Fahri Hamzah Berkoar Singgung 2 Jenderal Kapolda yang Dicopot Idham Azis, Negara Salah Tingkah

Fahri Hamzah berkoar singgung 2 Jenderal Kapolda yang dicopot Idham Azis, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana dan Kapolda Jabar, Rudy Sufahriadi

Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews dan KOMPAS.COM
Giliran Fahri Hamzah berkoar merespon pencopotan 2 Jenderal Kapolda dari jabatannya. (Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews dan KOMPAS.COM) 

TRIBUNKALTARA.COM - Fahri Hamzah berkoar singgung 2 Jenderal Kapolda yang dicopot Idham Azis, negara salah tingkah.

Pencopotan 2 Jenderal yang menimpa Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana dan Kapolda Jabar, Rudy Sufahriadi berbuntut panjang.

Keputusan Kapoli Idham Azis mencopot 2 Jenderal anak buahnya itu mendapat kritikan tajam dari Fahri Hamzah.

Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menilai pencopotan Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jabar terkait peristiwa kepulangan pimpinan Front Pembela Islam ( FPI ), Habib Rizieq alias Rizieq Shihab.

Melalui akun Twitter pribadinya, Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menyotoyi sejumlah rentetan peristiwa yang terjadi terkait kepulangan Rizieq Shihab, Senin (16/11/2020).

Dalam cuitannya itu, Fahri Hamzah tidak menyebut nama.

Baca juga: Benarkah 2 Jenderal Kapolda Jadi Tumbal Ketegasan Idham Azis Imbas Kerumunan di Acara Habib Rizieq?

Baca juga: Dramatis, Penangkapan Perwira Polisi Edarkan Sabu 16 Kg, Anak Buah Idham Azis Terancam Hukuman Mati

Baca juga: Wacana Pasangan Prabowo-Habib Rizieq di Pilpres 2024 Mengemuka, Diungkap Mantan Waketum Gerindra

Fahri Hamzah menyoroti negara yang menurutnya kaget dan salah tingkah hingga kemudian menyalahkan dan memecat petugas keamanan.

Mantan Wakil Ketua DPR ini menyatakan seharusnya negara tidak kaget dan salah tingkah apabila melakukan deteksi dan mitigasi.

"Awalnya dianggap kecil dan gak penting. Ternyata banyak dan membludak. Lalu nyalahin yg datang dan memecat petugas keamanan.

Negara itu punya fungsi deteksi dan mitigasi. Jangankan demo, cuaca dan bencana aja bisa diterka.

Jadi negara gak boleh kaget dan salah tingkah dong," tulisnya.

Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat Dicopot

Kapolri Jenderal Idham Azis mencopot dua kapolda, yakni Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana, dan Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudy Sufahriadi, Senin (16/11/2020).

Pencopotan dilakukan karena dua perwira Polri itu tak bisa mencegah kerumuman massa terkait acara Habib Rizieq.

Pencopotan Irjen Nana dan Irjen Rudy diumumkan oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Argo Yuwono.

"Sesuai dengan TR Kapolri No st3222/XI/Kep/2020 tanggal 16 November 2020 tentang Pemberhentian dari dan pengakatan dari jabatan di lingkungan Polri yaitu Irjen Nana Sudjana Kapolda Metro Jaya diangkat jabatan baru menjadi Korps Ahli Kapolri."

"Kemudian Irjen Pol Mohammad Fadil Imran, Kapolda Jawa Timur diangkat sebagai Kapolda Metro Jaya," ucap Argo dalam program Breaking News KompasTV, Senin (16/11/2020).

Argo melanjutkan, Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudy Sufahriadi, digantikan oleh Irjen Pol Ahmad Dofiri.

Ahmad Dofiri sendiri sebelumnya menjabat sebagai Aslog Kapolri.

1. Irjen Pol Nana Sudjana

Irjen Pol Nana Sudjana diketahui menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan Irjen Pol Gatot Eddy.

Sebelum menjadi Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana mengemban jabatan sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB).

Irjen Pol Nana Sudjana lahir di Cirebon, Jawa Barat pada 26 Maret 1965.

Sebagai perwira tinggi Polri, Irjen Pol Nana Sudjana mengemban amanat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya sejak 20 Desember 2019.

Irjen Pol Nana Sudjana merupakan lulusan Akademi Polisi atau Akpol 1988.

Ia punya pengalaman dalam bidang intel.

Sebelumnya, Irjen Pol Nana Sudjana telah malang-melintang bertugas di berbagai wilayah Indonesia.

Sebelum menjadi Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana diketahui sempat menjadi Kapolda NTB.

