Natal dan Tahun Baru

Janji Menag Fachrul Razi Beri Kepastian Pedoman Ibadah Natal di Masa Pandemi Covid-19

Janji Menteri Agama ( Menag ) Fachrul Razi beri kepastian terkait pedoman ibadah natal di masa pandemi Covid-19.

Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews
Menteri Agama Fachrul Razi beri kepastian terkait pedoman ibadah natal di masa pandemi Covid-19. (Kolase TribunKaltara.com / Tribunnews) 

TRIBUNKALTARA.COM - Janji Menteri Agama ( Menag ) Fachrul Razi beri kepastian terkait pedoman ibadah natal di masa pandemi Covid-19.

Hingga kini pedoman ibadah natal di masa pandemi Covid-19 masih terus dibahas jajaran Menag Fachrul Razi.

Kendati demikian, Fachrul Razi memberikan kepastian terkait pedoman ibadah natal.

Fachrul Razi mengatakan, pendoman ibadah natal di masa pandemi Covid-19 sudah dirapatkan secara internal bersama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Kristen dan Ditjen Bimas Katolik.

"Terkait ibadah Natal, pedomannya dikeluarkan akhir minggu ini," kata Fachrul Razi dilansir dari rilis resmi di laman Kemenag, Kamis (26/11/2020).

Menurut Fachrul Razi, pada dasarnya pedoman ibadah Natal sama saja dengan pedoman ibadah-ibadah sebelumnya atau seperti pedoman shalat Idul Fitri.

Namun, dalam aturan kali ini juga akan mengatur tentang adanya mudik liburan Natal.

"Kalau masalah mudiknya juga akan kami cantumkan di situ, bersamaan kami keluarkan produk itu," ujar Fachrul Razi.

"Pada dasarnya, ibadah agama apapun, setiap hari libur pasti orang berbondong-bondong mudik. Jadi yang terkait dengan mudik, kami garis bawahi sama saja dengan saat mudik Idul Fitri atau Idul Adha," ucap dia menambahkan.

Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, KSOP Tarakan Razia Pelabuhan Tengkayu I Tarakan, 6 Kapal Diamankan

Adapun saat ini, pemerintah juga sedang membahas rencana pelaksanaan cuti bersama di akhir tahun 2020.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, jatah libur akhir tahun dan pengganti cuti Idul Fitri pada Desember nanti akan segera dibahas di tingkat menteri.

Pembahasan tersebut merupakan tindak lanjut dari permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginginkan jatah libur akhir tahun dan pengganti cuti Idul Fitri pada Desember tersebut dikurangi.

Baca juga: Daftar Lengkap Hari Libur Nasional 2021, Cuti Bersama dan Tanggal Merah, Libur Lebaran 13 Mei

Muhadjir mengatakan, pembahasan terkait hal itu di tingkat menteri akan segera dibahas pada Kamis (26/11/2020) nanti.

"Insya Allah, Kamis dibahas di tingkat Menteri," ujar Muhadjir kepada Kompas.com, Selasa (24/11/2020).

Imbauan Menag Fachrul Razi

Menteri Agama Fachrul Razi meminta agar pelaksanaan ibadah Natal tahun ini disesuaikan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yakni menjaga jarak, memakai masker, mencegah kerumunan, hingga mengecek kesehatan.

"Pada dasarnya mirip saja dengan yang lalu, kalau di rumah ibadah betul-betul kami garis bawahi jangan berkerumun, jaga jarak, cek kesehatan dan lainnya itu sama saja," kata Fachrul Razi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (25/11/2020).

Baca juga: Siap-siap Gigit Jari, Libur Panjang Akhir Tahun 2020 Kemungkinan Dibatalkan Pemerintah, Ini Sebabnya

Fachrul Razi mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan mengeluarkan aturan terkait perayaan Natal.

Beberapa waktu lalu, Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen dan Bimas Katolik telah merumuskan aturan tersebut.

Aturan itu salah satunya bakal memuat tentang ketentuan mudik selama libur Natal.

