia tentang dari menteri pertahanan ketika itu.
"Selama ini di media seolah saya bermusuhan dengan menteri pertahanan karena saya diajak latihan di Laut China Selatan dengan tentara China, saya tidak mau," paparnya.
"Itu saya membela pemerintah, karena pemerintah mengatakan di Laut China Selatan harus kondusif. Kalau latihan 'kan enggak kondusif.
Makanya kayak marah gitu, padahal enggak ada apa-apanya," jelas eks Panglima TNI ini.
Oleh karena itu, ia merasa harus menolak tawaran Jokowi karena tidak ingin terkesan menginginkan jabatan.
"Kalau saya terima, seolah-olah kalau kamu ingin jabatan sogok atasanmu supaya atasanmu digantikan," ungkap Gatot Nurmantyo.
(*)