Berikut profil singkat karier Irjen Pol Nana Sudjana dikutip dari Wikipedia:

Pamapta Polresta Yogyakarta (1988)
Kapolsekta Umbulharjo Polresta Yogyakarta
Kapolsek Metro Tamansari Polres Metro Jakbar (2002)
Kapolres Probolinggo (2006)
Wakapolwiltabes Surabaya
Analis Utama Tk. III Baintelkam Polri
Kapoltabes Surakarta (2010)
Dirintelkam Polda Jateng (2011)
Analis Utama Tk. I Baintelkam Polri (2012)
Analis Kebijakan Madya bidang Ekonomi Baintelkam Polri (2013)
Dirintelkam Polda Jatim (2014)
Wakapolda Jambi (2015)
Wakapolda Jabar (2016)
Dirpolitik Baintekam Polri (2016)
Kapolda NTB (2019)
Kapolda Metro Jaya (2019)

Namun, tongkat kepemimpinannya menjadi Kapolda Metro Jaya harus berakhir setelah dimutasi menjadi kors Ahli Kapolri karena dinilai tidak menegakan aturan protokol kesehatan terkait acara pernikahan putri Habib Rizieq Shihab.

2. Irjen Pol Rudy Sufahriad

Irjen Pol Rudy Sufahriadi diketahui pria asal Cimahi, Jawa Barat.

Sebelum menjadi Kapolda Jabar, ia pernah bergabung dalam satuan elite pemberantas teroris, yaitu Densus 88.

Diketahui, Rudy Sufahriadi sempat bertugas di Densus 88 Antiteror.

Setelah itu, ia sempat bertugas di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT.

Kala itu, pada 2010 hingga 2016, ia menduduki jabatan sebagai direktur pembinaan BNPT.

Seperti yang yang banyak diberitakan, Rudy Sufahriadi bahkan menulis sebuah buku berjudul Perkembangan Teroris di Indonesia dan Penanggulangannya.

Jejaknya dalam menindak kasus terorisme makin dikenal publik saat menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah.

Terhitung, Rudy Sufahriadi menduduki jabatan itu selama dua tahun, yakni dari 2016 hingga 2018.

Kala itu, ia juga terlibat dalam perburuan kelompok Santoso, yaitu Operasi Tinombala.

Operasi Tinombala ini merupakan operasi gabungan yang teridri dari sejumlah pasukan elite dari Polri dan TNI.

Hingga akhirnya, kelompok Santoso yang sembunyi di hutan belantara kawasan pegunungan di Poso itu bisa dilumpuhkan.

Baca juga: Polisi Anak Buah Idham Azis Sempat Adu Mulut dengan Petugas Lapas Saat Periksa Pengedar Narkoba

Tak hanya berhasil menangani kasus terorisme, ia juga sempat pula berkarier di Brimob.

Sejak lulus dari Akademi Kepolisian pada 1988, Rudy Sufahriadi memang mengawali kariernya sebagai komandan peleton Brimob.

Hingga 2004, ia bertugas di Brimob Polri sampai akhirnya pada 2005, ia pun ditunjuk jadi Kapolres Poso.

Tak heran, ketika menjadi Kapolda Sulawesi Tengah, Rudy Sufahriadi turut paling depan dalam perburuan kelompok Santoso.

Ia memang sudah mengenal seluk beluk Poso sejak menjadi Kapolres Poso.

Saat jadi Kapolres Poso, ia bahkan dikabarkan memang pernah jadi sasaran teroris.

Diolah Tribunjabar.id dari berbagai sumber, ia disebut sempat menjadi sasaran tembak saat selesai salat subuh dari masjid.

Untungnya, Rudy Sufahriadi sigap sehingga bisa lolos dari hantaman peluru yang ditembakkan.

Kesuksesannya di bidang terorisme pun membawa Rudy Sufahriadi menduduki jabatan strategis di Brimob.

Setelah menjadi Kapolda Sulawesi Tengah, ia pun menjadi Kepala Korps Brimob Polri pada 2018.

Tahun berikutnya, ia pun diangkat menjadi asisten operasi Kapolri.

Setelah itu, Rudy Sufahriadi pun resmi menjabat menjadi Kapolda Jabar pada April 2019.

Namun, akhirnya ia dimutasi menjadi Widyaiswara tingkat 1 Lemdiklat Polri karena dianggap tidak menegakan aturan protokol kesehatan di wilayahnya khususnya terkait kedatangan Habib Rizieq Shihab di Bogor, Jawa Barat.

(Tribunnews.com/ Tribunpontianak/ Tribunjabar.com)

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kapolda Dicopot karena Kerumuman Massa, Fahri Hamzah: Awalnya Dianggap Kecil dan Nggak Penting, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/11/16/kapolda-dicopot-karena-kerumuman-massa-fahri-hamzah-awalnya-dianggap-kecil-dan-nggak-penting?page=all.
Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno Widyastuti
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved