HEBOH Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat, Peneliti ITB Beri Penjalasan
Para peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB ) memberikan penjelasan terkait potensi tsunami 20 meter di Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat.
TRIBUNKALTARA.COM - Para peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB ) memberikan penjelasan terkait potensi tsunami 20 meter di Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat.
Kabar tentang potensi tsunami setinggi 20 meter, menggegerkan banyak pihak.
Pasalnya tsunami 20 meter ini diprediksi akan menghantam selatan Pulau Jawa, tepatnya Jawa Timur dan Jawa Barat.
Usut punya usut, potensi tsunami 20 meter itu berdasarkan hasil riset para peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB ) yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pekan lalu.
Salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan mengatakan riset tentang tsunami ini menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti.
• Ternyata Pjs Gubernur Kaltara Teguh Setyabudi Sudah Lima Kali ke Kaltara
• Live Streaming Trans7, Start di Depan Valentino Rossi, Quartararo Pede Podium di MotoGP Catalunya
• Minta ASN Netral di Pilkada, Pjs Gubernur Kaltara Teguh Sebut ke Kaltara Bukan Lihat Satu Calon
• 71 Hari Jabat Pjs Bupati Tana Tidung, Datu Iqro Ramadhan Yakin Bisa Bagi Tugas
Selama ini, sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.
"Pascagempa 2004 di Aceh, beberapa peneliti melakukan pengambilan sampel, atau yang dikenal dengan paleoseismologi, untuk mengetahui sejarah gempa besar di masa lalu di kawasan tersebut," ungkap Endra mengutip Kompas.com, Jumat (25/9/2020).
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gempa besar yang di Aceh pada tahun 2004 lalu, pernah terjadi 600 tahun yang lalu.
Sedangkan di Jawa, dokumentasi tentang sejarah gempa besar tidak terdokumentasi dan tidak diketahui.
Riset yang dimulai sejak 5 tahun tersebut, mengusulkan pemodelan potensi bencana gempa bumi di zona subduksi di sepanjang selatan Jawa berbasis analisis multi-hazard dan multi-data untuk pengurangan risiko atau mitigasi bencana.
Terkait potensi tsunami dan gempa besar di selatan Jawa, Endra menjelaskan hasil riset itu berasal dari analisis data GPS dan data gempa yang terekam.
"Catatan gempa besar di pulau Jawa tidak terdokumentasikan, oleh karenanya, kami menggunakan GPS untuk mendeteksi potensi gempa yang dapat terjadi," ungkap Endra.
Berdasarkan data GPS menunjukkan adanya zona sepi gempa.
Artinya, bisa jadi zona itu mungkin hanya terjadi pergerakan pelan-pelan, sehingga gempa tidak terjadi, atau sebaliknya terjadi locking, daerah itu terkunci sehingga tidak dapat bergerak.
"Karena gempa itu siklus, maka ada saatnya di mana di wilayah itu ada pengumpulan energi, lalu akan melepaskan saat gempa," ungkap Endra.