"Pada dasarnya ibadah agama apapun setiap hari libur pasti orang berbondong-bondong mudik. Jadi kalau dalam kaitan dengan mudik itu sama saja dengan apa yang kami garis bawahi pada saat menghadapi Idul Fitri maupun Idul Adha yang lalu," ujar Fachrul Razi.

Baca juga: Libur Panjang, Polda Kaltara Giatkan Patroli di Pusat Keramaian dan Sosialisasi Protokol Kesehatan

Hingga saat ini pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia. Data pemerintah hingga Rabu (25/11/2020) mencatat, ada 5.534 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Angka ini merupakan rekor tertinggi selama pandemi berlangsung di Indonesia.

Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 511.836 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Pesan dan Tema Natal 2020

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) merilis Pesan Natal Bersama tahun 2020. Tema Natal 2020 adalah “… dan mereka akan menamakan Dia, Imanuel” (Matius 1:23).

Berikut isi Pesan Natal Bersama 2020 ini ditandatangani Ketua PGI, Pendeta Gomar Gultom dan Ketua KWI, Ignatius Kardinal Suharyo.

“… dan mereka akan menamakan Dia, Imanuel” (Matius 1:23)

Saudara-saudari terkasih,

Kami, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dengan penuh syukur menyampaikan salam sejahtera kepada Ibu dan Bapak, Saudari dan Saudara sekalian beserta seluruh keluarga.

Pada tahun ini kita merayakan Natal dalam suasana prihatin karena wabah Covid-19 sedang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Virus ini telah merusak berbagai sendi kehidupan manusia. Banyak keluarga berduka karena kehilangan sanak saudara. Banyak pula yang kehilangan pekerjaan. Anak-anak yang harus belajar di rumah kehilangan kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman sebaya.

Umat gelisah karena tidak dapat beribadah sebagaimana mestinya. Dilaporkan juga bahwa angka kekerasan dalam keluarga, bahkan perceraian meningkat. Kondisi ini diperparah dengan maraknya politik identitas yang meningkatkan ujaran kebencian, intoleransi beragama dan etnis, radikalisme agama, serta perpecahan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat kita.

Seluruh situasi krisis ini mengingatkan kita bahwa sebagai manusia kita sesungguhnya rapuh, baik secara fisik maupun psikis. Kita dengan mudah bisa terjebak dalam keputusasaan akibat beratnya beban kehidupan yang harus kita kelola.

Kita rentan terhadap keserakahan yang kerap menjebak kita untuk melakukan korupsi, serta ketidakadilan dalam relasi dengan orang lain maupun dengan lingkungan. Tubuh kita dengan mudah bisa sakit akibat terinfeksi virus, bahkan kita bisa meninggal seketika hanya karena sebuah kelalaian kecil.

Keganasan virus ini juga menegaskan bahwa kita semua sama sebagai manusia, sekalipun profesi kita berbeda, suku kita berbeda, agama kita berbeda, pendidikan dan jabatan kita berbeda. Covid-19 mengingatkan bahwa kita semua bisa diserangnya dan karenanya kita saling membutuhkan dengan lainnya.

Satu hal yang membuat kita tetap berdiri teguh di tangah badai ini adalah karena kita yakin bahwa hanya Allah saja sumber pertolongan kita. Sebagai orang Kristen kita bisa menderita sama seperti yang dialami orang lainnya, namun kita bisa menjalaninya dengan damai di dalam keyakinan bahwa Allah sorgawi berjalan bersama kita untuk menghadapinya.

Allah tidak memberikan kita dikuasai oleh roh ketakutan, tetapi oleh kekuatan cinta yang memampukan kita mengontrol hidup kita, dan menghadapi situasi yang sulit ini dengan keyakinan dan kedamaian sepenuhnya.

Saudara-saudari yang terkasih,

Merayakan Natal dalam situasi seperti ini mengajak kita untuk melihat dan merasakan kehadiran Yesus sebagai Sang Terang dalam kegelapan. Dalam diri Yesus, Sang Imanuel, Allah nyata hadir di antara kita sebagai penegasan bahwa kita yang rapuh sungguh bernilai bagi-Nya. Nama Imanuel dan ungkapan “Allah beserta kita” menandakan bahwa Allah hadir di antara kita dan bekerjsa untuk pemulihan diri kita. Penyertaan Allah memampukan kita untuk hidup melalui berbagai kecemasan dan kekhawatiran, konflik dan kekacauan, karena kita percaya bahwa transformasi di masa-masa sulit akan terjadi di bawah penyertaan Allah.

Salah satu pesan penting yang perlu kita renungkan dan sadari bersama adalah bahwa penyertaan Allah dikisahkan sejak Perjanjian Lama. Penyertaan seperti itu tampak jelas dialami oleh Musa. Ketika diutus untuk memimpin umat Allah keluar dari tanah perbudakan menuju Tanah Terjanji, Musa takut menghadap Firaun untuk melaksanakan perutusan itu karena sadar akan kelemahannya. Tetapi Tuhan menguatkan hatinya; “Bukankah Aku akan menyertai engkau?” (Kel 3:10-14). Sama halnya dengan Nabi Yeremia. Dia enggan menerima perutusan Tuhan karena ia masih muda dan tidak pandai berbicara. Tuhan meneguhkan hatinya; “… kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau …” (Yer 1:7-8). Penyertaan Allah juga memampukan Jusuf melampaui kecemasan dan kekhawatirannya, untuk menerima lahirnya Sang Imanuel dari Rahim Maria tunangannya yang belum ia nikahi (Mat 1:18-25).

Saudara-saudari yang terkasih,

Natal adalah berita sukacita dan perwartaan cinta karena Juru Selamat, Sang Raja Damai, Allah beserta kita, lahir di dunia. Kekuatan cinta dan penyertaan Allah memampukan kita untuk menumbuhkan rasa setia kawan di tengah masyarakat, serta membangun kerelaan untuk melayani mereka yang terpinggirkan dan menderita. Kehadiran Allah di antara kita sekaligus mengingatkan bahwa kita semua diciptakan sama dalam gambaran Allah.

Inilah dasar yang fundamental bagi martabat kita sebagai manusia, sekaligus alasan mendasar untuk melindungi dan merawat kehidupan setiap orang. Kehidupan itu tak ternilai harganya, karenanya kita harus berjuang secara total untuk merawat dan mempertahankannya.

Pertanyaan yang mesti kita renungkan untuk menjadikan perayaan Natal aktual pada masa sekarang ini adalah: bagaimana Gereja menjalankan perutusannya dalam masyarakat, bangsa, dan negara kita yang sedang menghadapi berbagai macam tantangan ini? Tentu dengan mengikuti Yesus Kristus, Sang Imanuel, “yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik …” (Kis 10:38). Yesus yang sama “telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik-Nya sendiri yang rajin berbuat baik” (Tit 2:14).

Dengan berbagai macam perbuatan baik yang sesuai dengan perutusan dan pelayanan serta situasi dan kondisi kita masing-masing, kita mengalami Sang Imanuel sekaligus menghadirkan pengalaman akan Allah yang beserta kita.

Pengalaman akan kehadiran Allah menggerakkan kita untuk mengikis habis ujaran kebencian, berita bohong, intoleransi, dan tindakan kekerasan apapun dengan tetap berbuat baik. Pengalaman akan kehadiran Allah juga meneguhkan kita untuk bersaksi tentang belas kasihan dan kemurahan Allah di tengah pandemi Covid-19, dengan cara bermurah hati dan saling bertolong-tolongan menanggung beban sesama kita.

Kita melakukan semua itu sambil membangun kerjasama dengan pemerintah dan semua pihak yang bekerja keras untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19 guna menghadirkan kebaikan bagi negeri ini. Kita yakin bahwa dalam segala tantangan dan kesulitan hidup, Allah tetap beserta kita. Ia membawa terang di tengah kegelapan; memberi harapan di tengah keputusasaan. Tuhan memberkati.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menag Targetkan Pedoman Ibadah Natal di Masa Pandemi Covid-19 Selesai Pekan Ini", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/11/26/12011331/menag-targetkan-pedoman-ibadah-natal-di-masa-pandemi-covid-19-selesai-pekan.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Bayu Galih
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved