Berita Papua Terkini
Pengakuan KKB Usai Tembak Mati Guru di Papua, Tuding Mata-mata TNI, Beri Peringatan Keras ke Imigran
Pengakuan KKB usai tembak mati guru di Papua, tuding mata-mata TNI-Polri, beri peringatan keras ke imigran.
TRIBUNKALTARA.COM - Pengakuan KKB usai tembak mati guru di Papua, tuding mata-mata TNI-Polri, beri peringatan keras ke Imigran.
Aksi brutal KKB Papua semakin menjadi-jadi beberapa hari terakhir.
Setelah menembak mati guru SD, KKB Papua juga membakar helikopter dan ruang kelas di Papua.
Teranyar, KKB Papua memberi pengakuan atas ulahnya menembak guru SD tersebut.
Mereka menuding guru yang ditembak tersebut merupakan mata-mata TNI - Polri yang bertugas di Papua.
Selain itu, KKB Papua juga memberi peringatan keras kepada imigran atau pendatang maupun warga lokal agar tidak menjadi mata-mata TNI - Polri.
Jika tidak, mereka mengancam menembak mati orang yang dianggapnya jadi mata-mata TNI - Polri tersebut.
Baca juga: Skandal Seo Ye Ji, Sikap Buruknya Disebut Persis seperti Karakternya di Drama Its Okay Not Be Okay
Baca juga: Disetor Rp 15 Ribu Perhari, DPRD Balikpapan Temukan Setoran Pakir Tak Sesuai Dengan Jumlah Kendaraan
Baca juga: Setelah Boy William, Lesti Kejora Minta Maaf Usai Sebut Siti Badriah Pedangdut Suara Jelek
Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB ) Papua menembak mati seorang guru di Distrik Beoga Kamis (8/4/2021) lalu.
OPM menuding bahwa Oktovianus Rayo (42) yang ditembak adalah mata-mata TNI.
“Manajemen Markas pusat KOMNAS TPNPB telah terima laporan bahwa guru Sekolah Dasar yang ditembak mati di Beoga itu adalah mata-mata TNI / Polri yang telah lama diidentifikasi oleh PIS TPNPB, oleh karena itu tidak ragu-ragu ditembak oleh Pasukan TPNPB,” ujar Juru Bicara OPM Sebby Sembon melalui rilisnya, Selasa (13/4/2021).
Menurutnya, semua orang Indonesia yang bertugas di wilayah Pegunungan Papua, banyak yang menjadi mata-mata pihak keamanan Indonesia.
“Kami perlu sampaikan kepada semua orang Indonesia yang bertugas di daerah perang di wilayah Pegunungan Papua, bahwa PIS telah dan sedang identifikasi bahwa semua orang Imigran yang bertugas di wilayah Pegunungan Tengah Papua hampir kebanyakan anggota intelijen atau Mata-mata TNI / Polri yang menyamar sebagai Tukang Bangunan, Tukang Sensor, Guru, Mantri dan Petugas Distrik dll,” kata Sebby.
Untuk itu, bila bertugas di daerah perang jangan menjadi mata-mata.
“Oleh karena itu kami menghimbau bahwa jangan menjadi mata-mata TNI / Polri, jika anda bertugas di daerah perang,” ujarnya.
Menurut laporan TPNPB Kodap VIII Intan Jaya pimpinan Gusby Waker, guru Sekolah Dasar yang ditembak di Distrik Beoga Kabupaten Puncak adalah intelijen TNI-Polri.
“Gusby Waker melaporkan bahwa pasukannya menembak mati seorang guru di Beoga karena murni intelijen ( mata-mata ) TNI / Polri.
Ini sesuai laporan PIS TPNPB Kodap VIII Intan Jaya,”ungkap Sebby.
TPNPB tidak akan sembarang menembak bila tidak ada informasi bahasa mereka adalah mata-mata.
“Kami juga tidak sembarang tembak masyarakat Papua maupun non Papua.
Kami sudah tahu kerja TNI / Polri selalu menggunakan tenaga masyarakat sipil maupun PNS atau apapun statusnya, sebagai mata-mata untuk melacak keberadaan kami, maka sikap kami jelas bahwa kami akan tembak karena mereka adalah musuh kami,” kata Sebby.
Perjuangan OPM akan terus berjalan sampai Papua Merdeka.
Baca juga: Aturan THR 2021: Jadwal Cair, Besaran THR dan Ketentuan Penerima THR selama Pandemi Covid-19
Baca juga: Setelah Polemik Demokrat, Giliran Kepemimpinan Cak Imin di PKB Digoyang, Mendiang Gus Dur Dikenang
Baca juga: Pakai Baju Muslim, Amanda Manopo Ngaku untuk Mencari Duit, Dapat Pujian dari Penggemarnya
“Perjuangan kami bukan mencari makan dan minum tetapi, perjuangan kami adalah harga diri kami sebagai bangsa Papua Melanesia.
Kami adalah Pemilik tanah Papua orangnya kulit hitam, Indonesia merebut dan membunuh kami, merampas harta dan kekayaan kami, kami TPNPB membela itu dan mau merdeka.
TPNPB adalah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat organisasi sayap militer OPM dan PIS adalah Papua Intelijen Service.
Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Reza Nur Patria saat dikonfirmasi via selulernya terkait tudingan tersebut hanya menyatakan, tengah mencari tahu informasi terkait penembakan.
"Kalau ada perkembangan, saya sampaikan,” kata Reza.
Sebelumnya TPNOPM menembak seorang guru sekolah dasar (SD) di wilayah Kampung Julukoma, Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua pada Kamis (8/4/2021). Korban ditembak saat menjaga kios.

Usai tembak mati guru, KKB Papua berulah lagi, bakar helikopter di Bandara Aminggaru Ilaga
Sebelumnya diberitakan, Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB ) di Papua membakar sebuah helikopter yang tengah terparkir di Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
Satu unit helikopter yang dibakar KKB Papua tersebut, diketahui dalam proses perbaikan.
Pasukan TNI-Polri yang bertugas di Papua pun tak diam menyikapi aksi brutal KKB Papua tersebut.
Pasukan TNI-Polri yang tergabung dalam Operasi Nemangkawi kini msih melakukan pengejaran terhadap anggota KKB Papua.
Baca juga: Aksi Brutal KKB Tembak Seorang Guru di Papua, Jenderal Polisi Sudah Kantongi Otak Penyerangan
Pada Minggu (11/4), pukul 20.20 WIT, KKB melakukan pembakaran terhadap helikopter Cooper.
Helikopter tersebut terparkir di Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
KKB melakukan pembakaran terhadap helikopter Cooper yang terparkir di Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Minggu (11/4), pukul 20.20 WIT.

Hal ini mengakibatkan terjadinya baku tembak antara KKB dan personel TNI-Polri.
Pasukan TNI-Polri hingga saat ini terus mengejar KKB yang melakukan aksi penembakan serta pembakaran tersebut.
Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi Polri Kombes Pol Iqbal Alqudussy mengatakan TNI-Polri telah mengetahui KKB yang melakukan aksi brutal antara lain Prenggen Telenggen, Abu Bakar Kogoya, Lerymayu Telenggen, dan Numbuk Telenggen.
Baca juga: Selain Sigap Hadapi KKB, TNI Satgas Yonif 611/Awang Long Ikut Lestarikan Budaya Papua
"TNI-Polri sedang memburu kelompok ini. Kami akan menindak tegas KKB yang melakukan aksi brutal di Ilaga, " tutur Iqbal dalam keterangannya, Senin (12/4/2021).
Iqbal menambahkan saat kejadian helikopter yang dibakar tersebut tengah perbaikan dan terparkir di bandara Aminggaru Ilaga.

Aksi Brutal KKB Tembak Seorang Guru di Papua, Jenderal Polisi Sudah Kantongi Otak Penyerangan
Sebelumnya diberitakan, aksi brutal kembali dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata alias KKB, tembak seorang guru di Papua, Jenderal polisi sudah kantongi otak penyerangan, Sabinus Waker.
Kabar buruk kembali datang dari Papua terkait aksi penyerangan KKB.
Meski sudah terdesak, KKB terus berulah hingga menewaskan seorang guru.
Terburu anggota KKB menembak seorang guru di Papua bernama Oktavianus Rayu (42).
Melansir Kompas.com, penembakan KKB terjadi di sebuah kios di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak pada Kamis (8/4/2021) pagi.
Korban ditembak dua kali oleh pelaku hingga tewas.
"Tadi lagi sekitar 09.30 WIT ada kejadian penembakan di Beoga, Puncak, yang dilakukan terhadap seorang guru yang sedang menjaga kios di rumah.
Korban meninggal dunia," ujar Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri di Jayapura, Kamis.
Jenderal polisi bintang dua ini menjelaskan, korban ditembak sebanyak dua kali oleh KKB yang tiba-tiba masuk ke dalam kios.
Tembakan yang dikeluarkan KKB dengan senjata laras pendek mengenai rusuk kanan seorang guru.
Baca juga: Selain Sigap Hadapi KKB, TNI Satgas Yonif 611/Awang Long Ikut Lestarikan Budaya Papua
Saat kejadian, ada tiga tetangga korban yang mendengar suara tembakan dan langsung melarikan diri.
Bahkan ada saksi di tempat kejadian yang juga seorang guru, ketakutan setelah KKB menembak rekannya.
Seorang guru yang menjadi saksi kejadian nahas itu langsung kabur ke hutan menghindari serangan KKB.
"Semua (tetangga) sudah ditemukan oleh masyarakat dalam keadaan selamat," kata Kapolda Papua.

Baca juga: Video Rahasia KKB Papua Bocor, Perintahkan Tembak Pesawat Jajaran Andika Perkasa, TNI-Polri Bergerak
Mathius D Fakhiri mengaku saat ini pihaknya telah mengantongi otak penyerangan dari KKB.
Ia meyakini pelaku penembakan merupakan KKB pimpinan Sabinus Waker yang sedang dalam perjalanan dari Intan Jaya menuju Puncak.
"Sabinus Waker tengah menuju Ilaga atas undangan Lekagak Telenggen, kita mendapat informasi bahwa dalam perjalanan menuju Ilaga ini, dia melakukan penembakan," kata Jenderal bintang 2 polisi.
Mathius Fakhiri menyayangkan, aksi yang menewaskan seorang guru tersebut.
Menurutnya, sangat sulit mencari guru yang mau mengajar di wilayah pedalaman Papua.
"Guru ini kan mendidik sumber daya manusia Papua, begitu teganya kelompok ini bisa melakukan penembakan terhadap guru yang harusnya kita lindungi," kata Fakhiri.
Mathius Fakhiri menegaskan, guru dan tenaga medis harus dilindungi.
"Guru dan tenaga medis kita harapkan tidak boleh menerima kekerasan oleh siapa pun, sehinggasaya selaku Kapolda mengutuk keras kejadian ini," kata Mathius Fakhiri.
Baca juga: Reaksi Jenderal Polisi saat Komandan KKB Papua Serahkan Bintang Kejora dan Cium Bendera Merah Putih
Ada kelompok lain yang tak kalah berbahaya
Sementara itu, tokoh perempuan Papua Rehina Belau menyebut ada tiga kelompok kriminal bersenjata ( KKB) yang saat ini masih menjadi musuH nyata bagi aparat TNI/Polri.
KKB kerap kali menebar teror dan ancaman kepada masyarakat serta mengganggu kamtibmas khususnya di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Papua.
"Ada tiga kelompok menjadi ancaman yang gangguan kamtibmas di Kabupaten Intan Jaya yaitu kelompok KKB, kelompok orang-orang stress serta kelompok anak Aibon atau anak putus sekolah," ungkap Rehina Belau dalam keterangan diterima ANTARA dari Sugapa, Ibu kota Kabupaten Intan Jaya, Senin.
Dikatakan, gerakan KKB sebenarnya dianggap sudah tidak murni menyuarakan perjuangan kemerdekaan seperti saat OPM Masih ada.
Baca juga: Persempit Gerakan KKB, TNI Kerahkan Pasukan Kostrad Kalajengking Hitam ke Papua
Baca juga: Seorang KKB Tewas usai Kontak Tembak dengan TNI di Intan Jaya Papua, Identitas Belum Terungkap
"KKB saat ini diduga hanya digunakan sebagai sarana kepentingan politik oleh sejumlah orang," ucap tokoh intelektual perempuan Papua itu.
Ia menyebut, gerakan teror bersenjata oleh KKB selalu diikuti Front KKP atau Kelompok Kriminal Politik dan Klandestin dengan memanfaatkan media sosial.
Kelompok KKP, menurut Rehina, membuat narasi yang membangun ketidakpercayaan kepada pemerintah dalam upaya memenuhi kepentingan rakyat
Rehina menyebut, KKB saat ini sebenarnya tidak begitu banyak dan posisi sedang terjepit.
Berbagai teror dilakukan untuk membangun kembali kekuatannya serta merekrut pemuda putus sekolah dan anak-anak di bawah umur.
Rehina membeberkan bahwa ada tiga hal penting yang mengganggu Kamtibmas di Kabupaten Intan Jaya, yang pertama adalah adanya pergerakan Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) karena mereka benar-benar merasa berjuang untuk Kemerdekaan Papua dan mereka juga sudah sumpah tanah dan sumpah alam.
Sedangkan kelompok orang stress, adalah kelompok intelektual yang ingin membangun Kabupaten Intan Jaya tetapi tidak mendapatkan posisi jabatan di pemerintahan.
"Sehingga perlu membuka ruang kesempatan kepada anak-anak daerah untuk menduduki jabatan-jabatan strategi di Pemkab Intan Jaya" ucapnya.
Baca juga: Seorang KKB Tewas usai Kontak Tembak dengan TNI di Intan Jaya Papua, Identitas Belum Terungkap
Baca juga: Dua Kabupaten Jadi Sasaran Penempatan Tumpas KKB, 100 Personel Brimob Dikirim ke Papua
Baca juga: Anak Buah Listyo Sigit Jual Senjata ke KKB, Politisi Golkar Bereaksi, Minta Pemasok Utama Ditangkap
Kelompok stress melihat Kabupaten Intan Jaya yang roda pembangunannya tidak berjalan sesuai dengan kemauan dan harapan mereka.
Akibatnya, kelompok ini bisa mengganggu keamanan dengan cara mereka sendiri.
Adapun anak Aibon yaitu kelompok anak putus sekolah ini adalah kelompok yang harus diperhatikan karena sangat rentang untuk mudah dihasut dan diprovokasi serta pemikiran mereka juga sempit dan ditambah lagi dengan ingin hidup bebas di tanahnya sendiri tetapi selalu saja diperhadapkan dengan aturan-aturan pemerintah yang menurut mereka bertentangan denga apa yang diperbuat.
Sehingga anak kelompok Aibon merasa bahwa mereka menjadi penonton dan dari situlah timbul rasa sakit hati dan akibatnya, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang mengganggu stabilitas keamanan.
Tokoh Intelektual Perempuan itu mengharapkan kelompok kedua dan ketiga ini perlu diperhatikan Pemerintah Kabupaten Intan Jaya dengan segera sehingga mereka merasa diperhatikan di atas tanahnya sendiri dan hal ini dapat menangkal gangguan keamanan di Kabupaten Intan Jaya.
(*)
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official