Teror di Mabes Polri
Diingatkan Jokowi usai Teror di Mabes Polri, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Langsung Bereaksi
Presiden Jokowi mengingatkan TNI, Polri dan BIN untuk meningkatkan kewaspadaan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto langsung bereaksi.
TRIBUNKALTARA.COM - Aksi teror di Mabes Polri membuat Presiden Jokowi mengingatkan TNI, Polri dan BIN untuk meningkatkan kewaspadaan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto langsung bereaksi.
Teror di Mabes Polri yang dilakukan seorang perempuan bernama ZA, menjadi perhatian serius dari Negara.
Presiden Jokowi lantas meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Hadi Tjahjanto, dan Kepala BIN Budi Gunawan untuk meningkatkan kewaspadaan.
Menyikapi instruksi Presiden, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto langsung bereaksi memerintahkan jajarannya untuk meningkatkan keamanan terhadap obyek vital nasional, termasuk gereja.
Pihaknya tak ingin aksi teror seperti di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri terjadi lagi di obyek vital.
"Saya telah memerintahkan seluruh jajaran TNI untuk meningkatkan pengamanan, termasuk gereja hingga obyek vital nasional.
Peningkatan keamanan dilakukan dengan patroli bersama dan mendirikan Posko Komando Taktis," ujar Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam keterangan tertulis Puspen Mabes TNI, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Usai Terduga Teroris Serang Mabes Polri, Polda Kaltara Pastikan Pelayanan Tetap Berjalan
Baca juga: Terbongkar Sikap Terduga Teroris yang Serang Mabes Polri, ZA Berubah Setelah DO dari Kampus
Baca juga: Mirip Terduga Teroris di Makassar, Wanita Ditembak Mati di Mabes Polri Tulis Surat Wasiat Minta Maaf
Panglima TNI mengatakan, peningkatan eskalasi pengamanan, khususnya di gereja, tempat keramaian, dan obyek vital nasional oleh TNI-Polri sudah mulai dilaksanakan pada hari ini, Kamis (1/4/2021).
"Dalam meningkatkan pengamanan tersebut, TNI bersama Polri telah membentuk patroli bersama dengan mendirikan posko komando taktis di titik-titik terpilih," kata dia.
Panglima TNI menyampaikan bahwa peningkatan pengamanan tersebut juga merespons perintah dari Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Jokowi menegaskan, tidak ada tempat bagi teroris di Indonesia.
"Presiden Joko Widodo memberi perintah kepada saya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan untuk meningkatkan kewaspadaan serta memberi keyakinan dan rasa aman kepada masyarakat dalam melaksanakan aktivitas," ucap Panglima TNI.

Baca juga: Imbas Serangan Terduga Teroris di Mabes Polri, Jokowi Beri Peringatan ke Kapolri dan Panglima TNI
Sebelumnya, serangan teror berupa bom bunuh diri yang dilakukan pasangan suami istri berinisial L (suami) dan YSF (istri) di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021).
Selain itu, terduga teroris juga ada yang menyerang Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3/2021) sore.
Analisa BNPT soal aksi teror di Makassar dan Mabes Polri
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid mengatakan teroris di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri Jakarta Selatan punya kaitan ideologi.
Keduanya memiliki ideologi yang terkait yakni takfiri atau mengkafirkan orang yang memiliki paham berbeda dengan kelompoknya.
Namun demikian, kata Ahmad, teroris di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri Jakarta tidak terikat secara jaringan.
Sebab, teroris di Mabes Polri disimpulkan melakukan aksinya sendiri.
Ia juga mengatakan keduanya diketahui tidak berkomunikasi satu sama lain.
Baca juga: Identitas Perempuan yang Serang Mabes Polri Sempat Posting Instagram, Kapolri Beri Perintah Khusus
Baca juga: Kronologi Terduga Teroris Serang Mabes Polri, Kapolri Jenderal Listyo Sigit: Masuk Lewat Belakang
Baca juga: Seorang Misterius Masuk ke Mabes Polri, Tewas Ditembak di Depan Pintu Masuk Menuju Ruang Kapolri
"Keterkaitan ideologi ya. Jaringan tidak.
Karena kalau di Makassar jelas itu jaringan JAD," kata Ahmad ketika berbincang dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara D Ambarita di kantor redaksi Tribunnews Jakarta pada Kamis (1/4/2021).
Ahmad menduga hal yang membuat kejadian di kedua lokasi tersebut hampir bersamaan adalah resonansi dari kesamaan ideologi tersebut.
Ia mengatakan bukan perkara mudah bagi aparat untuk mendeteksi teroris yang beraksi seorang diri atau kerap disebut lone wolf.
Baca juga: HANYA 500 Meter dari Ruang Kerja Kapolri Listyo Sigit, Terduga Teroris Ditembak Mati di Mabes Polri
Baca juga: Perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit, 10 Polsek di Kaltara Tak Lagi Lakukan Fungsi Penyidikan
Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Bongkar Peran Suami Istri Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar
Menurutnya hal itu di antaranya karena mereka tidak berkomunikasi dengan kelompok-kelompok atau jaringan teroris meskipun aparat dalam tugasnya telah melakukan patroli siber, surveilance, dan analisa.
Hal tersebut, kata dia, dipersulit di antaranya karena berdasarkan riset yang dibacanya 67 persen konten-konten keagamaan yang ada di dunia maya adalah konten radikal.
"Karena yang bisa dimonitor oleh aparat Densus 88 mereka yang terkait dengan jaringan. Kalau yang lain harus melibatkan stakeholder lain," kata Ahmad.
(*)
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official