Ledakan Bom di Makassar

Sejarah Gereja Katedral Makassar Tempak Ledakan Bom Bunuh Diri, Ada Jejak Raja Gowa Sultan Alauddin

Sejarah lengkap Gereja Katedral Makassar, tempat kejadian bom bunuh diri hari ini, Minggu (28/3/2021).

Editor: -
Wikipedia
Gereja Katedral Makassar. 

TRIBUNKALTARA.COM - Sejarah lengkap Gereja Katedral Makassar, tempat kejadian bom bunuh diri hari ini, Minggu (28/3/2021).

Terjadi insiden bom bunuh diri yang menyebabkan belasan orang terluka.

Insiden tersebut terjadi di Gereja Katedral yang beralamatkan di Jalan Kajaolalido No. 14 Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Rupanya peristiwa bom di Gereja Katedral ini bukan untuk yang pertama kalinya.

Dikutip TribunKaltara.com dari Tribunnews.com, Gereja Katedral pernah terkena ledakan bom pada 9 Oktober 1943 pada saat Kota Ujung Pandang dibom oleh tentara sekutu.

Baca juga: Kenapa Bom Bunuh Diri Masih Terus Berkembang? Simak Penjelasan tentang Aksi Teror Ini

Bom tersebut jatuh berjarak 10 meter dari gedung gereja itu dan berkekuatan besar sehingga menyebabkan kerusakan di bagian altar.

Sejarah Gereja Katedral

Dikutip dar TribunBatam.id, Gereja Katedral Makassar memiliki nama resmi Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus.

Dulunya Gereja Katedral Makassar ini bernama Gereja Katedral Ujung Pandang.

Gereja Katedral Makassar didirikan pada tahun 1898 dan merupakan gereja tertua di Sulawesi Selatan.

Pembangunan tempat ibadah ini tak lepas dari penyebaran agama Katollik di wilayah Makassar dan sekitar Sulawesi Selatan.

Baca juga: Reaksi Menag Yaqut Usai Bom Bunuh Diri di Makassar: Apapun Motifnya, Aksi Ini Tak Dibenarkan Agama

Pada 1525, 3 orang pastor dan misionaris dari Portugal singgah ke Makassar.

Mereka adalah Pastor Antonio do Reis, Cosmas de Annunciacio, Bernardinode Marvao.

Bersama mereka, ikut pula seorang bruder.

Pada 1548, Pastor Vincente Viegas menyusul dari Malaka untuk bertugas di Makassar.

Di sana dia melayani para saudara Portugis yang Katolik serta beberapa raja dan bangsawan Sulawesi Selatan yang juga telah dibaptis menjadi Katolik.

Beruntungnya, Raja Gowa yang pertama memeluk Islam, yaitu Sultan Alauddin (1591–1638 serta beberapa raja penggantinya memberikan kebebasan kepada umat Katolik untuk mendirikan Gereja pada 1633.

Namun, gejolak politik antara VOC dan orang-orang Portugis menyebabkan para rohaniwan Portugis tersingkir dari Makassar.

Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia 19 Agustus 1660 pun menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar.

Sultan mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis.

Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668.

Sejak itu, tidak ada pastor yang menetap di Makassar selama 225 tahun.

Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka.

Pada 1892, Pastor Aselbergs, SJ, dipindahkan dari Larantuka menjadi Pastor Stasi Makassar (7 September 1892) dan tinggal di suatu rumah mewah di Heerenweg (kini Jalan Hasanuddin).

Pada 1895, dibelilah sebidang tanah dan rumah di Komedistraat (kini Jl. Kajaolalido).

Tempat itu kini menjadi lokasi gedung gereja sekarang.

Adapun pembangunan gereja dimulai pada 1898 dan selesai pada 1900.

Pada 1939, dilakukan pemugaran pada bangunan gereja.

Pemugaran itu selesai 1941 dengan bentuk bangunan seperti saat ini.

Pembangunan Gereja Katedral

Dikutip dari laman resmi Gereja Katdral Makassar, arsitek gereja ialah seorang Perwira Zeni bernama Swartbol.

Setelah pondasi tembok diselesaikan, perwira itu berangkat ke Eropa.

Lalu ia digantikan oleh seorang ahli pengairan bernama S. Fischer.

Namun pekerjaannya beberapa kali dirombak karena ia tidak tahu banyak mengenai arsitektur gotik yang digambar Swartbol.

Pembangunan gereja ini juga melibatkan seorang pemborong keturunan China bernama Thio A Tek.

Pembangunan sempat ditunda beberapa bulan karena rangka jendela dari besi tidak kunjung tiba dari Netherland.

Akhirnya setelah besi tiba, langsung dipasang di lubang jendela yang sudah disiapkan lebih dulu.

Dalam waktu satu bulan, bangunan gedung selesai dengan menara kecil dari besi dan 20 menara mini sebagai perhiasan di pinggir atap.

Pada tahun 1923, seorang dermawan Mr.Scharpff menghadiahkan tiga buah lonceng dan dipasang dimenara besi yang besar, disebelah selatan gereja.

Pemugaran Gereja Katedral Tahun 1939

Gereja Katedral mempunyai kapasitas tempat duduk sebanyak 200 buah.

Dengan kapasitas tersebut, tidak cukup lagi untuk menampung seluruh umat.

Apalagi sakristi terlalu kecil dan tidak ada kursi pengakuan dan altar samping.

Oleh karena itu dibuat rencana untuk memperbesar dan memugar gedung gereja, dengan merombak tembok samping kiri dan kanan dan menambah sakristi di bagian belakang di belakang panggung imam.

Yang agak sulit, ialah pembongkaran kedua tembok kiri dan kanan dan merobohkan empat pilar yang menopang tembok asli gedungnya.

Waktu itu ada sebuah menara yang kecil di atas bubungan, rangkanya besi dan sudah amat berkarat.

Di samping gereja sebelah selatan ada satu menara besar dari besi di mana tergantung tiga buah lonceng.

Dengan bekerjasama yang baik antara Pastor dan CMS (Celebes Missic Steunfonds) seluruh pekerjaan diselesaikan dalam waktu kurang satu tahun.

Menara besi dibongkar dan didirikan menara baru yang langsung bersambung dengan pintu masuk.

Ruang sakristi dikerjakan sampai tuntas, ditambahkan dua kursi pengakuan di bagian belakang dan dua altar samping di bagian depan.

Renovasi selesai dalam waktu satu tahun dan Paska tahun 1940 dirayakan dalam gedung yang telah dipugar itu.

Susunan Keuskupan Agung Makassar

Dikutip dari dokpenkwi.org, berikut adalah susunan Keuskupan Agung Makassar:

- USKUP AGUNG: MGR. JOHANNES LIKU-ADA'

- VIKARIS JENDERAL: RP/ STEPHANUS TARIGAN, CICM

- VIKARIS EPISKOPAL:

1. RD. MATHEUS BAKOLU

2. RD. MARTINUS PASOMBA

3. RD. WILLIBRORDUS WELLE

4. RD. ALEX LETHE

5. RD. NATANAEL RUNTUNG

- VIKARIS YUDISIAL: RD. FRANSISKUS NIPA

- SEKRETARIS: RD. PAULUS TONGLI

- EKONOM: RD. YULIUS MALLI

(Tribunnews.com/Widya) (TribunBatam.id/Widi Wahyuning Tyas)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sejarah Gereja Katedral Makassar: Gereja Tertua di Sulsel yang Terkena Bom 2 Kali

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved